27

7.3K 732 201
                                    

Janghyun menghela nafasnya panjang. Menyadari bahwa kesalahannya begitu besar, sangat sukar untuk dimaafkan.

Janghyun berdiri, lalu mulai beranjak meninggalkan taman itu.

.
.
.
.

Janghyun memasuki ruang ICU itu. Berjalan menuju ranjang dimana Yoongi masih menutup matanya. Anak itu akan berada di ICU beberapa hari ke depan untuk pemantauan. Begitu kata Seokjin.

Janghyun menatap Jungkook yang terlelap di kursi dengan tangan yang ditumpukan diatas ranjang. Ia tersenyum miris. Sadar bahwa dirinya telah melampaui batas.

Yoongi kecil itu sangat polos, semua tingkah lakunya dapat menciptakan tawa gemas bagi orang disekelilingnya.

Janghyun mengamati wajah Yoongi lekat-lekat. Kulit putihnya, bibir tipis, hidung mungil itu sangat mirip dengan milik sang ibu. Kecuali mata bulat Sooyoung yang menurun pada Jungkook.

Lalu, bagaimana bisa ia membenci Yoongi? Jika ia menyebutnya 'duplikat' Sang istri.

Salahkan otaknya yang terlalu buntu.

Kecelakaan enam tahun lalu, Janghyun sama sekali tak ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jika hanya fokus pada Jungkook, anak kesayangannya. Tak mau si bungsu itu terluka sedikitpun. Bahkan dirinya memaksa Yoongi agar mendonorkan satu ginjalnya untuk Jungkook. Ia benar-benar telah melampaui batas.

"Eunggh~"





Janghyun mengalihkan pandangannya pada Jungkook. Kepala anak itu bergerak tak nyaman lalu mulai membuka mata, menoleh pada Janghyun yang ada disampingnya. Janghyun tersenyum tipis. Tapi Jungkook malah memalingkan wajahnya, enggan menatap kearah Janghyun yang ada di sebelahnya. Tentu, membuat senyum Janghyun luntur seketika.

Anak yang selalu ia sayangi bahkan tak mau menatapnya barang sedikitpun.

Jungkook beralih menatap Yoongi yang masih saja menutup matanya. Ia mengelus lembut punggung tangan Yoongi yang kali ini dihiasi infus.

"Cepat bangun, Hyung" lirih Jungkook.

"Jungkook-ah.." Panggil Janghyun. Tapi Jungkook tetap diam. Enggan menjawab, atau melihat sang ayah.

"Jungkook-ah, ayo kita bicara.. sebentar saja, Appa mohon.."

.
.
.
.

Disinilah mereka berdua, ada di atap rumah sakit. Janghyun memang sengaja memilih tempat ini. Sebab, jika di taman rumah sakit, tentu mereka akan sedikit terganggu dengan suara dari para pasien disana.

"Katakan cepat."

Janghyun menghela nafasnya singkat lalu mengangguk. Ia menatap wajah si bungsu yang kaku ini nampak dingin itu.

"Appa.. minta maaf.." Ucapnya sambil menundukkan kepala. Jungkook mengangkat satu alisnya.

"Heh, hanya itu? Membuang waktu" Ucapnya lalu beranjak pergi sebelum tangannya di tahan oleh sang ayah.

"Tolong, maafkan Appa Kook-ah.. Appa melakukan semua ini karena Appa menyayangimu" Ujar Janghyun.

Jungkook berbalik. Menatap wajah yang telah dihiasi keriput dibeberapa tempat itu.

"Lalu? Appa mengasingkan Yoongi Hyung, juga membohongiku. Bahkan Appa mengambil ginjal Yoongi Hyung. Appa keterlaluan. Lebih baik aku tidak mendapat donor saat itu"

Janghyun menggeleng cepat.

"Ani... ginjal itu, Appa terpaksa. Karena hanya ginjal Yoongi yang cocok untukmu"

"Dan Appa membuat Hyung menderita"

Janghyun diam. Jungkook, si bungsu itu benar. Ia tak bisa menyangkalnya.

"Mianhae.."

"Jangan minta maaf padaku Appa.. tujukan permintaan maafmu itu untuk Yoongi Hyung." Ucap Jungkook lalu berlalu dari sana.

.
.
.
.

"Sial!! Kemana anak itu?!"

Teriakan itu menggema hampir ke seluruh sudut rumah sakit. Kim Seokjin dengan kemarahan yang berkobar tengah berlari mengitari seluruh penjuru rumah sakit. Ia sudah mencari di lorong, mencari di taman, dan atap, tapi ia tidak menemukan orang yang ia cari.

Sampai kedua menatanya menangkap siluet remaja yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Yak!! Kau bocah!" Teriaknya tanpa peduli ia ada di mana.

Remaja itu berbalik, menunjuk dirinya sendiri dengan pandangan bingung.

"Aku? Memanggilku?" Beonya.

"Min Jungkook!!"

Oh, sekarang sudah jelas.

"Ne, Hyung?" Tanya Jungkook bingung. Seokjin berlari mendekat. Membuat Jungkook semakin bingung dengan apa yang terjadi.

Bugh!


"Sshh.."

Jungkook meringis kala merasakan ngilu di perutnya. Seokjin tiba-tiba memukulnya entah karena apa.




"Bodoh!!"









TBC

The Last ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang