25

18.4K 2K 44
                                    

Gaun coklat panjangku terus saja bergerak gerak mengikuti arah angin yang berhembus cukup kencang.

Tanganku yang semula terlipat anggun didepan kini harus menahan setiap sisi agar rok gaunku tidak tersibak. Ditambah rambut panjangku yang sengaja kugerai mungkin saja sudah terlihat cukup berantakan saat ini.

Tapi tetap aku tidak peduli.

Semua ini tidak jauh lebih penting dengan apa yang akan terjadi. Semua terasa begitu sunyam ketika awan keabuanlah yang memenuhi upacara pemberkatan saat ini.

Ketika aku mengarahkan pandanganku kesekeliling, tidak ada sedikitpun binar kebahagian yang terpancar dari raut wajah seluruh orang yang tengah berkempul disini.

Aku tau semua ini begitu berarti untuk mereka namun aku tidak pernah menyangka akan menjadi seserius ini.

"Putri." Ucap Anne kemudian  menggenggam tanganku erat entah karena ia ingin menenangkanku atau ia sedang sama gugupnya denganku. "Semua akan baik baik saja."

"Aku percaya padamu, Anne." Jawabku sambil tersenyum.

Beberapa saat kemudian segerombalan pasukan berzirah hitam tanpa cela itupun berdatangan dengan barisan yang sangat rapih.

Hentakkan kaki mereka yang serempak menimbulkan sedikit gema dan getaran kecil. Ketika sang pemimpin yang juga sama memakai zirah hitam namun bermahkota  itu berhenti di barisan terdepan, maka seluruh pasukan di belakangnyapun langsung saja ikut terhenti.

Semua ini terasa tak asing, semua ini aku pernah melihat sebelumnya.

Dan itu membuatku seakan de javú.

Aku tidak ingin terlalu memedulikanya tetapi semua hal ini membuatku begitu sangat khawatir dan juga takut.

Suara musik dan drumpun saling bersaut sautan ketika dengan perlahan pemimpin mereka mulai berjalan, sapu tangan putih yang telah kurajut beberapa hari lalu kini tampak sedikit kusut akibat genggaman tanganku yang terlalu erat.

"Putri, sekarang adalah waktunya." Anne mengingatkanku ketika beberapa orang telah memasuki barisan para prajurit untuk memberikan sapu tangan keberuntungan mereka. Akupun mengangguk meyakinkan pada diriku sendiri bahwa inilah saatnya.

Disana aku dapat melihatnya.

Pria bertubuh tinggi tegap itu sedang memeluk Agi dengan penuh kasih, tak akan ada yang bisa mengambil kasih sang kaisar dari putrinya tersebut jika kalian menatap kedua sorot matanya  yang saat ini memancarkan cinta serta kasih.

Tenang saja Alarick aku akan menjaga putrimu tetap aman disini. Tak akan ada yang dapat menyentuhnya tanpa sepengatahuanku!

Kemudian saat aku tengah asik memandangi mereka tanpa sadar mata kami bertemu dan tentu saja hal itu membuat Alarick langsung saja menghampiriku.

"Yang mulia." Aku menunduk memberi hormatku padanua ketika tanpa sadar kini ia telah berdiri di hadapanku.

Jujur saja di balik sarung tangan putihku ini tanganku sangat dingin dan juga gemetaran. Untuk beberapa saat aku tidak dapat berfikir jernih. "Saya mengharapkan segala perlindungan dan keselamatan untuk anda." Ucapku pelan.

"Tidak ada yang ingin kau berikan padaku?"

"Ah b-benar." Dengan gugup akupun mengingatkankan sapu tanganku hasil sulamanku pada area pergelangan tanganya yang mana terdapat sapu tangan dari Agi juga disitu.

"Peony huh?"

"Bunga indah yang melambangkan keabadian." Jawabku pelan, " saya hanya berharap sapu tangan ini akan membawakan keburuntungan untuk anda yang mulia."

The Empress Choice'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang