Empat hari Yoongi dirawat dirumah sakit, dan anak itu tengah berada di dalam flatnya sekarang.
Seokjin nyatanya benar-benar tak membiarkan anak itu pulang cepat.
Dan sekarang ini, Yoongi sedang menonton televisi yang menayangkan kucing biru berkantung. Sesekali mengomentari bagaimana bisa di kucing aneh itu mengeluarkan berbagai macam benda dari dalam kantungnya.
"Bukankah kantung itu terlalu kecil?"
"Bagaimana bisa pintu keluar dari dalam sana?"
"Apa itu? Kenapa ekornya seperti jarum?"
"Hanya dengan benda kecil diatas kepala seperti itu mereka bisa terbang? Sungguh tidak masuk akal"
Dan hebatnya, kartun 'tak masuk akal' itu tetap ia tonton dengan mulut yang komat-kamit berkomentar.
Tes..
Tes..
"Eoh?" Beo Yoongi. Anak itu menyentuh bawah hidungnya. Dan benar saja, ia mimisan. Yoongi mematikan televisi dengan cepat. Setelahnya ia segera berlari menuju kamar mandi.
▪▪▪▪
"Sshh.. kenapa belum mau berhenti?" Rintihnya. Dan yang paling Yoongi benci datang lagi, sakit itu datang. Kepalanya serasa akan pecah.
Yoongi berjongkok. Sebab kakinya terlalu lemas untuk berdiri. Ia memijat pelipisnya, berharap agar pening ini segera hilang.
"Akh.. appo.." Rintihnya. Tak hanya kepala, tapi seluruh tubuhnya sakit.
Brakk!!
"MIN YOONGI!"
Yoongi yang ada dikamar mandi berjengit kaget. Yoongi tahu, ini suara ayahnya. Ia cepat-cepat membasuh wajahnya untuk menghilangkan darah bekas mimisan. Setelahnya Yoongi keluar dari kamar mandi dengan langkah yang ia jaga sedemikian rupa agar tak tumbang. Dan langsung saja, Janghyun menyeretnya keluar. Membuat pening dikepalanya semakin menjadi.
"Ikut aku kerumah sakit!" Teriak Janghyun. Ia menyeret lengan Yoongi, hendak membawanya masuk kedalam mobil.
"Untuk apa?" Tanya Yoongi bingung.
"Jungkook kecelakaan. Ia butuh donor darah" Ucap Janghyun tanpa menghentikan langkahnya menuju mobil yang terparkir. Golongan darahnya B, sedangkan Jungkook O. Hanya Yoongi dan mendiang istrinya yang bisa mendonorkan darah pada Jungkook.
Mata Yoongi membulat terkejut. Ia menghentikan langkahnya. Membuat Janghyun yang menyeretnya ikut berhenti dan berbalik. Menatap tajam pada sang anak yang terus menunduk.
"Kenapa berhenti?! Ayo ikut!" Teriak Janghyun. Yoongi menggeleng.
Bukan karena tidak mau, tapi dengan 'teman'-nya itu, ia tak yakin akan bisa mendonorkan darahnya.
Bukan karena resiko apa yang akan terjadi pada dirinya nanti. Bukan, sama sekali bukan itu.
Tapi hanya, apa yang akan terjadi pada Jungkook jika adiknya itu menerima donor darah dari penderita kanker darah seperti dirinya ini.
Ia takut jika Jungkook menerima donor darah darinya, adiknya itu akan bertambah parah.
"Min Yoongi!! Jungkook membutuhkan darahmu sekarang!" Teriak Janghyun kalap. Ia marah sungguh, anaknya membutuhkan donor darah. Dan Yoongi malah berlaku seperti ini.
"Aku tidak bisa.." Lirih Yoongi. Sebisa mungkin ia menahan suara bergetarnya. Tubuh Yoongi sangat lemas sekarang ini. Kedua kakinya bergetar menahan berat tubuh. Tapi Yoongi tak boleh tumbang, ada ayahnya disini.
Ia tak boleh lemah.
Janghyun menatap Yoongi yang sedang menunduk dengan tatapan tajam. Ia tak salah dengar bukan? Jika Yoongi tak mau mendonorkan darahnya pada Jungkook?
Amarah Janghyun memuncak, tanpa aba-aba, Janghyun melayangkan tangannya menuju pipi kanan Yoongi.
Plak!!
TBC
Nasib.. tinggal kuota malam😌
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last ✔
FanficDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed Min Yoongi itu rapuh, tapi ia sembunyikan segala kelemahannya dalam topeng bak es. Ayah dan adik membencinya, karena sebuah kesalah pahaman. Padahal, Yoongi telah menggantikan dengan miliknya yang ber...