Yoongi berjongkok sambil mengurut pelipisnya. Ia menyandarkan punggung pada dinding kamar mandi setelah memuntahkan isi perutnya. Sebenarnya, Yoongi telah menahan sakit sejak beberapa jam lalu.
Ingat sebelum mereka berangkat ke pantai?
Kira-kira sejak pukul itu Yoongi menahan sakit yang semakin lama semakin menjadi.
'Argh! Jebal..'
Sesaat, Yoongi merutuki dirinya yang meninggalkan 'benda berharga' miliknya di dalam mobil. Hingga membuatnya harus menahan sakit yang lebih besar dari sebelumnya.
Sakit yang menjalar di kepala, rasa ngilu pada tulangnya, perut yang bergejolak, hingga otot yang melemas benar-benar membuat Yoongi lelah.
Ia lelah, Yoongi lelah dengan semua ini.
Dimana sakit selalu mempermainkannya. Membawanya ke kanan-kiri seolah Yoongi hanya sebuah boneka.
Keadaan terlalu kejam bagi Yoongi.
Tapi, pasti. Tuhan akan memberi saat bahagia bagi Yoongi bukan?
Yoongi hanya akan menunggu. Menunggu dan terus menunggu sampai saat itu tiba.
"Akh! S-sakit..."
"E-eomma-hh..."
Yoongi mengerang walau suaranya teredam dengan derasnya air yang mengalir dari kran. Ia meremat kepala dengan tangan lemasnya. Tak lama setelah itu, bau amis tercium. Yoongi mimisan, lagi.
Kini tubuhnya meluruh. Benar-benar tak kuat untuk menopang beban tubuh.
Kedua kelopak itu enggan menutup. Walau buram dan gelap telah menghampiri. Ia memaksa kedua kelopak lelah agar tetap terbuka. Bibir pucat itu mengucap kata 'tolong' yang teramat sukar untuk didengar.
Sampai akhirnya, keadaan kembali mengalahkannya. Mata itu terpejam dengan tubuh yang limbung ke samping. Tanpa ada yang mengetahuinya.
.
.
.
.
Janghyun mengurut keningnya. Memaksakan agar fokus pada rapat yang tengah ia pimpin. Walau hatinya berkecamuk sedari tadi. Banyak hal buruk yang memaksa masuk ke dalam pikirannya.
"Sajangnim, anda baik-baik saja?" Bisik sekertarisnya. Janghyun mengangguk kecil. Kembali mencoba fokus pada rapat yang masih setengah jalan ini.
Dan akhirnya setelah satu jam, rapat itu selesai. Orang-orang telah keluar. Menyisakan Janghyun dan sekertarisnya didalam.
"Hyungwoon, gantikan aku saat meeting malam nanti. Aku akan pulang sekarang."
Hyungwoon yang tak tahu apapun hanya mengangguk patuh. Lagipula, tak ada alasan baginya untuk melarang.
"Ye, Sajangnim."
.
.
.
.
'Ceklek.'
Janghyun melangkah masuk dengan tergesa. Kaki jenjangnya menaiki tangga dengan cepat. Satu yang ada dipikirannya sejak tadi hanyalah sang putera sulung. Ia pergi ke kamar ujung. Membuka pintu coklat didepannya. Kali ini, Janghyun sukses menahan napas, saat ia tak melihat Yoongi didalam.
"Yoongi-ya..."
Kaki itu kembali melangkah. Kali ini, pemiliknya membawa kedua tungkai menuju kamar si bungsu.
Tapi tetap saja.
Hanya ada Jungkook yang sedang tidur di dalam.
Sesak mulai terasa. Janghyun membuka seluruh pintu kamar di lantai atas. Lantas, mengacak rambut frustasi kala tak mendapati Yoongi di satupun ruangan.
Janghyun membawa kakinya turun. Ia berjalan setengah berlari menuju halaman belakang. Hendak mencari Hwang Ajhumma dan bertanya perihal Yoongi.
"Ajhumma!" Panggilnya. Sontak saja, Hwang Ajhumma yang tengah menyiram tanaman mematikan kran. Ia berjalan tergopoh mendekat ke arah Janghyun yang tampak kacau.
"Ye, tuan?"
"Yoongi dimana? Aku tak melihatnya." Tanya Janghyun dengan intonasi senormal mungkin. Walau ia tak bisa menyembunyikan getaran aneh pada suaranya.
"Tuan muda Yoongi? Bukankah tidur bersama Tuan muda Jungkook, tuan?" Hwang Ajhumma berucap. Setelahnya, terdengar helaan napas berat dari Janghyun. Ia menatap sekeliling dengan resah yang ketara.
"Arra, terimakasih.." Ucapnya lalu kembali masuk.
Janghyun berhenti di ruang keluarga.
Samar-samar dirinya mendengar suara kran yang mengalir. Ia bisa sedikit bernapas lega.Yoongi ada didalam kamar mandi. Begitu pikirnya.
Janghyun memutuskan untuk menunggu Yoongi di ruang tengah. Ia menyenderkan punggungnya pada sofa. Bahkan setelan jas belum terpisah dari tubuhnya.
Sepuluh....
Lima belas....
Sudah lima belas menit, dan Yoongi sama sekali belum keluar. Janghyun berdiri, mendekat ke pintu kamar mandi untuk mengetuknya pelan.
"Yoongi-ah... Kau didalam?"
Tak ada sahutan, Janghyun kembali mengetuk.
"Yoon?"
Hening. Hanya suara air mengalir yang terdengar. Kali ini, segala pemikiran negatif mulai memenuhi kepala Janghyun.
"Min Yoongi?"
Tak ada sahutan walau panggilan telah Janghyun tujukan beberapa kali. Ia membuka pintu kamar mandi. Mengerang kecil kala mendapati pintunya terkunci.
Janghyun mundur beberapa langkah. Memposisikan tubuhnya menyamping lalu mulai mendobrak pintu didepannya.
BRAK!
BRAK!
BRAK!
Hingga akhirnya pintu terbuka. Dengan pemandangan yang membuat tungkai Janghyun melemas seketika. Membuat pemiliknya merasakan sesak yang teramat pada dadanya.
"Yoongi..."
TBC
Hehe,, makasih ya.. ternyata tembus 80 Vote:D
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed Min Yoongi itu rapuh, tapi ia sembunyikan segala kelemahannya dalam topeng bak es. Ayah dan adik membencinya, karena sebuah kesalah pahaman. Padahal, Yoongi telah menggantikan dengan miliknya yang ber...