30

26.8K 1.2K 12
                                    

Tubuh lemah tak berdaya dengan alat alat pertahanan hidup disekujur tubuh, membuat Pemuda itu tampak malang dan menyedihkan

Dengan langkah tertatih Daisy memasuki ruang rawat Alariq, ia sangat beruntung karena saat ini diruangan itu hanya ada Alariq saja . jujur hatinya tidak sanggup melihat pemandangan ini

Gadis itu membekap mulutnya sendiri agar suara isak tangisnya tidak terdengar, air matanya menetes, ia merasa Dejavu dengan keadaan Alariq yang kritis, Daisy seperti melihat Harisnya pada diri Alariq

" Aku keterlaluan banget ya sama kamu? " tanya gadis itu yang sudah duduk disamping ranjang menatap wajah pucat Alariq

" Maaf, Aku cuma balum yakin dengan perasaan aku, kamu masih baru dalam hidup aku " lirih Daisy dengan berani menggenggam tangan Alariq, bahkan gadis itu dengan perlahan merebahkan kepalanya didada lelaki itu sambil terus menatap wajah pucat Tampan Alariq

Deg! Deg! Deg!
Daisy terkejut, saat mendengar detak jantung Alariq yang berdegub kencang . ia pun mengangkat kepalanya dan menatap Alariq . Daisy menangis haru

" Aku harus apa Ar? Apa kali ini aku juga harus mengalah? Akan aku pikirkan "

Daisy bangkit, lalu mengelus kening Alariq, entahlah kenapa ia seberani ini, tapi gadis itu mengikuti hatinya, dengan perlahan ia menunduk dan mencium kening Alariq lama, Tanpa sadar air matanya jatuh mengenai mata pemuda itu yang tertutup

" Cepat sadar dan sembuh Ar, banyak yang mencintaimu dan menunggumu bangun . termasuk aku " lirih Daisy yang sudah tidak sanggup lagi menahan tangisnya, hatinya sangat sesak

" Sampai bertemu kembali Alariq Dewantara " dengan langkah tertatih dan isak tangis gadis itu meninggalkan Ruangan Alariq

Irsyan yang menyaksikan semuanya menghampiri Daisy yang tampak rapuh

" Kau mencintainya? " tanya Irsyan berjalan dengan merangkul Daisy yang sudah seperti biasa lagi . lebih tepatnya menutupi

" Shera mencintainya " jawab Daisy pelan

" Lalu Kau? Apa kau mencintainya? " Daisy ingin berteriak dan bilang kalau ia mencintai Alariq, tapi yang keluar bukan itu, kata lain yang membuat gadis itu tampak bodoh

" Tidak " Irsyan berhenti dan membalik tubuh Daisy agar menatapnya

" Jangan pernah membohongi diri sendiri Dais, mulutmu bilang tidak tapi Hatimu jelas mengatakan Ya " Daisy tersenyum dan kembali melanjutkan jalannya

" Ini hatiku, jadi aku yang tau " kata Daisy yang sudah membuka pintu mobil

" Ya . jangan sampai kau menyesal " balas Irsyan final tanpa mau mencampuri lagi

Mobil mereka pun meninggalkan kawasan rumah sakit elit itu

    *-*-*-*

Hari ini Daisy bersikeras untuk masuk kuliah, bahkan saat Omanya mengancam gadis itu tetap keukeh mau kuliah . tapi bukan itu yang membuat orang rumah terkejut

" Baiklah Oma, Dais akan ikut Oma tinggal diLondon, tapi tolong, biarkan Dais kuliah hari ini " kata Daisy mantap yang membuat orang dimeja makan itu terkejut dengan ucapan gadis itu

" Dais kamu serius nak? " tanya Rose menatap putrinya

" Ya Ma " jawab Daisy tanpa ragu

" Akhirnya Cucu Oma! Yasudah cepat habiskan sarapannya abis itu pergi kuliah, dan lusa kita berangkat " Kata Oma Nani senang . Rose dan Adi saling menatap

" Mi kenapa terburu buru? Biarkan Dais selesain 1 semester lagi disini " kata Adi pada Ibunya itu

" Mami cuma gamau Dais berubah pikiran nanti " jawab Nani santai

" Pi " Adu Adi pada Mardy yang asik membaca surat kabar

" Kami sudah lama disini Adi, lusa Papi sudah harus balik ke London " kata Mardy secara tidak langsung mendukung istrinya

Irsyan menatap Daisy dalam
" Apa kau yakin? " tanya Irsyan pelan

" Ya " jawab Daisy acuh

Irsyan menghela nafas pasrah . ia sangat tau apa yang ada dipikiran gadis itu, ini tidak murni maunya, gadis itu terpaksa melakukan semuanya . ya Irsyan tau itu

  -

Sasky, Riska, dan Salsa menghampiri Daisy yang baru sampai diantar pak Tony

" Daisy! I Miss You Baby! " Seru ketiganya memeluk Daisy yang membuat gadis itu terkekeh

" Woi kakinya Woi! " kata Riska saat menyadari kaki Daisy masih digips

" Maunya Lo jangan masuk dulu Dais . kita bertiga aja yang main kerumah Lo . iyakan guys? " kata Salsa yang diangguki Sasky dan Riska

" Gue cuma pengen bareng kalian dikampus sebelum gue pindah " kata Daisy pelan

" Apa? Lo mau Pindah?! " toa Sasky, Salsa dan Riska

" Jangan berisik . Iya, Gue mau tinggal sama Oma gue buat sementara, sekalian kenalan langsung sama Sepupu sepupu gue yang lain " jelas Daisy

" Yaahhh Lo mah ga asik Dais " rengek Riska sok sedih

" Kapan Lo balik? " tanya Sasky serius

" Mungkin setelah selesai S2 disana "

" Yauda gausa pikirin, mending kita lupain itu dulu, ayo kita masuk, dan menghabiskan waktu bersama " ajak Salsa yang diangguki lainnya

Alasca dan Queen baru saja sampai . Queen melihat Daisy yang berjalan tertatih menatap Alasca
" Apa Daisy Tau kalo Ariq Koma? " tanya Queen pada Alasca

" Mungkin engga, dikampus yang tau cuma Kamu sama Shera " Queen mengangguk lalu menggandeng Alasca menuju koridor

Dirumah sakit
Para suster dan Dokter berlarian menuju ruang rawat Alariq . pemuda itu tiba tiba kejang kejang yang membuat Sinta ketakutan dengan cepat memencet bel Darurat

Keadaan Alariq mulai normal, tapi Pemuda itu masih belum sadar . Sinta Lega, setidaknya Putranya tidak apa apa

" Ini mungkin Alam bawah sadarnya terganggu Bu, jadi Pasien mengalami kejang kejang seperti tadi " jelas Dokter itu

" Apa ada yang fatal dok? " tanya Sinta cemas

" Semuanya baik Bu, dan biasanya kalau sudah begini, ada kemungkinan Pasien segera sadar . tapi sebaiknya kita berdoa saja sama Tuhan agar semuanya baik "

Sinta menatap wajah pucat Alariq dengan sedih . kenapa Putranya sangat betah menutup mata? Apa kenyataan begitu sakit sampai pemuda itu tidak mau membuka matanya? Entahlah, memikirkannya membuat Sinta kembali merasa bersalah karena sudah ikut menjodohkan Alariq

" Cepat Sadar Nak, Mom Janji akan menuruti keinginan kamu " kata Sinta lembut mencium kening Alariq

FAKE UGLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang