17

6.3K 712 58
                                        

[Flat]

16.30

Seharian ini Yoongi tidak keluar dari kamar. Tubuhnya lemas sekali. Sangat tidak nyaman dengan hawa panas dari tubuh.

Yoongi demam.

"D-dingin.." Racaunya. Ia menarik selimut sebatas hidung untuk bersembunyi dari dingin yang sedari tadi mengganggunya. Bahkan ia belum sarapan sejak pagi. Benar-benar tak kuat walau hanya berdiri.

"Akh.."

Yoongi merintih. Sakit itu kembali. Entah sudah yang beberapa kali dalam hari ini. Yoongi tak menghitungnya. Ia benci.

Yoongi benci kepalanya yang terasa sangat sakit. Ia benci bagaimana seluruh tulang maupun sendinya terssa nyeri.

"Arghh.."

Beberapa hari tanpa obat sungguh menyiksa Yoongi. Obat yang menjadi teman hidupnya itu entah kemana. Membuatnya harus menahan sakit berkali-kali lipat.

Seokjin?

Dokter muda itu belum bisa datang hari ini. Pekerjaannya menumpuk. Tapi ia berjanji akan segera menyelesaikan pekerjaannya dan datang ke rumah Yoongi.

Lagipula Yoongi tak memaksa bukan?

Ia sudah terlalu banyak merepotkan Seokjin.

"Mual.."

Yoongi menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Memaksakan dirinya untuk bangkit dan berjalan keluar kamar.

Perutnya seperi diaduk-aduk. Padahal Yoongi sama sekali belum makan apapun hari ini. Dan ia sudah hapal. Pasti cairan merah pekat berbau anyir itu yang akan keluar.

Dengan sesekali bertumpu pada dinding, Yoongi sampai didapur. Ia hendak berjalan menuju wastafel. Tapi kakinya melemas, membuatnya jatuh dilantai.


Brugh!

Yoongi menyeret tubuhnya mendekati wastafel. Ia berusaha berdiri dengan kedua tangan yang menyangga pada sisi wastafel.

"Hoekk..hoekk..uhukk!"

Benar!

Hanya cairan merah yang keluar. Setelahnya, Yoongi jatuh terduduk. Tubuhnya tak sanggup menahan beban lagi. Yoongi bersender pada dinding dapur. Tangan bergetarnya ia gunakan untuk menghapus sisa darah dibibir. Tapi sia-sia ternyata. Karena justru, cairan merah itu merembes keluar dari hidung bangirnya.

Tes..

Tes..

Tes..

Yoongi membiarkan darah mengalir dari hidungnya begitu saja. Lemas sekali. Seluruh tubuhnya sakit.

Yoongi memejamkan matanya erat karena sakit kepala yang menyiksa. Ia tak bisa berbuat apapun selain memejamkan mata. Tenaganya sudah terkuras habis. Yoongi lelah.

Tok, tok, tok

Samar-samar ia bisa mendengar ketukan di pintu. Yoongi hanya diam. Tak berniat membalas karena tenaga yang sudah terkuras habis. Mata sayu itu sudah berkali-kali tertutup. Tapi sang empu masih mencoba bertahan rupanya. Walau tak bisa dipungkiri ia ingin lepas dari sakit yang membelenggu.

"A..appo-hahh...Je..bal..hh.." rintihan itu lirih, sangat lirih. Tak ada yang mendengar. Karena Yoongi bertahan sendiri.

Tok, tok, tok

Entah apa yang terjadi, setelahnya. Karena mata sayu itu tertutup setelahnya. Ia ingin terbebas dari sakit yang menghujam ejak tadi. Tubuh ringkih itu limbung ke kiri. Diatas lantai yang dingin.

Ceklek.

"Yoon? Apa anak itu sedang kelu-Omo?!!"

Netranya membulat kala melihat orang yang ia cari terkapar dilantai dengan darah yang mengalir dari hidungnya. Dengan gerakan cepat, Seokjin membawa tubuh Yoongi dalam gendongannya keluar dari flat itu. Seokjin menidurkan Yoongi di bangku belakang. Ia segera menjalankan kendaraan beroda empat itu menuju rumah sakit.

"Wae Yoongi-ah?.."







TBC

The Last ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang