"Pulang, Jungkook!!"
Keduanya tersentak kala teriakan itu menggema hingga sudut-sudut ruangan. Janghyun datang, ia dengan cepat menarik tangan Jungkook untuk membawanya keluar. Tapi dengan cepat pula, Jungkook melepaskan cengkraman kuat Janghyun.
Janghyun menatap tajam Jungkook. Anak itu sudah berani membantahnya. Seingatnya Jungkook-nya adalah anak yang penurut. Tapi yang ada didepannya ini berbeda.
"Pulang!" Bentak Janghyun. Ia tidak ingin Jungkook berada disini, apalagi bersama dengan sialan itu.
"Shireo! Aku ingin disini bersama Yoongi Hyung!" Balas Jungkook tak kalah seru. Pandangan Janghyun beralih pada Yoongi yang menundukkan kepalanya. Ia berjalan mendekati Yoongi.
Tangannya ia bawa untuk mengusak lembut rambut hitam itu.
Yoongi membulatkan matanya kala usakan halus di kepalanya terasa.
Ia senang, sungguh.
Walau hanya sesaat.
Srett...
Janghyun menjambak rambut itu kuat. Memaksa Yoongi mendongak, menampakkan wajah yang amat ia benci. Ia menatap tajam kedua mata Yoongi.
"Apa yang kau lakukan pada anakku?!" Teriak Janghyun. Yoongi menggeleng takut-takut. Ia tak melakukan apapun, sungguh.
"A-aku tidak... akh!"
Yoongi memejamkan matanya erat kala jambakan itu semakin kuat. Perih, mungkin beberapa helai rambut sudah lepas dari tempatnya.
"Kau! Aku bertanya apa yang kau lakukan pada Jungkookku hingga dia berani membantah perintahku?!!"
"A-aniyo... aku tidak melakukan apapun.."
"Heh! Apa kau menghasut anakku?!" Yoongi menggeleng.
"A-aniyo.."
"Kau pasti melakukannya! Setelah itu kau akan mencelakai Jungkook, benar begitu?!" Teriak Janghyun marah. Yoongi menggeleng ribut.
"A-ani.."
"Brengsek! Mati saja!"
Brugh!
Janghyun melempar tubuh itu hingga membentur dinding. Membuat Yoongi meringis kala merasakan perih dipunggungnya.
"Aku akan membunuhmu sekarang juga!" Teriak Janghyun. Ia mendekat ke arah Yoongi. Dirinya penuh dengan hasrat membunuh.
Entah kenapa setiap melihat Yoongi Janghyun selalu ingin menyakitinya. Melihat wajah kesakitan itu adalah hal yang paling menyenangkan baginya.
"Appa!"
Janghyun berhenti, menatap Jungkook dengan tatapan tajamnya.
"Kau! Diam disitu Jungkook!! Lihat saja! Anak ini akan mendapat balasannya!"
Jungkook menggeleng keras.
"Yoongi Hyung tidak salah! Jangan sakiti Yoongi Hyung appa.. jebal..."
Tapi seakan tuli, Janghyun tak mendengarkan permohonan anak kesayangannya itu. Ia terus berjalan, mendekati Yoongi yang bersandar di dinding.
"Kau hampir membunuh Jungkook-ku dulu. Sekarang kau akan merasakannya" Ucap Janghyun. Ia mencengkeram dagu Yoongi kuat-kuat. Lalu membenturkan kepala itu pada dinding dibelakangnya.
"Akh.."
"Diam! Jangan bersuara atau aku akan melakukan yang lebih menyenangkan daripada ini" Seringainya muncul. Ia memainkan kepala Yoongi, melemparnya ke kanan-kiri seolah apa yang ia pegang hanyalah mainan tak bernyawa.
"Jebal.. jangan sakiti Yoongi Hyung.." Pinta Jungkook yang sama sekali tak digubris oleh Janghyun.
Bugh!
'Appo..'
Yoongi mengerang dalam batinnya saat pukulan kuat itu mengenai perutnya. Selebihnya, anak itu hanya mampu menggigit kuat bibir bawahnya. Berusaha tak mengeluarkan suara sekecil apapun.
Janghyun tersenyum miring. Ia selalu senang saat melihat wajah kesakitan itu. Seolah menjadi candu untuknya, Janghyun mulai melayangkan pukulan-pukulan lain pada tubuh Yoongi.
Bugh!
Bugh!
"A-akh.."
"Oh.. kau bersuara. Itu artinya kau meminta lebih, kan?"
Bugh!
Bugh!
"Appa.. jangan--"
"Nam Joo Hyuk!" Teriak Janghyun keras. Tak lama masuklah Nam Ajusshi ke dalam flat itu. Ia membungkuk sopan.
"Ne, tuan..". Balasnya sopan.
"Antar Jungkook pulang terlebih dahulu!" Perintah Janghyun. Nam Ajusshi mengangguk patuh. Ia segera membawa Jungkook keluar dari sana. Dengan hati yang sibuk mengucap beribu kata maaf sedari tadi.
Sedikit banyak ia tahu apa yang terjadi.
▪▪▪▪
"Andwae hiks.. Yoongi Hyung.."
"Hiks..hikss"Isakan itu terus menggema sepanjang perjalanan pulang. Membuat Nam Ajusshi menggigit bibir bawahnya karena merasa bersalah.
.
.
.
.Janghyun tersenyum, memang. Tapi entah kenapa ini tak seperti biasanya. Ia tak puas.
Tapi, toh Yoongi memang harus mendapatkan semua ini.
Janghyun melepaskan kaos Yoongi yang ia cengkram sedari tadi. Mengamati Yoongi dari ujung kaki sampai atas kepala.
Matanya buta, otaknya buntu. Janghyun bahkan tak bisa berpikir tentang kejadian enam tahun silam. Karena yang ada dipikirannya hanyalah Jungkook.
Saat Jungkook lahir, istrinya pergi. Jungkook bahkan hanya mengetahui rupa sang ibu dari foto. Itu membuatnya yakin jika Jungkook harus mendapatkan perhatian lebih darinya. Ia menjaga Jungkook. Tak membiarkan Jungkook terluka walau hanya sedikit. Janghyun menjadi overprotektif. Bahkan sampai melupakan presensi Yoongi yang tak lain adalah putra sulungnya.
Ia menganggap Yoongi sudah besar diusianya yang masih kecil. Membiarkan putera sulungnya itu tinggal sendirian. Janghyun hanya fokus pada Jungkook. Semua pikirannya tersita, Jungkook mengambil semuanya.
Janghyun menyebut Yoongi telah cukup mendapatkan kasih sayang.
Cukupkah?
Tidak. Hanya Janghyun yang tidak tahu.
Ia tak tahu semuanya. Matanya tertutup oleh bayang-bayang Jungkook. Jika Janghyun mengurutkan, maka tempat pertama dihatinya adalah sang istri, Jungkook lalu Yoongi.
Atau, Yoongi sudah dilupakannya?
'Sayangi dan lindungi kedua putra kita Janghyunie..'
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
The Last ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed Min Yoongi itu rapuh, tapi ia sembunyikan segala kelemahannya dalam topeng bak es. Ayah dan adik membencinya, karena sebuah kesalah pahaman. Padahal, Yoongi telah menggantikan dengan miliknya yang ber...