5

8.1K 879 79
                                    

Bugh!

Bugh!

Byurrr!

Ketiga remaja itu tertawa puas kala mereka berhasil membuat seni di tubuh korbannya.

"Kau mau lagi?" Tanya namjoon sambil mencengkeram dagu Yoongi. Tubuh Yoongi sudah basah kuyup. Wajah anak itu sudah berhias lebam ungu kebiruan.

"Oh, Jungkook-ah! Beri dia bonus pukulanmu!" Jungkook tersenyum miring. Setelahnya ia berjalan kedepan, memukul Yoongi tepat diperutnya. Membuat rasa nyeri cepat menjalar.

"Sshh.." Ringis Yoongi. Hampir saja Jungkook hendak melayangkan satu bogeman sebelum suara bel berbunyi nyaring.

Kringgg!!!

"Aish! Sudah masuk! Ayo cepat kita keluar!" Ujar Namjoon.

"Bagaimana kalau dia keluar?" Tanya Changgu. Namjoon berhenti, ia menatap Yoongi dengan lebam dimana-mana.

"Terserah kalian! Buat saja pingsan atau bagaimana!" Ucap Namjoon. Changgu mengangguk. Ia berjalan kearah Yoongi.

BUGH!

Bogeman keras ia layangkan tepat di hidung Yoongi membuat darah mengalir deras dari sana.

"Ayo! Ayo! Cepat!!" Changgu berdiri. Ia pergi dari sana. Namun sebelum itu, Jungkook mengunci kembali pintu toilet itu. Meninggalkan Yoongi sendiri didalam toilet tak terpakai.

.
.
.
.

"Ada yang tahu Min Yoongi?" Sekelas serentak menggeleng. Kim ssaem hendak melanjutkan pelajarannya sebelum suara Namjoon terdengar.

"Saya tadi melihat Yoongi masuk ssaem. Tapi Yoongi keluar setelahnya, saya tidak tahu dia mau pergi kemana. Iya kan, Changgu?"

"Ye, benar ssaem. Lihat saja tasnya masih ada" Imbuh Changgu.

Kim ssaem menatap tempat duduk Yoongi. Memang tasnya masih ada ditempat. Tapi setahunya, Yoongi adalah anak rajin. Membolos itu, sama sekali bukan tipikal Min Yoongi.

"Baiklah. Kita lanjutkan pelajaran"

.
.
.
.

"Aish! Kenapa belum mau berhenti?" Itu Yoongi, anak itu tengah memijat pangkal hidungnya. Berusaha untuk menghentikan mimisan yang sayangnya belum mau berhenti sejak tadi padahal darahnya sudah keluar banyak sekali.

"Akh!!" rintihnya. Kepalanya terasa sangat sakit. Efek dari pukulan dan juga temannya yang berulah. Dan sialnya, ia meninggalkan obat pemberian Seokjin semalam di tas.

"Aakh! Appo.." Yoongi mengeratkan cengkraman tangan pada kepalanya. Ia menjambak rambutnya hingga ada beberapa rambutnya yang rontok.

Kepalanya sangat sakit saat ini.

"Jin hyu--

Brukk!

.
.
.
.

16.30

Sekolah sudah selesai sejak satu jam tadi. Sekarang hanya tinggal beberapa guru yang masih tinggal di sekolah. Begitu juga dengan Kim Ssaem yang memang mendapat jadwal piket hari ini.

Ia mengelilingi sekolah itu, memeriksa dari kelas satu ke kelas lainnya. Memastikan para murid sudah pulang. Tapi langkahnya berhenti ketika ia melewati kamar mandi yang sudah lama tak dipakai.

"Ini, kenapa kuncinya ada disini?" Monolognya.

"Apa ada orang didalam?" Kim ssaem memutar kunci yang tergantung di pintu hingga terdengar bunyi 'klek' sebanyak dua kali.

Ceklek.

"Omo! Ada orang disini?!" Ucapnya terkejut. Ia segera menghampiri seseorang yang tergeletak di sana.

"Hei nak! Bangun.."

"Yoongi?"

"Yoongi...irreona.." Ucapnya sambil menepuk pipi Yoongi. Merasa tidak ada jawaban, Kim ssaem segera menggendong tubuh berbalut seragam yang basah itu, membawanya keluar dari ruangan ini.

▪▪▪▪

"Uisa, bagaimana keadaan murid saya?" Tanya Kim ssaem. Ya, ia membawa Yoongi ke rumah sakit saat melihat seberapa pucatnya wajah itu. Dan seperti sekarang, Kim ssaem sengaja menunggu Yoongi saat anak itu diperiksa.

"Yoongi baik-baik saja. Ia hanya kelelahan dan terkena hipotermia" Jelas dokter itu.

Dan tentu saja Seokjin berbohong dengan kata hanya.

"Oh, anda mengenal Yoongi?" Tanya Kim ssaem. Dokter itu mengangguk.

"Saya Kim Seokjin, Yoongi sudah saya anggap seperti adik saya sendiri" Balas Seokjin sopan.

.
.
.
.

18.20

"Yak! Kau ini kenapa sebenarnya huh?! Apa kau tidak meminum obatmu?" Seokjin terus saja mengomel ria sambil memandang tajam Yoongi. Kim ssaem sudah pulang sejak tadi. Jadilah ia yang menunggu Yoongi saat ini. Lagi pula shift Seokjin sudah berakhir.

"Mian.." Seokjin mendengus mendengar jawaban namja yang lebih muda darinya itu. Ia membuang nafasnya cuma-cuma. Seokjin juga tidak akan tega memarahi Yoongi disaat seperti ini.

"Kenapa lebam begini? Kau dibuli, lagi?" Tanya Seokjin yang lebih merujuk ke pernyataan sebenarnya. Dokter itu memang sudah tahu Yoongi sering menjadi target pembulian di sekolahnya.

Dan anggukan pelan Yoongi membuat Seokjin membuang nafasnya, lagi.







TBC

The Last ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang