48

4.8K 525 75
                                    

20.00

"Ughh.."

Yoongi membuka matanya pelan. Hal pertama yang ia lihat adalah langit langit berwarna putih dan sang ayah yang terlelap disampingnya.

Yoongi menatap sang ayah. Enggan membangunkan Janghyun dari tidurnya. Janghyun pasti lelah. Dan Yoongi tak seburuk itu untuk membangunkan ayahnya dari tidur.

Sekarang, Yoongi hanya menggulirkan matanya untuk melihat langit-langit ruangan. Ahh... Ia masih hidup ternyata.

Yoongi kira, dirinya akan mati karena 'temannya' tadi.

Ia menarik napasnya panjang kala dadanya terasa sesak, walau masker oksigen telah menempel di wajahnya. Rupanya benda transparan itu tak banyak membantu. Oksigen dari dalam berhembus terlalu kuat, itu yang membuat Yoongi merasa sesak.

"Uhuk!"

Yoongi terbatuk. Ia memejamkan matanya erat. Semakin lama, kepalanya menjadi pusing. Tangannya merambat mencengkram dada.

"A-appa.."

Janghyun membuka matanya yang masih berat. Tubuhnya menegang, ia menegakkan tubuhnya saat melihat Yoongi dengan wajah yang memerah.

"Yoon.. Yoongi.." Panggilnya. Tangannya menekan tombol merah. Ia mengutuk dirinya sendiri.

Kenapa ia harus tidur tadi?

'Bodoh!' umpat Janghyun pada dirinya.

Seharusnya ia tak tidur. Seharusnya ia menemani Yoongi. Menunggu jagoannya sampai membuka mata.

Aishh... Bodoh sekali dirinya!

Tak lama, Jikyung datang dengan wajah kacaunya. Ia yang mengerti keadaan segera memutar interval udara. Mengecilkan besarnya oksigen yang akan dikeluarkan.

Dokter itu bernapas lega kala Yoongi beringsut tenang. Ia meraih tangan Yoongi yang mencengkram dada. Setelahnya, Jikyung mengelus surai kelam itu.

"Sudah?" Tanyanya. Yoongi mengangguk kecil. Menatap bingung siapa yang ada di depannya.

Yoongi tak pernah melihat orang ini sebelumnya. Dan ditatap seperti itu membuat Jikyung menggaruk tengkuknya.

"Ahh, ya.. aku Jikyung, Park Jikyung. Teman Seokjin." Ujarnya. Dan untuk kali ini Yoongi mengangguk paham.

"Aku pergi dulu, akan kupanggilkan Seokjin!" Jikyung berujar penuh semangat membuat Yoongi menampakkan senyum manisnya.

"Aku pergi dulu tuan.."

.

.

.

.

"Appa.."

"Hm?"

"Mau pulang~"

Hah?!

Janghyun segera saja mengalihkan fokusnya. Kedua tangan yang sibuk mengutak-atik handphone itu berhenti seketika.

Hei! Ia tak salah dengar bukan?

"Apa Yoon?" Tanyanya. Ayah dua anak itu mendekatkan wajahnya.

Mungkin, pendengarannya bermasalah.

"Pulang, mau pulang~"

Janghyun menggaruk tengkuknya. Bibirnya kelu untuk sekedar menjawab.

Ya memang dirinya mau menjawab bagaimana?!

"Appa..."

Nah kan, Yoongi merengek. Bagaimana ini?!!

"E-em--"

"Min Yoongi!"

Kedua--Tidak! Semua orang yang ada di sana mungkin terkejut.

'Siapa sih yang datang? Teriak tidak tahu tempat!'

Mungkin seperti itu batin mereka.

Terlebih, ternyata yang datang adalah seorang dokter.

Ah payah!

"Yoongie~"

Yoongi bergidik jijik. Apa-apaan nada bicara Seokjin ini!

Seokjin berjalan mendekat. Menusuk pelan pipi tirus Yoongi dengan jemari panjangnya.

"Kiyowo~"

"Hyung?" Yoongi berucap. Hendak memastikan apakah orang didepannya ini kehilangan kewarasan.

"Hm? Apa?" Seokjin membalas. Masih dengan senyum yang merekah di wajahnya.

Membuat Yoongi yakin jika Seokjin benar-benar kehilangan jiwanya.

"Hyung, kau gila?"

'Hah?!!'

Janghyun mematung. Menatap sang anak dengan mata membulatnya.

Ish! Benar-benar pedas mulut anaknya ini.

Sementara Seokjin mengangkat satu alisnya. Jari telunjuk ia arahkan ke dirinya sendiri.

"Aku? Tentunya tidak." Jawabnya santai. Setelahnya wajahnya berubah menjadi seperti om-om pedofil yang siap menculik Yoongi kapan saja.

Sebenarnya bukan tanpa alasan Seokjin berlaku seperti ini.














Yah...
































































Ia tadi, tak sengaja mendengar Yoongi meminta pulang.

Ehe.

TBC

The Last ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang