31

6.7K 693 107
                                    

“Panggil hyung-mu” Perintah Seokjin.

Eoh, Ne?” Tanya Jungkook. Ia masih tak paham. Untuk apa seokjin menyuruhnya melakukan hal itu?

“Panggil saja, ikuti perintahku” Ujar Seokjin, hingga mau tak mau Jungkook mengangguk menurut.

H-hyung.. Yoongi hyung..” Panggil Jungkook ragu.

“Jangan ragu bocah” Ujar Seokjin.

Jungkook mengangguk. Ia kembali memanggil Yoongi, tapi kali ini mengikuti apa yang dikatakan oleh Seokjin tadi.

'Tidak boleh ragu!'

Hyung?”

Dan sepersekian sekon kemudian, manik Jungkook membola. Senyumnya terukir begitu saja. Hatinya bersorak riang. Ia bahkan tak gencar untuk terus memanggil Yoongi tanpa henti.

Hyung?

“Yoongi hyung? Ya tuhan…”

"Gomawoyo~"

Jungkook mengatupkan kedua tangannya di depan dada. Senyum terus terukir diwajahnya hingga tak sadar matanya telah dipenuhi oleh genangan air yang hampir menetes itu.

“Seokjin hyung... itu… Yoongi hyung..”

Seokjin mengangguk dengan senyumannya. Membuat Jungkook senang bukan kepalang. Dalam hatinya seperti dipenuhi bunga yang bermekaran. Seakan ini adalah musim semi kesukaannya. Dan tanpa terasa air matanya mengalir begitu saja, Jungkook tak bisa menahannya. Ia amat senang.

“K-kenapa menangis, Kook-ah..?”

Jungkook bersumpah, demi apapun. Suara yang kini teredam masker oksigen itu sangat-sangat Jungkook rindukan. Ia menatap mata sayu itu, mata sayu kakaknya yang telah tertutup selama dua minggu lamanya kini terbuka seperti apa yang Jungkook harapkan.

Hyung.. hiks... kau..” Jungkook mengusap kasar air mata yang mengalir. Ia tak boleh cengeng didepan kakaknya.

Yah.. walau Jungkook menagis karena ia senang.

Uljima..


Sia-sia,

Sia-sia Jungkook menghapus air matanya tadi. Karena kini, cairan hangat itu kembali turun tanpa dikomando. Seokjin yang melihatnya hanya bisa tersenyum lega.

Sebenarnya, Seokjin ingin sekali mengeluarkan segala sumpah serapahnya pada kucing nakal itu. Kenapa juga anak itu tidur lama sekali? Membuat Seokjin takut saja. Tapi Seokjin memendamnya, ia menahan segala kekuatan sumpahnya agar tak keluar.

Ia tak mau menghacurkan acara kakak-beradik didepannya. Dan,

Segala sumpah serapah itu…





Akan Seokjin keluarkan saat kondisi Yoongi lebih baik. Ia akan menceramahi anak itu.


Lihat dan tunggu saja!

Hyung... Jin hyung...”

Seokjin menoleh kala panggilan lirih itu tertuju padanya. Ia melemparkan senyumnya.

“Ada apa heum?” Tanyanya.

“Ini, bisa dilepas? Sangat mengganggu” Dan tentu saja dokter itu menggeleng ribut. Ia tahu betul apa maksud Yoongi.

Yap! Anak itu meminta agar Seokjin melepas masker oksigen yang memonopoli separuh wajahnya. Dan tentu saja Seokjin tidak setuju! Ia mengalihkan pandangannya pada Jungkook.

“Kook.. kau tidak menghubungi ayahmu?”

Deg!

.
.
.
.





Hening.

Itulah yang terjadi di ruangan ini. Sebab ketiga penghuninya sama sekali tak berniat untuk membuka suara.

Jungkook diam. Segala kecerewetannya itu menghilang saat sang ayah datang kemari. Ia masih kesal omong-omong.

Janghyun juga diam. Berbicara pun, tak tahu harus memulai dari mana. Walau sebenarnya Janghyun ingin mengutarakan kata maaf dari penyesalannya yang terlambat.

Yoongi?

Anak itu juga diam.


Sebenarnya,




Yoongi takut.

Yoongi takut pada ayahnya. Ia takut jika tiba-tiba sang ayah mengayunkan tangan besar untuk memukulnya seperti apa yang terjadi tempo hari.

Yoongi takut jika saja, ayahnya itu tiba-tiba melepas ikat pinggang yang singgah di celana kerjanya lalu mengayunkan benda berbahan dasar kulit itu padanya.

"A-appa keluar dulu.."

Dan setelah sekian menit, akhirnya kepala keluarga itu buka suara. Apa yang ia katakan bukan topik untuk dibicarakan, karena Janghyun memilih pergi keluar. Meninggalkan kedua anaknya didalam. Janghyun pikir, ia adalah penyebab suasana canggung diruangan ini.

.
.
.
.

"Hahh..." Yoongi menghela nafasnya lega. Membuat raut khawatir terpasang di wajah Jungkook.

"Ada apa hyung? Mana yang sakit?!", Tanyanya panik. Yoongi menggeleng pelan.

"Eopseo..."

Dan untuk kali ini, Jungkook yang menghela nafasnya lega.

Ceklek.

Jungkook dan Yoongi sama-sama mengalihkan pandangannya pada pintu yang terbuka. Menampilkan Seokjin yang masuk dengan senyum tipis.

"Hei-hei... kenapa kalian hanya diam? Benar-benar tidak seru" Kata Seokjin. Jungkook menggaruk tengkuk yang sebenarnya tidak gatal.

Habisnya, ia tidak tahu mau bicara apa.

"Apa kau pusing Yoon?" Tanya Seokjin dan dibalas gelengan oleh Yoongi.

"Sesak?" 

"Ani.."

"Kalau begitu biar ku ganti masker oksigen itu" Ujar Seokjin membuat senyum senang terpampang diwajahnya Yoongi. Seokjin mengulurkan tangannya untuk melepas benda transparan lalu menggantinya dengan nasal canulla.

Yoongi sama sekali tak menolak. Karena ia ingin cepat-cepat bebas dari benda yang memonopoli wajahnya itu.

"Apa udaranya terlalu kencang?" Tanya Seokjin. Yoongi menggeleng, membuat senyum secerah matahari terbit diwajah Seokjin.

"Bagus! Sebentar lagi perawat akan datang untuk membawa makanan. Kau bisa makan." Ucap Seokjin senang. Yoongi menggeleng ribut. Ia tak mau makan! Karena Yoongi sudah tahu, pasti hanya semangkuk bubur putih hambar yang akan dibawa kemari.

"Eii~ kau harus makan. Mau dapat energi darimana jika kau tidak makan? Dari cairan infus? Itu tidak cukup Yoon.." Ujar Seokjin. Terlalu biasa menghadapi kelakuan Yoongi yang tak berubah sedari dulu.

Tok..tok..

Ceklek.

Dan benar apa yang dikatakan Seokjin tadi. Karena kini masuklah seorang perawat yang membawa nampan berisi  semangkuk bubur. Perawat itu menyapa sekilas, lalu keluar dari sana. Seokjin mengambil bubur diatas nakas itu.

"Makan ya??" Tawar Seokjin.

"Shireo-yo!"






TBC

The Last ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang