"Aissh! Jinjja! Kenapa kau berangkat kerja hari ini?! Sudah tahu baru pulang dari rumah sakit pagi tadi. Dan sekarang lihat! Apa ini?!" Omel Seokjin. Ia melakukan mobilnya dengan mulut yang komat-kamit kekanan-kiri. Yoongi yang disampingnya hanya diam memandang jalanan yang sepi.
"Kita kerumah sakit!" Ucap Seokjin.
"Andwae.." Tolak Yoongi lirih.
"Wae? Kenapa tidak mau?" Tanya Seokjin.
"Kerumah saja Hyung, aku benci rumah sakit" Cicit Yoongi. Ia memilih bawah bajunya gugup.
"Aissh!"
.
.
.
."Kemari, lukamu biar Hyung obati" Ujar Seokjin. Yoongi menurut. Ia duduk disamping Seokjin yang sudah siap dengan kotak P3k kecil.
"Sshh.. Hyung, perih.." Ringis Yoongi saat Seokjin menempelkan kapas yang diberi alkohol ke lukanya.
"Tahan sebentar.."Ucap Seokjin. Ia masih fokus pada luka-luka yang didapat oleh Yoongi.
"Jja, selesai. Setelah ini kau harus langsung tidur!" Perintah Seokjin. Yoongi mengangguk patuh. Seokjin mengusak rambut Yoongi. Ia berdiri, lalu berjalan menuju pintu.
"Hyung.." Panggil Yoongi. Seokjin menghentikan langkahnya, ia mengalihkan pandangannya kepada Yoongi.
"Wae?" Tanya Seokjin.
"Obat.." Ucap Yoongi membuat Seokjin ingat.
"Oh iya! Sebentar.." ucap Seokjin. Ia merogoh saku jaketnya untuk menemukan botol berisi pil. Seokjin berjalan ke arah Yoongi. Mengulurkan botol obat itu.
"Minum tepat waktu arra?" Ucap Seokjin. Yoongi mengangguk. Ia tidak ingin kambuh dan menyusahkan Seokjin lagi. Walau sebenarnya Seokjin tidak pernah merasa bahwa Yoongi menyusahkan.
"Hyung pulang dulu Ne?" Pamit Seokjin. Yoongi mengangguk. Ia mengantar Seokjin sampai depan pintu.
"Hati-hati Hyung!" Teriak Yoongi yang dibalas acungan jempol dari kaca mobil.
Yoongi memasuki rumahnya. Tak lupa ia mengunci pintu hingga berbunyi 'klek' sebanyak dua kali. Yoongi berjalan tertatih menuju kamarnya. Ia ingin segera tidur.
.
.
.
."Lihat dia! Persis seperti berandalan!"
"Bukan persis, ia memang berandal"
"Lihat wajahnya, hiii~ mengerikan"
"Apa ia habis berkelahi?"
"Biarkan saja, bukan urusan kita"
Pagi hari Yoongi disambut dengan caci maki para siswa di sekolahnya. Sedari dirumah, Yoongi memang sudah yakin jika wajah penuh lebamnya akan menjadi perbincangan para siswa disekolah. Tapi, ia tetap melanjutkan jalannya yang tertatih menuju kelas. Mengabaikan para murid yang sibuk berbincang mengenai dirinya.
"Woah, kau berkelahi Min?" Yoongi tak memandang siapa yang mengajaknya bicara. Ia memacu kakinya menuju tempat duduknya lalu segera duduk.
"Yak! Kau tak menjawab pertanyaanku?!" Tanya Namjoon, ia sudah duduk diatas meja Yoongi. Sementara pemilik tempat itu hanya diam. Sepertinya, hari ini ia tidak akan tenang. Setiap hari pun tak akan ada kata tenang.
"Hei!" Seru Namjoon. Dengan cepat, ia merebut tas Yoongi mengambil sebotol penuh pil dari dalam tas hitam itu.
"Kau pecandu, Min?" Tanya Namjoon. Ia memperhatikan sebotol obat ditangannya. Mata Yoongi membola sesaat kala mengetahui apa yang Namjoon pegang.
"Kembalikan!" Seru Yoongi. Namjoon memandang jijik Yoongi.
"Teman-teman! Lihatlah! Ada pecandu disini!" Teriak Namjoon membuat atensi seluruh kelas mengarah padanya. Ia mengocok botol bening berisi pil di tangan kanannya. Dan selang beberapa detik, terdengar bisik-bisik para murid dikelas itu.
"Kembalikan padaku!" Teriak Yoongi.
"Tidak akan! Park ssaem harus tahu mengenai ini!" Ucap Namjoon. Setelahnya, ia keluar dari kelas itu entah menuju kemana.
.
.
.
.BRAKK!
pintu kelas dibuka dengan kasar. Pelakunya, Park ssaem. Guru itu menatap nyalang salah satu siswa penghuni kelas.
"Min Yoongi! Ikut saya ke kantor, sekarang!"
▪▪▪▪
Yoongi berjalan dibelakang Park ssaem. Mereka berdua sedang dalam perjalanan menuju menuju kantor BP. Park ssaem tiba-tiba mendatanginya tadi, menyuruhnya mengikuti guru itu menuju kantor.
Park ssaem itu huru BP di Apgujeong High School. Laki-laki berumur sekitar 40 tahun itu terkenal dengan sifat tegas dan disiplinnya. Tak segan untuk menghukum siapapun yang berbuat salah.
Ceklek.
Pintu ruang BP dibuka, Yoongi membulat kaget saat mengetahui siapa saja yang ada di sana.
'Appa?' batinnya. Yoongi menatap ayahnya yang juga menatapnya dengan sorot mata tajam nan dingin.
Dan lagi, ada seorang remaja dengan seragam yang berbeda dengan apa yang ia pakai. Wajah remaja itu juga dipenuhi lebam.
Yoongi ingat.
Itu salah satu remaja yang memukulinya semalam.
"Jadi Min Yoongi, apa benar kau memukul siswa dari Kyunggi?" Tanya Park ssaem. Yoongi menatap Park ssaem terkejut.
"Ani ssaem, saya tidak melakukan hal tersebut" bantah Yoongi sopan.
Apa ini?!
Bukankah ialah korban malam itu?
"Itu benar! Saat itu saya sedang dalam perjalanan pulang sedari minimarket. Tiba-tiba, saya ditarik masuk ke dalam gang lalu dipukuli disana. Saya tidak dapat melihat wajah siapa yang memukul saya karena saat itu gelap. Tapi orang itu berkata namanya Yoongi, dari Apgujeong." Jelas siswa itu.
"Apa yang kau katakan?! Jelas-jelas--"
"Min Yoongi! Jangan membuat masalah lagi!" Teriak Park ssaem memotong ucapan Yoongi.
Yoongi diam menunduk. Ia hanya ingin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Cepat minta maaf pada Kim Junmyeon!" Perintah Park ssaem. Yoongi menghampiri Junmyeon, lalu mengulurkan satu tangannya untuk meminta maaf kepada Junmyeon.
Yah.. walau ia tidak salah. Yoongi hanya tak ingin menambah masalah lagi. Jabatan tangan itu diterima dengan cepat oleh Junmyeon. Namun setelahnya,
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed Min Yoongi itu rapuh, tapi ia sembunyikan segala kelemahannya dalam topeng bak es. Ayah dan adik membencinya, karena sebuah kesalah pahaman. Padahal, Yoongi telah menggantikan dengan miliknya yang ber...