"Kau masih membenci Ayahmu Kook?" Tanya Seokjin. Jungkook diam. Terlihat sekali ia tengah bimbang. Ia tidak membenci sang ayah sebenarnya. Tapi...
Bagaimana ya??
"Bukan benci Hyung, hanya masih kesal" Jawab Jungkook.
Seokjin menganggukkan kepalanya paham. Lagipula, siapapun yang ada di posisi Jungkook pasti akan merasakan hal yang sama.
Marah, tapi bimbang masih bergelayut.
"Kau boleh kesal, tapi pikirkan juga bagaimana perasaan ayahmu. Tuan Min sudah meminta maaf padamu dan Yoongi bukan?"
Jungkook mengangguk pelan membenarkan ucapan Seokjin. Ayahnya memang sudah berkali-kali meminta maaf padanya. Tapi Jungkook memilih acuh. Ia justru mengabaikan sang ayah.
"Tapi, Appa melewati batas Hyung" Cicit Jungkook.
Jauh didalam lubuk hatinya, ia ingin memaafkan sang ayah. Tapi entah kenapa hal itu sulit untuk dilakukan. Jungkook bimbang, hingga ia memilih untuk acuh.
Seokjin menepuk punggung yang lebih muda. Ia paham betul apa yang dirasakan Jungkook.
"Coba pikirkan kembali Kook-ah... Hyung tahu jika kau ingin keluargamu kembali bersama... Kau, Tuan Min, dan Yoongi. Tapi, jika kau masih kesal pada ayahmu, apa keinginanmu akan tercapai?" Pertanyaan retoris itu, membuat Jungkook menggeleng pelan.
"Coba kau hilangkan rasa kesalmu itu. Butuh waktu yang lama memang, tapi setidaknya kau sudah mencoba Kook.." Ujar Seokjin. Jungkook mengangguk pelan. Terlampau pelan karena pikirannya mengarah pada berbagai hal buruk tentang sang ayah.
Sudah dibilang bukan, jika Jungkook bimbang?
Ia masih ragu untuk memaafkan sang ayah.
Tapi... jika ia ingin keluarganya kembali bersama, maka Jungkook harus melupakan kekesalannya. Ia harus bersikap dewasa, Jungkook harus menghapus ego-nya.
Si bungsu keluarga Min itu menarik nafasnya dalam. Sebelum berucap dengan seberkas senyum tipis yang terpampang.
"Gomawo Hyung.." Ucap Jungkook. Seokjin mengangguk. Ia menepuk bahu itu sekali sebelum berdiri.
"Jja, shift-ku sudah dimulai. Kau jaga Yoongi arra?"
Jungkook mengangguk.
"Ne.."
"Aku pergi dulu.."
▪▪▪▪
Ceklek.
Seokjin membulatkan matanya lucu. Ia menutup pintu perlahan. Mencoba untuk tak membuat suara sekecil apapun.
Jungkook sedang tidur, dan Seokjin berusaha agar tidak mengganggu tidur kelinci itu.
Tapi ternyata...
"Oh.. Jin Hyung?"
Kedua bahu lebar Seokjin turun beberapa centi. Padahal ia sudah mencoba untuk tak membuat suara. Tapi, Jungkook tetap bangun.
"Jin Hyung? Shift-mu sudah selesai?" Tanya Jungkook.
"Sudah" Balas Seokjin.
Memang, shift-nya sudah selesai sejak empat puluh menit lalu. Tapi Seokjin ada di ruangannya selama itu. Berkutat dengan laptop untuk memeriksa berkas-berkas milik pasiennya.
Jadilah waktu shift yang sebenarnya hanya empat jam itu menjadi lebih lama.
"Yoongi belum bangun?" Tanya Seokjin. Jungkook menggeleng disela-sela kegiatan meregangkan ototnya. Membuahkan tatapan penuh tanya dari Seokjin.
"Sejak tadi Kook?" Tanya Seokjin lagi. Jungkook mengangguk membenarkan.
"Iya, memang ada apa?" Tanya Jungkook.
"Itu sudah lama sekali..." Gumam Seokjin. Ia melangkahkan kakinya cepat menuju ranjang. Menggoyangkan lengan Yoongi dengan pelan. Seokjin hanya khawatir.
Bagaimana jika Yoongi...
Tidak! Jangan berpikiran buruk!
"Ada apa hyung?"
Jungkook ikut berdiri. Dari gelagat Seokjin, ia tahu ada yang tak beres pada kakaknya.
Apa kakaknya baik-baik saja selama ia tidur tadi?
Apa kakaknya kesakitan saat Jungkook masih terbuai dalam mimpi?
"Hyung? Ada apa?"
Jungkook bertanya dengan raut paniknya. Ia melihat Seokjin yang terus mengguncang tubuh Yoongi.
"Yoon.."
"Bangun sebentar Yoon.."
"Min Yoongi, bangun sebentar.."
"Ughh~"
Dan Seokjin dapat menghela nafas leganya. Setidaknya apa yang ia pikirkan tidak terjadi.
Hanya sebentar, sebelum Yoongi bersuara.
"Hyung, kepalaku... sakit.."
Yoongi berujar lirih sambil mencengkeram kepalanya. Seokjin yang paham keadaan segera menahan tangan Yoongi, ia membuka nakas, mengeluarkan dua butir obat dari dalam botol.
"Telan ini, pelan-pelan..." Ujarnya sambil memasukkan dua buah pil putih itu kedalam mulut Yoongi. Ia mengambil segelas air dari atas nakas, membantu Yoongi minum sampai tersisa setengah gelas.
"Sudah... kau boleh tidur lagi" Ujar Seokjin.
Yoongi menggeleng. Ia tak lagi mengantuk.
"Shireo" Tolaknya.
"Jadi sekarang, kau mau apa?" Tanya Seokjin.
Dan sepersekian sekon kemudian, Seokjin dibuat menyesal dengan pertanyaan yang terlontar mulus dari bibirnya.
"Ingin pulang.."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last ✔
FanficDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed Min Yoongi itu rapuh, tapi ia sembunyikan segala kelemahannya dalam topeng bak es. Ayah dan adik membencinya, karena sebuah kesalah pahaman. Padahal, Yoongi telah menggantikan dengan miliknya yang ber...