Hari ini Yoongi pulang dari rumah sakit. Dua hari berada disana membuatnya bosan. Sangat bosan. Dan tentang perkataan Seokjin untuk mengajaknya tinggal bersama, Yoongi menolaknya dengan berbagai alasan. Awalnya, Seokjin memang tidak setuju. Tapi kala ia melihat mata berkaca-kaca milik Yoongi, ia luluh.
"Aku takut appa marah dan memukulku lagi jika tahu aku tidak berada dirumah"
Begitu ucapan Yoongi yang akhirnya membuat Seokjin luluh. Dokter muda itu menyetujui keinginan Yoongi. Tapi, tentu dengan berbagai wejangan dari sang empu.
"Jangan kelelahan"
"Jangan bekerja selama beberapa hari"
"Jangan lupa minum obat"
Dan jangan-jangan lainnya. Yang ingin Yoongi lupakan dengan segera. Karena itu terlalu banyak.
▪▪▪▪
Mobil Seokjin berhenti didepan flat kecil. Ia hanya mengantar, setelahnya akan langsung kembali kerumah sakit.
"Jangan sampai kelelahan! Kau belum pulih benar! Aku akan sering-sering kesini!" Teriak Seokjin. Yoongi mengangguk malas, sebab Seokjin sudah mengulang-ulang wasiat itu berpuluh-puluh kali diperjalanan dari rumah sakit sampai rumahnya.
"Ne Hyung!" Balas Yoongi berteriak tak kalah nyaring.
"Jangan lupa minum obatmu! Jangan bekerja dulu, dan jangan-"
"Iya Hyung!! Aku tahu!" Sela Yoongi. Seokjin diam seketika. Ia menyodorkan satu ibu jarinya.
"Bagus! Aku akan kesini setelah jam kerjaku selesai! Daaa~" Ucap Seokjin sebelum melajukan mobilnya.
.
.
.
.15.10
Ceklek.
Pintu dibuka, tapi Yoongi tetap diam. Ia melanjutkan acara memasaknya. Paling juga hanya Seokjin. Lagipula memang kebiasaan orang itu masuk tanpa mengetuk.
"Oh, Yoongi-ya... Kau bisa masak ternyata, eoh?"
Benarkan?
Seokjin yang sayangnya lebih tua darinya itu masuk, mendekat kearahnya dan langsung saja berkomentar. Yang dikomentari hanya diam, tetap fokus dengan alat masak dan kompor kecil didepannya.
'Kalau aku tidak bisa memasak, makan dengan apa aku sampai sekarang hyung pabbo?!' batinnya berteriak.
"Eiy~ tambahkan minyak wijen Yoon! Sedikiiiitt saja, dan rasanya pasti akan enak" ucap Seokjin. Sementara Yoongi memutar matanya malas.
"Hyung itu maniak minyak wijen. Jadi jika kutambahkan sedikit saja, Hyung tetap akan meminta lebih banyak" Ujar Yoongi. Seokjin mengangguk membenarkan dengan senyum yang terpampang apik.
"Kau tidak tahu saja! Minyak wijen itu yang terbaik!" Ucap Seokjin membuat Yoongi mendengus.
"Terserah" balasnya singkat.
Hening tercipta sejenak, hingga Seokjin buka suara. Sepertinya ia sudah gatal sedari tadi.
"Kubantu ya Yoon?" Tawarnya, tak enak jika hanya makan tanpa membantu. Yoongi menggeleng tegas.
"Ani, sebentar lagi matang. Lagipula jika Hyung membantu nanti, pasti satu botol minyak wijen akan habis" Tolak Yoongi. Seokjin mengangkat bahunya. Sedikit membenarkan ucapan Yoongi sih...
"Ya sudah kalau tidak mau" ucapnya. Ia melangkahkan kakinya menuju sofa didepan TV lalu berkutat dengan handphonenya.
.
.
.
.19.30
"Yoon, aku pulang dulu Ne.. jangan sampai kelelahan arra?" Ujar Seokjin. Yoongi mengangguk.
"Ne Hyung" balasnya. Seokjin keluar dari flat itu, menuju mobilnya lalu melaju dengan kecepatan sedang.
Tes..
Yoongi spontan menutup hidungnya kala merasakan ada yang keluar dari sana. Ia berlari menuju wastafel, bertumpu pada pinggirannya. Membiarkan cairan merah pekat keluar lebih banyak dari hidungnya.
"Akhh.. appo.." ringisnya. Kepalanya berdenyut kencang. Yoongi meremat kepalanya erat. Menarik rambutnya untuk mengurangi rasa sakit yang terus menjalar. Ia memaksakan diri berjalan memasuki kamar. Jika ia tidur, mungkin sakitnya akan hilang esok hari.
Mungkin...
▪▪▪▪
[Apgujeong High School]
06.45
Jungkook yang sedang berjalan santai di koridor sekolah mendadak dikejutkan dengan dorongan dari belakang.
"Yo!"
Jungkook memutar matanya malas. Ini pasti teman anehnya. Si bule dari cina itu, Minghao.
"Kook, kau ikut latihan kan, nanti?" Tanya Minghao.
"Hmm.." Jungkook membalas dengan gumaman malas.
"Oke, jangan sampai terlambat datang" ucap Minghao lalu pergi begitu saja. Jungkook mendengus.
Begitu saja?
Hanya begitu?
Hanya untuk menanyakan hal seperi itu?
"Dasar" gerutu Jungkook. Ia melanjutkan langkahnya menuju kelas. Lagipula ia tentu akan mengikuti latihan hari ini.
.
.
.
."Jung!" Jungkook menerima operan bola berwarna oren itu pada Mingyu. Ia dengan cekatan melemparkan benda berbentuk lingkaran itu kedalam ring. Membuat sorak sorai dari timnya terdengar.
"Latihan hari ini cukup sampai disini. Kalian boleh pulang" ujar Jung songsaenim sebelum keluar pergi dari lapangan indoor itu.
Jungkook melangkah menuju pinggir lapangan. Mengambil sebotol air mineral dari tas lalu menegaknya hingga hampir tandas. Setelahnya Jungkook melepas Jersey basketnya. Memperlihatkan perut berkotak enam miliknya.
Minghao berjalan mendekati pakaian Jungkook yang sudah berganti dengan kaos putih pendek. Ia ingin bertanya sesuatu.
"Jung, kau pernah operasi ya?" Tanyanya. Jungkook mengangguk membenarkan.
"Tahu darimana?" Tanya Jungkook.
"Perutmu tadi, ada bekas jahitan. Operasi apa?" Tanya Minghao.
"Usus buntu kata appa. Dulu saat aku masih kecil" jawaban Jungkook membuat Minghao mengernyit heran.
"Sepertinya bukan" Ucap Minghao. Alis Jungkook menukik.
"Bukan apa?"
"Jika itu operasi usus buntu, harusnya sayatannya lebih ke bawah. Dan juga, jahitan usus buntu tidak sepanjang itu Jung. Aku yakin itu bukan usus buntu"
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
The Last ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed Min Yoongi itu rapuh, tapi ia sembunyikan segala kelemahannya dalam topeng bak es. Ayah dan adik membencinya, karena sebuah kesalah pahaman. Padahal, Yoongi telah menggantikan dengan miliknya yang ber...