"Saya tidak berfikir." Mataku terbuka dengan jantung yang berdebar. "Akan melihat anda dengan wajah yang begitu pasrah seperti ini."Amadeush
Ia berdiri membelakangiku berusaha menangkis serangan berutubi-tubi yang terus Amera hujamkan ke arahku.
Tubuhnya terlihat begitu ringkih memaksakan seluruh kekuatannya keluar. "Hentikan." Geramku berusaha untuk berdiri dari tempat.
"Ini adalah kali pertama anda menunjukkan kelemahan anda yang mulia, tentunya anda tidak boleh mati setidaknya jangan sekarang." Ujarnya dengan tubuh miliknya yang semakin goyah, "anda tidak boleh mati." Jelasnya lagi.
"Kau telah melampaui batas kekuatanmu, hentikan sekarang juga!" Ujarku berusaha membuatnya berhenti.
Jika Amadeush terus melakukan ini, aku dapat merasakan kekuatannya semakin melemah?
"Betapa bodohnya." Seru Amera picik, "pengikut selalu sama seperti tuanya, sama-sama bodoh."
"Menyerahlah Kaisar Alarick!" dengan wajah penuh kemenangan itu ia menatapku rendah, "penyihirmu tidak akan dapat melindungimu lebih lama lagi ini adalah akhirmu, jangan-" jedanya sekilas, "mengelaknya lagi."
Deg! Deg!
"ARGHHHHH..." Pendengaranku seketika berdenging, jantungku yang semula berdebar dengan normal kini seakan di paksa untuk berhenti berdebar. Aku melihat ke arah sekelilingku yang kini telah terbalik.
Pasukan zirah putih itu seluruhnya tengah membantai pasukanku tanpa ampun.
Deg!
"Menyerahlah kaisar Alarick ini adalah ultimatum terakhir."
"Ck." Aku tidak dapat menahan rasa geli dari ucapannya, "Kau tau apa yang membut seorang penguasa dapat dengan mudah jatuh dari kekuasaanya sendiri?"
Amera tidak menjawabnya.
"Ketamakan." Seruku, "ketamakan adalah hal yang paling berbahaya dari seorang pemimpin karena aku telah merasakannya dan sebentar lagi kau juga akan."
"Ayo bunuhlah aku, tapi semua itu tidak akan mengubah fakta bahwa kau adalah seorang penyihir, jika kau lupa maka aku akan mengingatkanmu sedikit." Senyumku terangkat ketika melihat wajahnya yang berkerut, "tidak pernah dalam suatu sejarah seorang pemimpin kerajaan adalah penyihir karena hukum itu terlarang bagi siapapun."
"Mungkin kau tidak merasakannya karena kau memiliki dukungan Raja Abertus dan putramu, namun ketika keduanya telah mati otomatis hak kerajaan akan jatuh pada sang ratu dan kau adalah ratunya."
"Omong kosong apa yang kau katakan, kau hanya membual saja di dekat ajalmu."
"Aku membual?" Ucapannya semakin terlihat lucu, aku menatap ke arah Amadeush yang kini telah mengurung pangeran Arsenio dengan kekuatanya. "Jika kau membunuhku, Amadeush akan dengan senang hati mencabut nyawannya."
Ketakutan, kini aku merasakannya dari tubuhnya. Sepertinya Amera tidak menduga jika sesuatu seperti ini akan terjadi, baguslah ini adalah satu-satunya kesempatanku untuk hidup.
"Jika putramu mati, bukankah kau juga akan mati ? Tidak ada sejarahnya seorang penyihir dapat menduduki tahta kau tahu? karena pada dasarnya penyihir hanyalah pembantu seorang raja. Aku tidak tau mengapa kau tidak memiliki keterikatan dengan manusia tapi-" Amadeush sudah bersiap dengan mantra kematiannya, "sayangnya keburuntunganmu akan berakhir disini."
"AMADEUSH!" Perintahku memberi aba-aba.
"TIDAKK!!!" Raung Amera kencang, "kau bodoh!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Empress Choice's
Fantasia'Only one can take the emperor heart' Aku hanyalah seorang mahasiswi tingkat akhir biasa, keseharianku benar benar membosankan. Namun semua itu berubah ketika aku secara tidak sengaja tertabrak truk yang sedang melaju begitu kencang tepat di hari uj...