Extra Part 1: the life that we're never expected

13.8K 1K 43
                                    


Musim dingin kembali tiba, para pelayanpun tampak sibuk mengambil kayu-kayu bakar yang telah disimpan dan di keringkan dari tempat persediaan. Sepertinya kali ini cuacanya cukup ekstrim melihat jumlah kayu bakar yang dibutuhkan lebih banyak dari biasanya.

Pluk

"Apa yang sedang kau lakukan disini."

Aku menoleh ke samping, sebuah mantel besar telah bertengger di bahuku. "Hanya melihat pemandangan." Jawabku sekenanya.

"Pemandangan hmm." Telapaknya yang besar dan hangat menyusupi celah pingganggku kemudian memelukku erat, "kukira kau jauh lebih suka mengamatiku yang sedang bekerja."

Aku tertawa pelan ketika kepalanya bergoyang-goyang di bahuku, melihatnya yang merajuk adalah sisi yang baru kuketahui. "Aku jauh lebih suka mengamatimu yang sedang menaruh seluruh perhatiannya kepadaku."

"Aku selalu menaruh seluruh perhatianku padamu." Jawab Alarick yang dengan mudahnya memutar tubuhku untuk menghadap kearahnya, bibirnya yang tebal perlahan mengecup mataku secara bergantian. "Kau adalah pusat duniaku Dementieva."

"Ja-jangan berucap begitu." Ujarku malu.

Alarick kemudian membawa bibirnya bersentuhan denganku, ia mengecupnya lembut hingga semakin lama semakin menuntut. Bibirnya yang hangatpun sangat memabukkanku, ia memang selalu dapat membuatku meleleh hanya dengan pesonanya.

"Makan malam sudah siap." Ujarnya mengakhiri ciuman kami, "Agi sedang menunggumu." Ia kemudian menggandeng tanganku untuk kembali masuk ke dalam kastil yang hangat.

Setelah peperangan berlalu, keadaan menjadi jauh lebih damai dari yang pernah kuingat. Tidak ada lagi gangguan sihir hitam atau pasukan kerajaan lain yang menyerang, semuanya tampak normal dan terorganisir.

Clarendon maupun Dortos keduanyapun telah memiliki akhir yang damai dengan cara mereka sendiri.

Nikolai yang terbebas dari sihir dan menjadi raja yang bijaksana

Lalu kemudian Osiris yang telah hidup tenang setelah menemukan cinta sejatinya. Tentunya itu membuatku sangatlah senang karena bagaimanapun juga aku bukanlah pilihan terbaik untuknya.

"Huh?" Langkahku terhenti ketika beberapa pengawal sedang mengerumun di salah satu figura raksasa yang sudah lama terpajang. "Apa yang sedang mereka lakukan?" Tanyaku pada Alarick yang juga tengah melihat kearah yang sama.

"Pernikahan kita sebentar lagi akan dilaksanakan, aku hanya mengganti sesuatu yang memang sejak lama seharusnya sudah kubuang."

Lukisan wanita cantik berambut emas yang dulu selalu terpajang kini telah menghilang,

"Anastacia." Ujar Alarick mentap lurus kedepan, ini adalah pertama kalinya ia menyinggung tentang masa lalunya kepadaku. "Kau pasti sudah tidak asing lagi,"

Aku mengangguk ragu, "Antonio sempat beberapa kali menyinggung tentangnya. Dia adalah mantan permaisuri Skrates." Rautnya yang semula hangat dalam hitungan detik telah berubah mengeras, aku tidak yakin ini adalah hal bagus.

"Lalu apa kau ingin mengetahuinya Dementieva? Apa kau ingin mengetahui masa laluku?"

Tanpa sadar aku menggangguk mengiyakan, "Tapi jika anda tidak mau membahasnya aku juga tidak masalah." Ujarku buru-buru menimpali.

"Tapi aku ingin kau tau segalanya tentangku, aku tidak ingin ada rahasia lagi diantara kita termasuk masa laluku." pandangannya perlahan kembali melunak, tangannya yang terbebas menggenggam jemariku dan mengecupnya singkat.

"Baiklah, sebuah kehormatan untukku jika anda mau menceritakannya." Ujarku lembut menenangkan.

"rumor yang beredar itu memang benar nyatanya."

The Empress Choice'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang