46

5.1K 536 76
                                    

"Sialan! Kemana para dokter itu?!!"

Jungkook berteriak keras. Tak peduli dengan pasien lain yang mungkin, akan terbangun di pagi ini.

Tangan Jungkook semakin gencar menekan tombol merah. Hampir saja, ia mengangkat kakinya. Hendak menendang tombol kecil itu jika dokter tak segera datang dan memintanya keluar.

Sekarang, Jungkook hanya bisa berpangku tangan sembari menunggu dokter selesai memeriksa. Dalam diamnya, Jungkook terus merapal doa. Jujur, ia takut.

Jungkook takut jika Yoongi harus pergi sekarang.

Tadi saja, jantungnya dipacu berkali-kali lipat lebih cepat saat melihat wajah pucat pasi sang kakak dengan banyaknya lelehan cairan merah.

Tanpa disadsri, setetes air mata jatuh dari kedua mata belok Jungkook.

Katakan,

siapa yang tak takut jika dihadapkan pada situasi seperti ini?

Siapa yang tak resah?

Tidak ada. Begitupun dengan Jungkook.

"Kook?"

Jungkook menoleh tanpa menghapus air matanya. Ia segera berdiri kala menyadari siapa yang berlari menghampiri. Air mata Jungkook kembali jatuh. Ia menenggelamkan wajah pada dada bidang sang ayah, memeluk Janghyun erat, lalu menangis sejadi-jadinya disana.

"A-appa... Takut... Aku takut, hiks.. Yoongi Hyung--"

Jungkook berhenti berucap saat ia merasa sang ayah balas memeluknya. Ia tak melanjutkan kalimatnya. Berganti dengan raungan tangis yang semakin keras terdengar.

Janghyun hanya diam sembari memeluk si bungsu walau, dirinya tak tahu apa yang terjadi.

Tapi, melihat dari pintu ruang rawat yang tertutup dan tangis keras Jungkook. Ia dapat mengambil kesimpulan, bahwa Yoongi tak baik-baik saja.

Ia tahu karena selalu seperti ini.

Sekarang, yang bisa membuat Jungkook mengeluarkan air matanya hanyalah Yoongi.

Bungsunya itu akan menangis meraung saat Yoongi drop atau collapse.

Bungsunya itu akan menyalahkan diri sendiri. Menganggap dirinya bukan adik yang baik karena tak bisa menjaga sang kakak.

Dan sekarang, Janghyun teringat pada ucapan Yoongi tempo lalu.


"Aku berjanji akan meminta ijin Appa sebelum pergi. Yoongi tak akan pergi jika Appa tak mengijinkan. Yoongi janji."


Kali ini, jahatkah Janghyun jika ia meminta Yoongi tetap tinggal?

Jahatkah?

"Appa.. aku takut.. aku tidak ingin Yoongi Hyung pergi, jebal.."

Kini, Janghyun bimbang.

Ia ingin Yoongi tetap disini. Janghyun ingin meminta Yoongi agar tetap tinggal.

Tapi, Janghyun juga tak ingin memaksa. Dirinya tak ingin menjadi ayah yang mengedepankan ego.

Lantas, sekarang bagaimana?

"Appa.. lakukan sesuatu, aku tak ingin Yoongi Hyung pergi, jebal..."

Lirihan Jungkook memenuhi telinganya. Janghyun menggigit bibir bawahnya ragu.

Ayah dua anak itu memejamkan mata, memberi akses jalan bagi sebulir air mata untuk menuruni pipi yang sejak tadi telah menggenang di pelupuk.



















'Maafkan Appa yang memintamu agar tetap tinggal, Yoon...'


Tolong, maafkan Janghyun yang meminta Yoongi tetap tinggal.

Maafkan Janghyun yang tak berhasil melawan egonya.

Maafkan Janghyun yang masih ingin melihat wajah putera sulungnya.

Ia... Merasa telah menjadi ayah paling jahat sekarang.

Janghyun menghapus kasar air matanya. Setelahnya, pelukan ia kendurkan. Janghyun menatap mata merah Jungkook. Ia menghapus tapak air mata yang tadi mengalir menganak sungai.

"Yoongi baik-baik saja. Yoongi tak akan pergi, percaya pada Appa.. Hyung-mu anak yang kuat.. Yoongi tak akan pergi secepat ini.." Janghyun berujar.

Jungkook sebisa mungkin berusaha untuk mempercayai ucapan sang ayah. Ia mengangguk pelan. Tangannya ia angkat untuk menggosok hidung. Jungkook akan berusaha untuk percaya.

'Ceklek.'

Jungkook dan Janghyun sama-sama terperanjat. Mereka berdua segera menghampiri dokter yang asing dimata. Tentu saja karena bukan Seokjin yang menangani.

"Uisa, Hyung-ku bagaimana?"

Jungkook bertanya. Mendahului sang ayah yang baru saja ingin membuka mulut.

Dokter bername tag Park Jikyung itu tersenyum sendu.

"Kami akan memindahkannya ke ruang ICU. Keadaannya memburuk. Ditambah dari catatan medisnya, pasien tidak bisa menerima obat kemoterapi. Kami akan memindahkannya sekarang. Pasien akan mendapat pelayanan dan pengawasan yang lebih ketat disana." Jelas Dokter itu.

Janghyun mengangguk mengerti, ia membungkukkan badannya berterimakasih diikuti Jungkook.

Park Jikyung tersenyum tipis. Ia mengelus rambut Jungkook.

"Hyungmu akan baik-baik saja. Kau percaya bukan, jika Hyungmu itu kuat?"

Jungkook mengangguk pelan walau air matanya telah mengalir.

"Saya pergi dulu tuan. Setelah ini, anda bisa menemui pasien di ruang ICU." Ujar Jikyung.

"Ne, khamsahamnida.."






TBC

The Last ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang