Two kingdom

12.6K 1.3K 94
                                    


"Yang mulia." Antonio mengetuk mejaku pelan, "seluruh pasukan telah siap, perintah anda?"

Aku memicingkan mataku ke arah jendela besar yang berada di hadapanku sebelum berbalik dan menatapnya wajahnya. Tidak seperti biasanya, kali ini wajahnya diliputih oleh kesuraman yang tidak kumengerti meski begitu aku tidak dapat menutupi perasaan menyenangkan ini. "Bagaimana menurutmu."

Ia hanya menunduk tidak berani menajwab hingga  aku melewatinya, "Antonio kau masih berfikir."aku paham sekali jika ia merasa tegang meski ini adalah hal yang biasa.

"Tidak yang mulia, saya siap bertempur dengan anda."

Aku tersenyum miring, "Benarkah? Kalau begitu Jangan lupa bawa pangeran pengecut itu untuk ikut berperang bersama kita, aku ingin tau berada disisi mana kerajaannya berdiri."

"Yang mulia." Suara Antonio menahanku, "apa anda benar-benar ingin melakukan ini?"

Aku menatap ke arahnya, " kenapa tidak? Aku harap kau tidak melanjutkan omong kosongmu itu atau lidahmu akan terpajang pada ujung pedangku." Tubuhnya menunduk tegap, ia tidak lagi mengeluarkan suara.

Ketika aku keluar dari barak istana, seluruh prajurit telah berjejer dengan rapi dengan tubuh tegap mereka. Kuda hitamkupun telah berbajukan zirah besi yang sama legamnya dengan milikku, berdiri tegak di depan sana menungguku untuk menungganginya.

Semua terlihat sempurna.

"Prajurit skrates!" Teriakku begitu lantang setelah menaiki kuda, "di hari ini kita akan berperang, habisi siapapun yang menghalangi jalan kalian dan bawalah kemenangan untuk skrates!"

Begitu mendengar sorak-sorakan dari pada prajurit itu aku dapat tersenyum puas, hari ini dan saat ini Clarendon hanya akan menjadi sejarah di muka bumi.

Dan penyihir sialan itu aku akan pastikan berakhir disini.

Aku mulai memacu kudaku untuk memimpin barisan dan pergi ke daerah perbatasan.

Rasanya sungguh berbeda dari kali trakhir.

Tidak ada pawai ataupun sorak-sorakan dari rakyat. Semua tampak murung seakan pasrah jika semua ini telah terlihat akhirnya. Justru seperti ini jauh lebih baik daripada kebisingan yang menjengkelkan.

Ah ya satu lagi, sudah lama sejak aku terakhir melihatnya.

Gret

Aku mengeratkan kepalanku pada tali kekang kuda. Fikiran sialan yang seharusnya tidak kupikirkan di masa-masa seperti sekarang. Dia hanyalah memori masa lalu, aku tidak perlu memikirkannya lagi.

Dementieva...

Wanita itu

Truuttuuttt... trururuttt...

Kudaku seketika meringkik terhenti, suara terompet pertanda perbatasan wilayah telah di serukan. Dari sini aku dapat melihat para pasukan berzirah putih emas yang telah tegap dengan bendera mereka di ujung sana.

Lambang Clarendon yang berkilau itu benar-benar memuakkanku.

Aku melirik ke arah Antonio yang langsung mengerti perintahku, iapun segera memacu kudanya kedepan untuk menyapa para bajingan itu.

"Jendral." Panggilku pada jendral bennedick yang berdiri di sampingku, "dimana Karsius."

Wajahnya tampak gelagapan sekaligus bingung, "Karsius berada di hutan perbatasan yang muliah beberapa kilo jauhnya dari darah perbatasan ini, mungkin saat ini ia sedang perjalanan untuk kembali kemari."

"Kau mengirimnya kesana?"

"Ma-maafkan saya yang mulia saya hanya mengirimnya untuk memantau keadaan disana tidak berfikiran bahwa yang mulia akan memulai per-"

The Empress Choice'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang