Perpisahan...
Berbicara tentang perpisahan, semua orang pernah merasakannya. Seperti Janghyun dan Jungkook yang kini kembali merasakannya.
Jungkook rasa, seperti baru kemarin ia datang ke flat Yoongi sembari menangis. Seperti baru kemarin ia bermain bersama Yoongi. Tertawa bersama, saling bersenda gurau.
Tapi, semuanya sirna sekarang. Apa yang Jungkook pernah lakukan bersama sang kakak, tak akan pernah terulang kembali.
Penyesalan hinggap di relung hati Jungkook.
Jika saja, jika saja ia tahu tawa sang kakak adalah tawa terakhir, Jungkook akan menjaganya. Bak menjaga sebuah berlian mahal dari goresan. Jungkook tak akan membiarkannya tergores sedikitpun.
Tapi kini semuanya terlambat. Jungkook tak lagi bisa merasakan usakan halus dikepalanya. Pelukan hangat sang kakak, semuanya telah pergi bersama waktu.
Walau nyatanya, setelah tiga tahun berlalu, rindu itu tetap ada.Seperti enggan pergi dari tempatnya bersemayam.
Hari ini, sembilan Maret. Jungkook melangkah memasuki pemakaman dengan dua ikat bunga segar. Jungkook tersenyum tipis. Ia tak akan menangis. Jungkook tak ingin menjadi anak cengeng. Dan akan ia buktikan hal ini pada sang kakak.
Jungkook percaya, kakaknya melihat dari atas sana.
"Hyungie, Eomma.."
Jungkook berismpuh diantara kedua nisan yang tampak anggun. Ia meletakkan seikat bunga di masing-masing nisan. Senyumnya terbit kala menatap wajah yang ada di foto.
Wajah dua orang tersayangnya.
"Annyeong Eomma, Hyungie..."sapanya lirih. Menarik napas sejenak belum kembali melanjutkan.
"Eomma, Hyung, maaf Jungkook hanya datang sendiri. Appa masih dikantor dan Jin Hyung masih bekerja. Aku tak ingin menganggunya hehe... Hyung tahu? Jin Hyung telah menjadi kepala dokter spesialis Kanker sekarang! Gajinya juga bertambah! Tapi Jin Hyung jarang mentraktirku. Memang pelit, dasar." Gerutu Jungkook.
Si kelinci itu menatap foto Yoongi. Sebelum kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. Membentuk sebuah kurva lengkung yang nampak indah. Jungkook tersenyum, menampakkan kedua gigi kelinci yang menyembul malu-malu.
"Hari ini ulang tahun Hyungie bukan? Aku tidak tahu harus memberi apa. Hyung tahu, aku tak punya apapun untuk diberikan. Eumm... Hari ini, apa boleh Jungkook yang meminta hadiah? Mungkin terdengar aneh, tapi boleh kan, hyung?"
Seakan bertatap wajah dengan Yoongi, Jungkook terus berbicara. Melontarkan rangakaian kalimat dengan fasih.
Tak ada binar sedih di matanya. Hanya senyum yang terpampang sejak tadi. Jungkook telah bertekad untuk tak bersedih. Ia tak akan menangis ketika mengunjungi rumah kekal kedua orang tersayangnya.
"Jungkook hanya meminta Yoongi Hyung dan Eomma untuk datang ke mimpiku! Boleh kan?" Tanyanya. Senyum masih terpampang apik.
Jungkook berdiri setelah mengusap kedua kepala nisan. Ia membersihkan celana hitamnya yang terkena tanah.
"Sudah untuk hari ini ya? Eomma, Yoon Hyung, Selamat ulang tahun, Hyung! Dan ingat!! Jungkook menunggu Eomma dan Yoongi Hyung nanti malam!
Haha... Annyeong!"
Hari itu, berbekal senyum yang mengembang, Jungkook melambaikan tangannya sembari berjalan berbalik. Pergi menjauhi makam kedua orang tersayangnya. Yang tanpa Jungkook bisa ketahui, dua orang disana tengah terbentuk hangat. Menatap punggungnya yang kian menjauh.
Walau perpisahan itu menyakitkan, Jungkook tak akan melupakannya. Ia tak akan melupakan sedikit pun kenangan yang ia ukir bersama sang kakak dan ibu. Sebab kenangan itu, merupakan hal terindah yang pernah terjadi.
END
----
Kepo dong,,
Bagi kalian, pesan dan kesan tentang cerita ini apa sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed Min Yoongi itu rapuh, tapi ia sembunyikan segala kelemahannya dalam topeng bak es. Ayah dan adik membencinya, karena sebuah kesalah pahaman. Padahal, Yoongi telah menggantikan dengan miliknya yang ber...