40

11.8K 1.3K 106
                                    


Fakta yang seharusnya aku membencinya bahkan sangat ingin membunuhnya kini tandas sudah. Aku tidak mengerti mengapa hatiku begitu lembek dan  fikiranku begitu bodoh.

Padahal sedari awal ia terus saja berusaha membunuhku namun melihatnya yang sekarat seperti saat ini itu justru jauh lebih meremukkanku lebih dari apapun.

"Kenapa." Aku menggengam tangannya begitu erat, "kenapa setelah selama ini anda membuat saya menderita dan kini menyatakan perasaan seperti itu?"Aku tertawa gusar dengan air mata yang terus menetes sedangkan tangan Alarick yang kotor akan derah mengusap pipiku lembut berusaha menghapus air mataku. "Bukankah anda begitu egois?!"

"Putri!" Terdengar suara Karisus dari kejauhan, "kita harus bergegas aku tidak dapat menahannya lebih lama lagi!"

"Maaf." Suaranya terdengar semakin melemah, "bagaimanapun aku sekarat." Dua kali terakhir yang ucapkan sebelum kesadarannya benar-benar hilang.

Aku menggenggam tangannya begitu erat dan menatap Alarick yang sudah tidak sadar dengan sangat khawatir. "Kalau anda benar-benar mencintai saya maka bertahanlah lebih lama lagi yang mulia, saya akan membawa anda pergi dari sini." Bisikku pelan pada telinganya sebelum aku mengecup lembut bibirnya cepat.

"Putri!" Seru Karsius yang kini sudah berada di hadapanku dengan nafasnya yang tersenggal-senggal, "kau harus benar-benar pergi dari sini sekarang!"

"Bagaimana dengan peperangannya?" Tanyaku menatap sekitar.

"Kau masih saja memikirkan orang lain dibandingkan dirimu sendiri? Apa kau masih sebodoh itu tuan putri?!" Ujarnya penuh amarah, "kita sudah kalah dalam peperangan ini, tidak ada lagi harapan karena itulah bawa kaisar ke tempat yang aman."

"Tidak akan ada tempat aman sampai sihir pekat milik Ratu Amera hilang Karsius!" Balasku dengan suara meninggi, "kali ini aku akan mengakhirinya."

Terlalu banyak kehilangan yang disebabkan olehku

jika sedari awal kami tidak pernah bertemu maka tidak akan ada peperangan seperti ini, ini adalah untuk yang terbaik.

"Jangan bermain-main terlebih lagi kau tidak memiliki kekuatan apapun, Apa kau bahkan sudah terikat dengan penyihirmu Dementieva?!" Geram Karsius dengan tangannya yang mencekalku.

"Belum dan aku juga tidak dapat memanggilnya saat ini."

"Kau sudah gila ya?! Kalau seperti itu sama saja kau cari mati, tanpa penyihirmu kau tidak dapat berbuat apapun." Nafas Karsius tampak naik-turun oleh amarah, "Kaisar dan Antonio sudah cukup menderita tolong fikirkan lagi."

Baltazhar, selama ini aku hanyalah mengandalkan kekuatan dari penyihir itu tanpa dirinya apa yang di katakan Karsius benar. Aku tidak tidak dapat berbuat apapun tanpa kekuatan miliknya. "Percayalah padaku, Karsius. Kau... percayakan padaku?"

Ia tidak menjawabku sedangkan situasi kami semakin terpojok, semakin banyak prajurit skrates yang gugur. "Semua ini tidak akan berakhir, aku hanya ingin memperbaiki segalanya dan aku butuh dukunganmu saat ini. Tidak hanya rakyat skrates yang akan tersiksa namun seluruh kerajaan di bawah pimpinan skrates tidakkah kau memikirkannya?"

Ia terdiam sejenak hingga pandangannya sedikit melunak, meski sikapnya begitu kasar namun pandangannya menatapku dengan penuh kepedulian. "Hahh kalau begitu mari kita lihat sampai sejauh mana aku sanggup mendukungmu demi kerajaanku."

Senyumku sedikit mengembang mendengar jawabannya, "terimakasih."

"Ohh ivy..."

Suara ini

"Pertunjukan yang bagus." Aku membalikkan tubuhku menghadapnya, "sudah sangat lama bukan? Sejak terakhir kali kita bertemu."

Nikolai

The Empress Choice'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang