Kontrol

155 7 0
                                    

Sepulang sekolah, Arini menemui Guntur didepan gerbang SMK DIRGANTARA 3.

Bukan Arini yang mau, tapi Guntur yang meminta agar hari ini bisa melihat keadaan Alexa.

Dari pandangannya ia melihat Guntur sedang bercanda dengan Faiz dan Bima.

"Eh, Rin. Udah lama nunggu?" Guntur basa-basi.

"Baru kok, santai aja."

Faiz dan Bima pun pamit pulang duluan. Mereka sudah tau agenda Guntur hari ini, jadi mereka maklumi.

"Rin, kita duluan ya. Kalo ada apa-apa bisa hubungin gue," ucap Faiz niat modus.

"Ah modus lo. Arini tuh udah ada yang punya," timpal Bima.

"Hah? Siapa?" tanya sang empu yang jelas bingung, ia memangnya milik siapa?

"Gue." Bima menunjuk dirinya sendiri dengan pede akut.

Faiz menoyor kepala Bima, "Arini jenius gini mau nerima lo yang cuma remahan peyek? HAHAHA.. M-I-M-P-I!" Faiz tertawa.

"Apa tuh artinya?" Bima malah nanya.

"BANGUN OI! Jangan tidur mulu dah lo, ntar jatoh gak ada yang nahan," sahut Guntur.

Arini melerai candaan mereka, "Yaudah gih pulang. Hati-hati di jalan."

Faiz pun memberi kissbye jarak jauh.

Arini seolah menangkap menggunakan tangannya lalu ia oper ke Bima. Bima yang ngeh itu langsung menangkap kissbye dari Arini lalu ia jatuhkan ke tanah dan diinjak-injak.

Guntur tertawa keras, "Sukurin! Pulang sana lah."

"Orang gue kasih ke Arini juga." Faiz menundukkan kepalanya.

Bima ikut tertawa, "Tapi Arini kan ngasih ke gue. Tuh kissbye punya lo gue injek barusan."

Mereka pun berjalan menuju halte. Sedangkan Guntur hanya terkekeh, Arini memang punya kharismatik sendiri makanya banyak orang yang suka.

Guntur merangkul leher Arini, "Udah.. ayo ke rumah lo."

"Apaan nih pake rangkulan segala?" Arini menaikkan satu alisnya. "Udah kenal apa sok kenal ya Anda?"

Guntur malah mengeratkan rangkulannya, "Udah ayook. Gue mau liat anak gue."

Ia teringat sesuatu lalu melepas rangkulannya, "Bentar. Gue mau kasih lo sesuatu."

Guntur membuka tasnya seperti mencari sesuatu. Setelah ia ambil benda yang dicari, dengan segera ia kasih Arini.

Sebuah kertas ukuran 20x20cm dan dominasi warna biru membuat Arini membaca judulnya.

'Undangan Pernikahan'

Arini terkejut tidak percaya, "Gue diundang nih seriusan?!

Guntur mengangguk, "Buat sahabat terbaik Alexa. Khususon."

"Gue bakal dateng. Thank you, Guntur Rivaldi." Arini segera memasukkan undangan tersebut ke tasnya sebelum orang-orang curiga.

"Lo gak lupa undang Kak Bryan kan?"

"Ya gak usah di undang juga Dia tamu terpenting gue."

"Iya juga."

"Harusnya lo tanya apa Pak Yudha gue undang."

Arini menatap Guntur, "Diundang juga?"

"Iya. Sama guru lama lo juga, namanya kalo gak salah Dean. Bener ya Dean?" Guntur memastikan.

ARINI [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang