'18.40'
'Tok, tok, tok'
'Brakk!'
Yoongi yang ada dikamar terkejut dengan suara pintu yang dibuka dengan paksa. Awalnya hanya ketukan memang, tapi Yoongi mengacuhkannya.
'Mungkin Jin Hyung,' begitu pikirnya.
Memang, siapa yang mau datang ke sana kecuali Seokjin?
Tidak ada.
Tapi malam ini sang ayah datang. Yoongi yang keluar karena suara dobrakan pintu ditarik lalu dibanting hingga punggungnya membentur dinding.
"Dasar! Tidak sopan!" Ayahnya marah hanya karena alasan sepele. Yoongi tidak membuka pintu. Hanya itu.
"M-maaf Appa.." ucap Yoongi sambil menunduk. Selang sedetik, kaosnya ditarik, ia dipaksa mendongak.
"Cepat! Ganti bajumu!" Perintah Janghyun sambil melempar setelan jas hitam. Yoongi menatap Janghyun bingung.
"M-mau kema-"
"Jangan banyak bicara!! Cepat ganti bajumu!" Yoongi tersentak. Ia menunduk takut.
"Ne Appa.." Ujarnya lirih. Janghyun kembali melempar tubuh kecil itu. Setelahnya Yoongi bergegas pergi ke kamarnya. Berganti baju seperti perintah sang ayah.
'Brakk!'
'Brakk'
"CEPAT KELUAR!!"
Teriakan itu menggema ke seluruh sudut. Membuat Yoongi keluar dengan takut-takut. Menampakkan dirinya dengan setelan jas hitam pemberian ayahnya tadi.
"Ayo!" Janghyun menarik tangan Yoongi, menghadiahkan protesan dari yang lebih muda.
"Se-sebentar--"
"AYO!!" Yoongi diam mengikuti kemana sang ayah menariknya. Ia dan ayahnya memasuki mobil. Sudah ada Jungkook didalam. Jungkook bergeser, terlihat jijik walau hanya duduk didekat Yoongi.
Mobil itu hening sepanjang perjalanan. Janghyun sibuk menyetir, Jungkook yang berkutat dengan handphone, sementara Yoongi hanya diam.
Dalam diamnya Yoongi terus berkata dalam hati,
'Nanti jangan berulah arra, aku tidak membawanya'
'Ckittt'
Roda mobil berhenti didepan sebuah restoran mewah. Yoongi dapat menebak jika malam ada makan malam bersama klien. Karena itulah Janghyun menjemputnya tadi.
Mereka berempat berjalan menuju ruang VIP yang sengaja Janghyun pesan. Yoongi berjalan dibelakang sambil menunduk. Memikirkan setiap perkataan adiknya tadi.
"Jangan berulah disana! Tetaplah diam! Jangan buat kami malu!"
Tidak sopan memang. Tapi Yoongi hanya diam. Menganggukkan kepala, menuruti perintah adiknya.
"Maaf saya terlambat," Orang yang baru saja datang itu membungkuk merasa bersalah. Suaranya terputus, Dapat ditebak orang itu berlari untuk sampai kemari.
"Tak apa, ayo kita mulai" Ucap Janghyun.
Dan saat Yoongi mengangkat kepalanya, betapa terkejutnya ia saat melihat siapa yang ada didepannya.
Orang yang terlambat tadi,
Kim Seokjin.
▪▪▪▪
Makan malam dimulai, tapi Yoongi merasa ada yang tidak beres dengan kepalanya. Ia memilih berdiri, membungkuk sopan meminta izin untuk pergi ke toilet.
'Yoon..' Seokjin ikut berdiri. Ia tahu Yoongi tengah menahan sakit. Terlihat dari wajahnya yang pucat dengan keringat dingin yang mengalir. Mungkin yang lain tidak tahu, tapi Seokjin tahu.
Ia terlampau tahu. Karena itulah, Seokjin ikut berdiri dan mrminta izin untuk pergi ke toilet.
"Yoongi-ah, jangan dipukul!" ucap Seokjin. Ia menghampiri Yoongi yang sudah duduk bersandar di dinding kamar mandi.
"Akhh.. h-hyung.." Ringis Yoongi.
"Obatmu, dimana?!" Tanya Seokjin. Yoongi menggeleng. Ia tidak membawa obatnya. Saat ia akan mengambilnya dikamar tadi, ayahnya sudah menariknya keluar lebih dulu.
"T-tidak kubawa.." Seokjin mendengus panjang. Ia merengkuh tubuh kurus Yoongi, membawanya dalam pelukannya. Tangannya mengusap kepala yang lebih muda dengan lembut.
"Jangan gigit bibirmu, teriak saja jika memang sakit," ucap Seokjin saat melihat Yoongi menggigit bibir bawahnya untuk menahan sakit.
"H-hyung..akhh!!" Seokjin memejamkan matanya erat saat mendengar erangan dari bibir Yoongi.
Seokjin seperti merasakan bagaimana sakitnya. Ia merasakannya saat Yoongi mencengkeram kuat lengannya untuk menyalurkan rasa sakit. Seokjin meringis perih. Mungkin lengannya akan luka karena cengkraman Yoongi. Tapi Seokjin tahu, sakit yang ia rasakan dengan apa yang Yoongi rasakan berkali-kali lipat jauhnya.
Seokjin mengelap keringat di wajah dan leher Yoongi menggunakan sapu tangannya. Ia menepuk pipi Yoongi yang terasa dingin.
"Jangan tidur hm? Ayah dan adikmu menunggu disana," ucapan Seokjin membuat Yoongi membuka matanya kembali. Anak itu mengangguk sambil berusaha menormalkan deru napasnya.
Yoongi berdiri lalu berjalan keluar bilik toilet dengan sempoyongan. Berkali-kali ia harus bertumpu pada dinding disebelahnya agar tetap tegak berjalan. Sambil sesekali memijat pelipisnya yang terasa pening.
Seokjin mengikutinya dari belakang. Ia melihat, bagaimana Yoongi tetap mencoba kuat dibalik semua penderitaannya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed Min Yoongi itu rapuh, tapi ia sembunyikan segala kelemahannya dalam topeng bak es. Ayah dan adik membencinya, karena sebuah kesalah pahaman. Padahal, Yoongi telah menggantikan dengan miliknya yang ber...