Ribet Amat

104 6 0
                                    

"Jika nanti lulus, akan rindu saat-saat berkumpul"

🌈

"Lho-lho-lho? Lah kambingggg, lo mau piknik bawa tas sekoper?!" pekik Arya saat melihat Arini keluar rumah sambil membawa tasnya.

Arya dihadiahi jitakan, "Lebay! Lo mau belajar tentang flora kan? Gue sediain buku-bukunya."
Lagian Arini hanya menggendong tas yang biasa ia bawa ke sekolah. Tapi Arya-nya saja yang lebay bilang sekoper.

Arya sedikit mengelus dahinya, "Kurus-kurus tenaga lo kuat juga, njir."

"Ya kan gue mau hangout disana, bege... bukan mau belajar serius." Arya tetap saja memprotes usaha baik Arini.

"Yaudah gue gajadi ikut."

Arini yang hendak berbalik badan langsung dicegah Arya. "Kok gak jadi ikut?"

"Katanya gak mau belajar serius? Yaudah gue gak jadi."

"Yaelah, bocah baperan amat."

"Itu juga isinya bukan buku doang, Arya. Ada makanan, minuman, cemilan. Lo mau gue mati kelaperan, hah?"

Arya memegang dahinya yang pusing meladeni Arini, "Yaudah masuk ke mobil buruan."

Arini hanya diam dan tersenyum. Tidak sulit kan mempengaruhi Arya, karena pria itu ada dibawah kendali Dean.

Selagi perjalanan masih jauh, Arini sedikit menanyakan Dean.

"Menurut lo Pak Dean balik ke Indo kapan, Ar?"

"Mana gue tau," ketusnya.

"Gue udah sebulan gak dihubungin."

"2 minggu lalu kan lo dikirimin coklat. Masih ada gak?"

"Sisa 3, lo mau?"

"Mana siniin," suruh Arya.

Arini pun membuka tasnya dan mengambil coklat batangan. "Nih," ucapnya sambil menyodorkan coklat tersebut.

Hembusan nafas Arya terdengar malas, "Peka dikit kali gue lagi nyetir."

"Hm??" Arini tidak tau apa yang dimaksud Arya.

"Suapin."

"Oke.."

Arini membuka setengah bungkus coklat dan mendekatkan ke mulut Arya.

Arya menggigit dan mengunyah coklat tersebut dengan mudah.

"Thanks ya," ucap Arya masih mengunyah.

Arini hanya berdehem, "Gue bagi ya, irit."

"Kan punya lo juga.."

Jadilah mereka makan satu coklat yang sama. Irit. Maklum anak Akuntansi kan perhitungan.

"Lo tau jembatan cinta, Rin?"

"Tau. Kenapa?"

"Mitosnya, kalo orang pacaran yang lewat sana, nanti pulangnya bakal putus. Menurut lo bener gak?"

"Kalo kata gue sih, mitos ya tetep mitos. Kalaupun bener putus, berarti mereka sadar dong," ucap Arini.

"Gue takut-"
Eh tidak jadi deh.

"Takut apa?" potong Arini dengan cemas.

"Ntar kalo kita lewatin jembatan itu, kita bakal- mphhtt."

Arini menyumpal mulut Arya dengan coklat. Arya lantas mengunyah dan menelan. "Kamvret! Gue kaget nih, untung gak keselek."

"Omongan itu doa tau."

ARINI [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang