32

6.5K 705 126
                                    

"Makan ya Yoon?"

"Shireo!"

"Hanya sedikit saja"

"..."

"Aisshh... Hanya beberapa sendok"

"..."

"Kau harus makan! Pokoknya harus makan!"

"Shireo..."

"Yak! Kau tidak tahu berapa lama kau tidur? Kau tidur selama dua minggu tahu! Dan selama itu kau hanya bergantung pada nutrisi dari cairan infus. Kau sudah bangun sekarang, kau harus makan! Isi kembali tenagamu itu, makanlah walau setidaknya hanya tiga sendok yang akan masuk" Ujar Seokjin panjang. Sedikit menceramahi anak didepannya ini.

Yoongi memejamkan matanya, entah kenapa kepalanya sedikit pusing mendengar ceramah yang keluar dari mulut sakti Seokjin. Ia mengurut keningnya, menimbulkan tatapan khawatir dua orang lainnya.

"Y-yoon.. gwaenchana? Mianhae... Aku--"

"Gwaenchana.." Potong Yoongi. Seokjin menghela nafasnya panjang. Ia sadar dirinya keterlaluan. Seharusnya Seokjin tidak memulai aksi ceramahnya disaat seperti ini.

"Makan ya?" Tawar Seokjin sekali lagi. Dan untungnya Yoongi tak menolak kali ini. Anak didepannya itu mengangguk dengan mudahnya. Mungkin karena merasakan tubuhnya yang lemas.

Dasar!

"Jja, Kook.. ini, suapi Yoongi. Hyung mau ke toilet dulu" Ucap Seokjin sambil memberikan semangkuk bubur lengkap dengan sendok. Jungkook menerima semangkuk bubur itu, lalu mulai menyuapkannya satu-persatu pada Yoongi.

Sungguh Jungkook gugup!

Gugup karena menyuapi Hyung-nya, dan gugup karena melihat wajah polos dengan bibir pucat yang mengerucut itu.

.
.
.
.

"Eoh? Sudah habis? Cepat sekali, kau hebat Kook! Terus! Lanjutkan bakatmu! Anak itu selalu menolak saat akan makan. Pasti akan ada seribu alasan yang keluar dari mulutnya seperti, bubur yang hambar, tidak enak, bosan, dan lain-lain. Tapi kau bisa menyuapinya hanya dalam waktu sekejap?! Aku benar-benar terkejut!!" Ujar Seokjin heboh. Tangannya terulur untuk mengambil mangkuk untuk memeriksanya.

Dan tiga detik setelahnya, ia menatap tak percaya pada bocah kelinci didepannya.

Punya kekuatan apa si kelinci itu hingga bisa membuat Yoongi makan semangkuk penuh?

Hebat!

"Kau benar-benar hebat Kook! Akhirnya ada yang bisa memaksanya untuk makan" Ucap Seokjin lega. Jungkook menatap bingung pada Seokjin.

"Memaksa? Tapi aku tidak memaksa" Ujarnya. Dan mata Seokjin membola.

Yoongi mau makan?


Tanpa dipaksa?!


Benar-benar kejadian langka!!

.
.
.
.

Janghyun disini, ia ada di ruang kerja. Tepat dikantornya. Janghyun memilih kembali ke kantornya untuk menandatangani kertas-kertas penting. Dan setelah ini, ia akan kembali ke rumah sakit. Janghyun akan meminta maaf.


Itu harus!


Waktu telah menunjukkan pukul tiga sore lebih lima belas menit. Dan kira-kira tiga puluh menit lagi, pekerjaannya hari ini akan selesai. Ya, jika dihitung hanya tinggal dua bendel kertas yang setiap bendelnya berisi sepuluh lusin.


15.45




Tepat!

Hanya dengan tiga puluh menit, dua bendel kertas itu selesai ditandatangani. Janghyun segera memakai jas yang sedari tadi ia sampirkan pada kursi. Lalu keluar dari ruang kerjanya.

Ia harus meminta maaf.

.
.
.
.

Ceklek.



Ruangan yang tadinya diisi dengan gelak tawa itu hening seketika. Atmosfer disekelilingnya berubah drastis. Tepat ketika Janghyun masuk.

Jungkook menatap datar Janghyun yang baru masuk. Seokjin yang menyadari aura gelap Jungkook langsung bergerak cepat.

"Ekhm! Kook.. ayo keluar dulu"

Seokjin memecah hening. Ia rasa ayah dan anak itu butuh ruang. Jadi ia mengajak Jungkook keluar. Meninggalkan Janghyun dan Yoongi didalam.

"Yoon.." Panggil Janghyun. Ia melepas jasnya, meletakkannya pada sofa disana.

"N-ne?" Balas Yoongi. Mata kucingnya menatap takut pada sang ayah. Lalu menundukkan kepalanya saat Janghyun duduk di kursi yang disinggahi Jungkook tadi.


Grep.


Yoongi berjengit saat sang ayah menggenggam tangan kanannya. Ia menurunkan kepalanya lebih dalam.

"Appa minta maaf.."

Yoongi tetap menundukkan kepalanya. Enggan mengangkatnya walau hanya secenti. Ia terkejut. Yoongi kira Janghyun akan memukulnya. Tapi tidak nyatanya.

"Appa salah, maafkan Appa..."

Masih tak ada jawaban. Mata Janghyun meredup. Ia pikir Yoongi tak akan memaafkannya.

"Appa memang brengsek.. kau boleh membenci Appa. Tapi tolong jangan hukum Appa seperti ini. Bicaralah walau hanya sedikit" Ujar Janghyun. Lelaki itu menundukkan kepalanya.

Yoongi mengangkat kepalanya, menatap pada ayah. Apa tadi yang Janghyun katakan?

Menghukum?

"Siapa yang menghukum Appa? Aku tidak menghukum Appa, aku juga tidak membenci Appa, sungguh. Sama sekali tidak. Tolong jangan berpikiran seperti itu" Ujar Yoongi pelan. Janghyun mengangkat wajahnya. Menatap Yoongi yang juga menatapnya.

Janghyun merasa dirinya mendapatkan kembali kesempatan yang hampir hilang.

"Mau memaafkan Appa?"

















"Aku tak pernah membenci Appa"







TBC

The Last ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang