Ber-Enam

176 8 0
                                    

"Gue mau bilang makasih lo udah dateng," ucap Alexa dengan cepat karena rasa gugup luar biasa hanya berdua di ruangan ini.

Untungnya Guntur mendengar secara jelas, "Sama-sama. Sahabat lo yang namanya Arini mana? Gak dateng?"

"Arini di VIP sebelah. Mau gue panggilin?"

"Boleh. Tapi sebelumnya gue minta nomor lo," Guntur mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan menyodorkan ke Alexa. "Buat jaga-jaga dan supaya kita saling nyaman."

Alexa tersenyum dan mengangguk. Ia meraih ponsel Guntur lalu mengetik nomornya.

"Udah."

"Makasih. Eh, kemarin Arini datengin Faiz sama Bima. Dia kira mereka, tapi untungnya gue dateng tepat waktu dan ngaku kalo gue yang salah."

Ya. Alexa sudah tau semuanya karena Arini sudah memperlihatkan rekaman dari kamera yang diberi Yudha.

"Dia agak 'galak' ya?" tanya Guntur memelankan kata galak.

Alexa tertawa, "emang galak."

Melihat tawa perempuan di depannya, Guntur mengutas senyum juga, "Pantesan."

"Arini emang peduli sama sahabatnya. Dia gak mau orang yang dia sayang itu sedih," Alexa ingat seluruh pengorbanan Arini dari pertama mereka kenal.

"Baguslah." Guntur melirik perut Alexa yang sedikit membuncit walaupun usia kandungannya baru 2 bulan. "Anak kita sehat kan?"

Jantung Alexa berdegup kencang saat Guntur menyebut "anak kita" yang sedang dikandungnya. Ia terharu dan senang.

"Sehat kok. Gue selalu pastiin makan yang bergizi," ucapnya yakin.

"Baguslah. Mulai hari ini dan seterusnya, gue ikut jaga dia. Lo gak sendirian lagi," ujar Guntur.

Wajah Alexa tentu memanas mendengar penuturan Guntur yang tulus, "Iya. Kita rawat dia bareng-bareng."

"Gue sering baca artikel kalo orang hamil muda sering ngidam. Lo ngidam gak?" tanya Guntur dengan penasaran.

"Gak begitu sih. Palingan sering eneg sama kram perut aja."

"Tapi gapapa kan?"

"Gapapa kok."

Guntur menghela nafas lega, "Sori, gue boleh pegang perut lo?" Guntur meminta izin sambil menunjuk perut Alexa.

Alexa melirik perutnya juga, "Boleh, boleh."

Tentu saja boleh, kan Guntur ayah kandung dari anak yang ia kandung.

Tangan Guntur pun perlahan mengusap perut Alexa yang didalamnya terhadap kehidupan yang tengah mencoba berkembang, "Gue gak tau apa yang gue rasain. Rasanya ada naluri buat selalu ada deket lo sama anak ini, Lex."

Alexa hanya diam mendengarkan setiap kata dari Guntur. Ia harap Guntur serius mempertanggungjawabkan semuanya dan memulai kehidupan baru dari nol.

Guntur tersenyum, "Gue jadi ayah muda ya nanti?"

"Sebenernya sih pas anak ini lahir lo udah tua," Sablak Alexa.

"Baru 18 tahun gue, yakali tua."

"Mm.. gue manggil Arini ya."

"Iya."

***

Arini sejak tadi menunggu Alexa menghampirinya. Ia sudah bosan disatu ruangan bersama Yudha yang terus mengajaknya bicara hal kurang penting.

"Rin. Setelah lulus, kamu mau kuliah atau langsung kerja?"

"Langsung minggat ke Austria," jawabnya asal.

ARINI [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang