Teringat

288 18 0
                                    

Jika sudah sampai rumah, hal yang pertama Arini rasakan adalah LEGA.

Lega karena tidak diikuti Yudha.

Lega karena tidak mendengar ocehan Alexa.

Lega karena bisa istirahat dengan tenang.

Tiga pernyataan tersebut adalah alasan mengapa Arini sumpek di Sekolah.

2 bulan yang lalu...

Arini sedang mencari kelas barunya. Kelas 11 sudah ia lalui, kini yang ditatap untuk masa depan adalah melewati kelas 12 yang penuh kejutan dan ujian menantinya.

Saat sedang mencari kelas berhubung sudah ramai, jadi sulit karena tiap kelas banyak yang mengerubungi.

"Permisi..."

Arini yang ingin menyela belasan orang akhirnya tidak jadi.

Terlalu ramai.

Sampai ia merasakan ada yang menepuk pundaknya.

"Rin. Kelas kita di lantai 2."

Arini menoleh dan ternyata yang menepuk pundaknya itu teman sekelasnya waktu kelas 11 juga. Ia sedikit lega tidak perlu berdesakan melihat daftar namanya ada di kelas mana.

"Eh lo, Lex. Yaudah gih kita ke atas." Mereka berjalan beriringan menuju tangga.

Tiba-tiba mereka mendengar derap lari banyak murid menuju ruang guru. Hal itu tentu menarik perhatian Alexa yang memang ada jiwa-jiwa kepo sejak lahir.

"Kira-kira ada apa ya? Gue mau liat ah."

Alexa yang langsung ngacir membuat Arini gagal menahan langkah sahabatnya itu.

Dengan malas Arini berjalan menghampiri Alexa. Tapi langkahnya terhenti melihat seorang pria tengah dikerumuni banyak murid yang teriak histeris.

Jelas,
Sangat jelas.

Mereka mengerumuni pria yang memakai kemeja merah maroon dan celana hitam serta tas laptop yang dibawa.

Dahi Arini mengkerut memastikan penglihatannya tidak salah.

"Bentar. Itu yang lain pada ngrubungin siapa? Artis baru?" Arini bertanya pada tiga adik kelas yang lewat dengan tatapan berbunga-bunga.

"Guru baru, ganteng, muda, tinggi, kulitny-"

"Cukup, cukup. Makasih."

"Oke. Gue duluan ya." Mereka berlalu begitu saja sambil berkaca di layar ponselnya.

Dasar genit.

Arini hampir saja mendengar biodata tentang guru baru yang dimaksud dari siswi yang juga suka akan kehadirannya.

Suara semakin gaduh.
Sampai akhirnya Alexa kembali menghampiri Arini.

"GILAAA. GURUNYA GANTENG...OMAYGATT. GUE— mphh,"

Mulut Alexa langsung dibekap oleh Arini yang telinganya panas, "Stop muji-muji."

Alexa langsung menghempaskan tangan Arini, "Cuih! Tangan lo bau bawang tau."

Arini berdecak, "Gue abis berak." ucapnya lanjut menaiki tangga.

Alexa mendadak ingin muntah, "NAJIS."

"Gue berharap Dia bukan guru pengganti Pak Dean. Terlalu anti mainstream," ucap Arini agak keras.

Alexa mensejajarkan langkahnya, "Semoga ngajar kelas kita. Mau gue gebet."

"Serah lu."

Tapi yang Arini tidak habis pikir adalah, ternyata Yudha mengajar kelasnya seperti permintaan Alexa.

ARINI [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang