"Jahitan usus buntu tidak sepanjang itu"
"Aku yakin itu bukan usus buntu"
Kata-kata Minghao tadi berputar dalam otaknya. Ia juga baru sadar jika luka bekas jahitan ini lebih ke atas. Bukankah seharusnya jahitan usus buntu itu ada di bawah perut?
"Akan kutanyakan pada appa nanti" Gumam Jungkook. Tapi lima detik setelahnya ia menepuk jidat. Ia baru ingat ayahnya berada di luar kota untuk satu minggu ini.
"Aissh.. siapa ya? Lee Ajhumma? Atau.. Nam Aj-" Gumaman Jungkook berhenti ketika melihat mobil hitam berhenti tak jauh didepannya. Itu pasti Nam Ajusshi. Sopir keluarganya.
"Annyeong Ajusshi" sapa Jungkook ketika memasuki mobil. Nam Ajusshi mengangguk, tersenyum lalu membalas sapaan Jungkook dengan fokus yang terarah pada jalanan.
Hening tercipta sejenak, hingga Jungkook membuka mulutnya. Bertanya tentang sesuatu yang sedari tadi terus berputar di kepalanya.
"Ajusshi.." panggilnya.
"Ne Tuan muda.."
"Ahh.. ajusshi, jangan tuan muda!" Nam Ajusshi terkekeh pelan.
"Ne Jungkook.. begitu?" Ulang Nam Ajusshi. Jungkook mengangguk semangat.
"Jadi, Jungkook.. apa yang ingin dikatakan tadi?" Tanya Nam Ajusshi. Jungkook tersentak pelan.
"Oh iya! Apa Ajusshi tahu jahitan di perutku?" Tanyanya. Nam Ajusshi menggeleng.
"Ajusshi belum lama bekerja Jungkook. Jadi tidak tahu" jawab Nam Ajusshi membuat Jungkook menghela nafasnya panjang.
"Tapi, Lee Ajhumma mungkin tahu Jungkook-ah, bukankah Lee Ajhumma sudah lama bekerja?" Tanya Nam Ajusshi. Jungkook mengangguk membenarkan. Ia akan bertanya nanti.
.
.
.
."Lee Ajhumma eodiseo?" Tanya Jungkook pada salah satu maid.
"Ada di belakang tuan muda" Jawab maid itu sopan.
"Gomawo.. oh! Panggil saja Jungkook" Ucap Jungkook. Setelahnya, Anak itu melesat pergi ke belakang mansion. Rasa penasarannya melebihi segalanya. Ia tidak akan bisa tidur jika penasarannya tidak terpecahkan.
"Lee Ajhumma!" Panggil Jungkook. Spontan Lee Ajhumma yang sedang menyiram tanaman pun terpaksa menghentikan kegiatannya. Ia menoleh kearah Jungkook.
"Ada apa tuan mu-"
"Jungkook Ajhumma! Jungkook!" Sela Jungkook. Ia menarik tangan Lee Ajhumma menuju dua kursi yang kebetulan ada disana.
"Ada apa Jungkook-ah?" Tanya Lee Ajhumma.
"Aku mau tanya Ajhumma" ucap Jungkook. Ia menyibak kaosnya, memperlihatkan luka jahitan panjang di perut sebelah kanannya. Ia memandang Lee Ajhumma lekat.
"Ajhumma tahu tentang ini?"
.
.
.
."Gomawo Ajhumma.. Aku masuk dulu" ucap Jungkook. Lee Ajhumma tersenyum tipis. Namun jika diperhatikan, raut wajah keriput itu tampak sendu.
'Mianhae..'
Lee Ajhumma melanjutkan pekerjaannya yang tertunda setelah Jungkook memasuki rumah.
. . .
"Itu memang bukan usus buntu Jungkook-ah.."
"Mwo?"
"Kau pernah mendapatkan donor ginjal saat kau kecil dulu. Ingat bukan kecelakaan enam tahun yang lalu?"
"Ne.."
"Ginjal kananmu rusak karena benturan. Dan kau mendapatkan donor ginjal dulu"
"Dari siapa?"
"Ajhumma juga tidak tahu Jungkook-ah"
"Ahh.. Ne, gomawo Ajhumma.."
. . .
Jungkook memasuki rumahnya. Ia masih tidak menyangka. Jadi selama ini ayahnya berbohong? Dan dengan bodohnya Jungkook menelan semua kebohongan itu bulat-bulat.
Anak itu berjalan menaiki tangga untuk menuju kamarnya. Setidaknya rasa penasarannya sudah terpecahkan, walau hanya sedikit.
Ia tahu kebenarannya. Tapi itu belum cukup bagi Jungkook. Ia masih penasaran, siapa yang mendonorkan ginjal padanya?
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed Min Yoongi itu rapuh, tapi ia sembunyikan segala kelemahannya dalam topeng bak es. Ayah dan adik membencinya, karena sebuah kesalah pahaman. Padahal, Yoongi telah menggantikan dengan miliknya yang ber...