35

13.4K 1.3K 34
                                    



"Kau adalah cahayaku satu satunya cahayaku."

"Kau membutku senang meski langit kelabu."

"Kau tidak pernah tau sayang seberapa besar aku mencintaimu~"

"Tolong jangan ambil cahayaku pergi." Lanjut suara Baritone membuat gumamanku terhenti, "Suaramu sangat indah Dementieva." Puji Oris yang tiba tiba saja sudah berada di sebelahku.

"K-kau mengetahui lagu itu?"

"Jangan bodoh, aku adalah kakakmu bagaimana aku tidak mengetahuinya?"

Walau sedikit ragu aku tetap mengangguk dan kembali  melanjutkan sulamanku, "Ah ya tentu saja kau mengetahuinya, maafkan aku." mungkin.

"Aku mengerti." ia kemudian mencondongkan tubuhnya ke arahku, " ngomong-ngomong apa yang sedang kau buat?"

"Jika aku mengatakannya maka tidak akan ada kejutan untukmu kak."

Osiris terkekeh pelan, "Kehadiranmu saat ini masih cukup membuatku terkejut, kau tau itu Dementieva."

Tubuhku meremang, entah kenapa semakin hari aku semakin merasa tidak nyaman jika kami hanya sedang berdua saja, "Kak."

"Ya?"

"Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?" Tanyaku penuh selidik namun Osiris sama sekali tidak terlihat terganggu oleh pertanyaanku seakan ia memang tengah menantikanku untuk bertanya.

"Tidak." Jawabnya, "aku tidak akan pernah menyembunyikan sesuatu pada adik kecilku."

Namun aku tidak merasa demikian.

"Beberapa waktu yang lalu aku bermimpi."

"Mimpi hanyalah bunga tidur, kau tidak-"

"Ratu Chorine mendatangiku di mimpi itu." Selaku cepat hingga membutnya kembali terbungkam, "dan dia menyanyikanku sebuah lagu, lullaby penghantar tidur yang terdengar sangat indah."

Tangan Osiris terulur ke arahku dan mengusap pipiki lembut, "Ah jadi seperti itu, kau merundukan ibumu." Entah kenapa senyumanya menjadi masam, apa ada yang salah?

"Aku tidak ingin membahasnya lebih lanjut namun sesuatu terjadi di malam itu."

"Maksutmu?"

Sekilas aku kembali mengingat dimalam ketika sang ratu menghampiriku, "Mimpi atau bukan tapi itu terasa sangat nyata, Ratu Chorine seakan berbicara langsung padaku."

"Dia berbicara kepadamu?" nada suaranya terdengar tidak yakin, "lalu apa yang dikatakanya?"

Apa yang kau liat belum tentu menjelaskan arti yang sesungguhnya, setidaknya kalimat itulah yang terus saja terngiang di dalam benakku yang mana sampai sekarangpun aku tidak dapar memahaminya.

"Dementieva?" tuntutnya pelan.

"Dia...-"

"tidak ada." Desahku kasar, "aku tidak ingat." Pada akhirnya aku berbohong, sulit sekali rasanya untuk dapat menceritakan semua ini kepadanya. Lagipula aku tidak ingin ditertawakan jika ia mendengar ceritaku yang tidak masuk akal ini. "Maaf aku berbicara yang tidak-tidak."

Setelah beberapa saat terdiam kukira Osiris akan memaksaku untuk kembali mengingatnya, namun ia justru tersenyum dan mengulurkan tangannya kepadaku. "Sepertinya membiarkanmu terlalu lama di ruangan tertutup membuatmu sedikit tertekan."

"Ah bukan it-"

"Berjalanlah bersamaku di taman Dementieva, itu akan menyegarkan fikiranmu." Tawarnya masih sambil mengulurkan tanganya ke arahku.

The Empress Choice'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang