12

28.5K 3.4K 166
                                    

"Tidak." Aku menutup mulutku menggunakan kedua tangan, "Apa yang telah kulakukan." Pemandangan mengerikan terpampang di depan mata kepalaku sendiri.

Semua terselimuti oleh salju hitam yang bercampur dengan darah. Darah rakyaktu.

"IVY!!" Seru sebuah suara yang sudah cukup lama aku tidak mendengarnya. Antonio yang juga mendengar suara itu semakin mengeratkan cekalan tangannya pada lenganku dan mempercepat langkahnya, "LEPASKAN DIAA!"

Aku menoleh sesaat menatap Pangeran Nikolai yang berdiri cukup jauh dari jarakku sekarang, pria itu terlihat sangat berantakan sama berantakannya denganku. Jika mendiskripsikan keadaan saat ini mungkin aku tidak akan pernah dapat tertidur nyenyak lagi. Tubuh tak bernyawa bergeletakan dimana mana, api melambai lambai melahap habis apa saja yang berada di hadapannya. Aku tidak pernah mengatakan jika ini adalah rumahku tapi tetap saja rasa sakit dan sesak memenuhi dadaku ketika harus melihat tempat kelahiran sang putri yang hancur.

Mungkin yang dikatakan ayah memang benar, aku bukanlah seorang bangsawan lagi karena kerajaanpun aku tidak memilikinya.

Antonio melirikku, langkahnya terhenti begitu pula dengan langkahku. Tangannya yang bersih akan darah menghapus air mata yang sedari tadi telah membasahi pipiku.

"Biarkan dia membayar apa yang telah ia perbuat padamu, putri." Bisiknya pelan berusah mempengaruhiku. Beberapa prajurti mengepung Nikolai, mengelilinginya dengan bentuk lingkaran. Aku sangat ingin pergi dan melupkannya tapi aku tidak bisa, aku menyayanginya.

"Dan apa yang telah kaisarmu perbuat pada kerajaanku, Antony!" Jawabku kemudian berusaha melepaskan cekalan tangannya pada lenganku dan berjalan ke arah Nikolai.

Langkah demi langkah kutapaki, sejauh ini tidak ada seorangpun termasuk Antonio yang berusaha menarikku kembali ataupun menghentikanku, mereka semua hanya terdiam tanpa mengalihkan pandangannya sekalipun dariku.

Tanganku terulur pada Pangeran Nikolai, "Kakak." Ucapku sambil tersenyum aku tidak akan mengira jika Nikolai akan memaafkanku, iapun langsung saja menarik tanganku dan membawaku ke dalam dekapannya.

"Dementieva."

Aku mengangguk, "Dimana ayah."

"Kau mungkin tidak ingin mengetahuinya." Ia menjawab, "Ivy, jangan tinggalkan kami."

Mendengar itu, aku hanya dapat memaksakan senyumku. "Aku tidak bisa."

"Kenapa."

"Karena akulah penyebab utama ini semua terjadi." Setelah mengucapkan hal itu tiba tiba saja tubuhku ditarik paksa dari tubuh Nikolai

Alarick mengeratkan tangannya di pinggangku, bagaimana bisa aku tidak menyadari keberadaanya? mata kami bertemu dan dia sama sekali tidak memedulikan tatapan tajamku. "Apa yang ingin kau lak-"

"Membunuhnya langsung disini atau membiarkannya menjadi makanan peliharanku, apa pilihanmu Dementieva?" Tanyanya memotong ucapanku sambil menatap ke arah Nikolai seperti singa yang haus akan darah.

Sebenarnya aku tidak peduli, namun tetap saja separuh jiwaku adalah milik sang putri dan itu sangat mempengaruhi perasaanku, "K-kau tidak boleh membunuhnya!"

Ia terusik, "kenapa tidak."

"Ka-karena aku menyayanginya!" Seruku lantang, oke Dementieva hal bodoh apa yang baru saja kau katakan...

"Jawaban yang salah." Wajah Alarick semakin mengeras mendengar jawabanku, ia kemudian melepaskan tangannya dari pinggulku dan bersiap mengangkat pedangnya ke arah Nikolai. Menikam pria itu.

Otakku tidak dapat berjalan sempurna, apa yang harus kulakukan sekarang?!

Tidak ada cara lain!

Aku terduduk, memohon kepadanya.

The Empress Choice'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang