"AAAaaaaaa...."
jeritku tak tertahankan ketika tanpa sengaja aku melihat tubuh Shirtless seseorang di pagi hari seperti ini. Tentunya Oris langsung saja menaruh seluruh perhatiannya kepadaku yang dengan sangat lancangnya masuk ke dalam kamarnya tanpa izin, "Ma-maafkan aku!" Ucapku langsug menutupi mataku dengan kedua telapak tangan meski aku masih mengintipnya sedikit.
Harus kuakui tubuh Oris dapat membuat kaum hawa sepertiku speechless.
Kukira pria berambut putih itu akan marah dan langsung mengusirku tetapi justru ia menarik tanganku yang menutupi mata agar dapat melihat dirinya sepenuhnya, "Apa yang kau lakukan? aku adalah kakakmu, lihatlah selama yang kau mau lagipula kita adalah saudara kandung." Ucapnya sambil terkekeh geli melihatku yang sudah memerah menahan malu.
Tetap saja mau dia saudara kandung atau bukan, aku bukanlah Putri Dementieva yang sebenarnya! mungkin ini adalah cobaan tersendiri dari tuhan untukku karena telah membuatkan kakak serupawan ini yang mana haram kusentuh, "Se-sebaiknya itu tidak terjadi, kalau begitu aku akan kembali nanti kakak."
Oris menahan lenganku, "Tidak tidak, katakan saja sekarang."
Pipiku semakin memerah dibuatnya, tahan Dementieva tahan... dia adalah kakakmu. "Apa tidak apa?"
"Selama itu kau, semua juga tidak apa apa." Lagi lagi suara lembut Oris terdengar merdu dalam pendengaranku, "Kalau begitu katakanlah, apa yang membuat adik cantikku ini mendatangi kamarku di pagi hari."
Aku menelan ludahku memberanikan diri menatap kedua matanya, "A-aku hanya ingin mengajakmu untuk berjalan menemaniku berkeliling, aku ingin mengatahui lebih banyak tentang Dortos dan juga kastil ini."
"Apa itu artinya kau setuju untuk tetap tinggal?"
"Hmmm mungkin saja." Bibirku tersenyum lebar, senyum yang bahkan aku tidak pernah ingat kapan terakhir mengeluarkannya.
Untuk sesaat Oris tertegun melihatku, aku tak tau apa yang dia pikirkan untuk saat ini hanya saja aku berharap bahwa ia tidak berfikir bahwa aku merepotkan.
"Baiklah, tunggu sebentar."
.
.
.
Semilir angin sejuk langsung saja menerpa wajahku begitu aku menginjakkan kaki kedalam area luar istana, sungguh ornamen yang terbentuk di dalam kastil ini berada di level yang sangat berbeda. Semua tampak ajaib seakan mereka semua mengandung sihir, Oris berkata padaku bawah kaum Dortos memanglah dianugrahi bakat sihir namun bakat mereka tak sekuat para penyihir meski demikian kaum mereka sangat ditakuti bagi manusia biasa yang tidak terikat oleh penyihir manapun.
"Kau menyukainya?"
Aku mengangguk antusias, "Sangat." baru beberapa detik aku ternganga menatapi keindahan semua ini mulutku kembali terpengarah karena adanya hamparan luas yang terdiri dari berbagai macam bunga yang tak pernah kulihat sebelumnya salah satunya adalah bunga berwarna ungu yang terlihat sangat familiar dalam pandanganku.
"Itu adalah-"
"Bunga Ageratum." Jawab Oris cepat, "kau masih mengingatnya?"
"Tentu saja, bagaimana aku dapat melupakan setiap detil dari pertemuan pertama kita kakak." aku memberi jeda, "tapi kenapa kau memberikanku bunga itu?"
Pandangan mata Oris menatapku teduh, binar bahagia tidak dapat ditutupi dari sorot matanya. "Apa kau pernah mengetahui apa arti dari Ageratum Dementieva?"
Kepalaku menggeleng secara otomatis.
"Ageratum melambangkan sebuah kehidupan dan juga kebaruan, sebuah bunga yang sangat sakral yang mana juga merupakan lambang dari kerajaan ini. Ungu yang dimilikinya melambangkan ketenangan yang mana hanya dapat tumbuh di datran wilayah ini." Jelasnya perlahan, aku mengerti sekarang mengapa Oris memberikanku bunga ini sebagai permintaan maaf. Bagi penduduk Dortos bunga ini memiliki makna dan juga nilai yang tinggi yang tidak akan dimiliki oleh bangsa lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Empress Choice's
Fantasy'Only one can take the emperor heart' Aku hanyalah seorang mahasiswi tingkat akhir biasa, keseharianku benar benar membosankan. Namun semua itu berubah ketika aku secara tidak sengaja tertabrak truk yang sedang melaju begitu kencang tepat di hari uj...