"Hyung..."
"Yoon..."
Yoongi menatap Jungkook dan Seokjin bergantian. Sampai-sampai senyum jahilnya terukir.
Memang akan yang dipikirkan kedua orang itu?
"Aku lelah Hyung. Aku ingin pulang, disini bau obat! Lihat ini, tanganku juga membengkak karena jarum yang terus menusuk!" Adu Yoongi, membuat dua orang didepannya memasang wajah blank.
Seokjin menggertakkan giginya gemas. Rasa-rasanya ia ingin melahap anak didepannya hidup-hidup.
Tak tahu saja Yoongi bahwa jantungnya bekerja berkali-kali lipat tadi.
"Jadi Hyung... Pulang??" Tanya Yoongi dengan puppy eyes andalannya. Siapa tahu Seokjin luluh bukan?
Seokjin mendengus. Ia masih kesal bung!
"Tidak! Tidak hari ini!" Tolak Seokjin mentah-mentah.
"Berarti besok?" Tanya Yoongi. Seokjin kembali menggeleng.
"Tidak!" Ujarnya tegas.
"Lalu kapan Hyung?? Berada di sini itu membosankan! Benar-benar hanya ada bau obat dan tembok putih!" Yoongi sibuk memaki bangunan disekelilingnya.
"Pulang~ pulang~ pulang hyungg~" Rengek Yoongi. Seokjin dibuat pusing berpangkat olehnya.
"Boleh pulang jika sudah baik." Ujar Seokjin.
"Berarti sekarang boleh?" Tanya Yoongi semangat. Seokjin menggeleng.
"Tidak hari ini! Tidak besok! Tidak lusa!" Ujar Seokjin frustasi. Dan senyuman Yoongi berganti dengan kerucutan bibir.
"Kapan? Aku bosan hyuungg~" Rengeknya. Seokjin terlihat berpikir untuk menyanggupi atau menolak permintaan Yoongi.
"Satu Minggu lagi!"
"Mwo? Yaish... Itu lama sekalii~" Rengek Yoongi. Yah.. siapa tahu keputusan Seokjin bisa ditawar.
"Mau pulang tidak?" Tanya Seokjin. Berakhir dengan Yoongi yang hanya bisa menghela nafasnya pasrah.
▪▪▪▪
Sudah satu Minggu. Dan seperti ucapan Seokjin tempo hari, Yoongi diperbolehkan pulang hari ini. Anak itu terlihat begitu bersemangat. Terbukti dari senyum manis yang tak pudar sedari tadi.
Hanya Janghyun yang mengantar Yoongi pulang, karena Jungkook masih berada di sekolah. Berhubung si bungsu itu masih berada di sekolah.
Janghyun dan Yoongi sedang berada di mobil. Mereka akan pulang.
Pulang dan hidup bersama. Mereka bertiga, seperti keinginan Jungkook.
Janghyun, Yoongi dan Jungkook.
"Yoon, kenapa?" Tanya Janghyun saat menyadari anak sulungnya hanya diam sedari tadi.
Yoongi menggeleng. Matanya menatap jalanan Seoul yang tidak terlalu padat.
"Hanya mengantuk Appa.." Balasnya.
"Tidur saja dulu, nanti Appa bangunkan jika sampai di rumah." Ujar Janghyun. Dan benar saja, Yoongi langsung menyamankan posisinya untuk tidur. Dan terlelap kurang lebih tiga menit kemudian.
▪▪▪▪
Janghyun merengkuh Yoongi dalam gendongannya. Ia memilih untuk menggendong Yoongi sampai ke kamar. Dari pada Janghyun harus membangunkan tidur putra sulungnya itu. Janghyun tahu Yoongi lelah.
Tak hanya lelah fisik atau batin. Tapi lelah dalam artian yang lebih spesifik.
Janghyun merebahkan tubuh Yoongi ke atas kasur dengan hati-hati. Ia berusaha agar tak membangunkan putranya itu walau hanya dengan gerakan sekecil apapun.
Janghyun menarik selimut abu-abu itu hingga sebatas dada. Ia mendekatkan kepalanya ke wajah sang anak sebelum akhirnya mengecup kening itu hangat.
"Jalja..."
.
.
.
.14.00
"Appa..."
Janghyun menoleh, mendapati si sulung berdiri di atas tangga. Ia meletakkan majalah bisnis yang sedari tadi ia baca.
"Kemarilah Yoon.." Ujarnya.
Yoongi menurut. Ia turun dengan tangan yang sesekali mengucek mata.
Yoongi mengambil tempat duduk di samping Janghyun. Tapi sang ayah mengangkat badannya begitu saja. Membawa dirinya ke atas paha kekar milik sang ayah. Hal itu tentu saja membuat Yoongi terkejut.
"Ap--"
"Nanti makan yang banyak ya... Akan Appa buatkan makanan kesukaanmu." Ujar Janghyun, memotong ucapan Yoongi begitu saja.
Yoongi mengalihkan pandangannya. Menatap tepat pada iris kelam sang ayah.
"Bukannya Appa tidak bisa memasak sedari dulu?"
Skakmat!
"E-em.. maksudnya, nanti akan Appa minta Hwang Ajhumma memasak makanan kesukaanmu. Tapi dimakan ya Yoon? Harus dihabiskan." Ujar Janghyun. Karena ia menyadari, bahwa tubuh Yoongi benar-benar ringan bagi anak seusianya.
Janghyun menyadari hal itu saat ia menggendong Yoongi tadi atau saat memangku putranya detik ini.
"Eum..."
Yoongi mengangguk ragu. Karena ia tak yakin makanan itu akan masuk ke dalam perutnya. Mungkin hanya sebagian, dan yang lain akan membuatnya mengeluarkannya secara tiba-tiba.
Yah.. semoga saja itu tidak terjadi..
"Jungkook belum pulang?" Tanya Yoongi. Janghyun menggeleng.
"Jungkook pulang pukul setengah tiga. Masih setengah jam lagi." Ujar Janghyun. Yoongi mengangguk. Dan hening setelahnya. Yoongi masih sibuk dengan pikirannya. Ingin melontarkan perkataan, tapi ia ragu.
Dan wajah menggemaskan itu tak luput dari kedua mata Janghyun. Ia tengah menahan senyumnya sedari tadi. Putranya benar-benar menggemaskan.
"E-eum.. Apa tidak berat Appa?"
Pertanyaan yang keluar dari bilah bibir itu membuat Janghyun semakin sulit untuk menahan kegemasannya.
"Apa yang berat?" Tanya Janghyun memancing putranya. Dan seperti yang ia inginkan, Yoongi menjawab dengan malu-malu.
"Aku, apa tidak berat?"
Pecah sudah tawa Janghyun. Membuat bibir putra sulungnya mencebik lucu.
"Kata siapa Yoongi berat heum?" Pertanyaan Janghyun itu dibalas gelengan lucu oleh Yoongi. Ia tak berniat melanjutkan percakapan, ia tak ingin lebih malu lagi.
Anak itu menyenderkan kepalanya pada dada bidang sang ayah. Matanya menerawang langit-langit. Hingga akhirnya memberanikan diri untuk membuka suara.
"Appa.."
"Hm?"
"Aku lelah.."
"..."
"Jika aku menyerah, apa Appa akan marah?"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed Min Yoongi itu rapuh, tapi ia sembunyikan segala kelemahannya dalam topeng bak es. Ayah dan adik membencinya, karena sebuah kesalah pahaman. Padahal, Yoongi telah menggantikan dengan miliknya yang ber...