Susah Bener

81 4 0
                                    

Malam harinya Arini berkaca di kamarnya sambil berputar layaknya princess yang memakai dress selutut. Ah, setidaknya lebih baik dari kemarin-kemarin. Ia membuka laci meja belajarnya dan mengambil hadiah dari Yudha waktu itu.

"Pake, nggak, pake, nggak," gumamnya sambil menghitung jari. Ia punya ide untuk menggabungkan cincin di kalungnya. By the way, ini kalungnya Dean kan?

***

Diwaktu yang berbeda Arya sedang debat kusir dengan Dean lewat aplikasi skype.

Wajah Dean disana terlihat memerah karena gemas melihat ponakannya yang terlalu santai.

[Gak bisa gitu dong, kan kamu nilainya anjlok]

"Bukan anjlok, cuma gak beruntung aja," alibinya sembari memakai almamater jurusan Akuntansi. Sesekali dengan kurangajar ia mengaca di kamera yang otomatis dilihat Dean.

Dean memasang tampang jijik,

[Kamu gak pernah belajar kan, nge-game PB trus!] , Dean suntuk sekali menghadapi orang malas.

"Aku udah belajar sama Arini, kata Dia juga ada progress, gausah banyak protes dong shay," ucapnya dengan nada alay.

[Ntar pas UPK, harus 80], Dean akhirnya memberi ultimatum.

Arya tersentak, "80 apaan? Minggu kemarin aja 78 sujud syukur alhamdulillah."

Terdengar Dean tertawa lepas.
"Sshh, kalo bukan Arini yang ngajar aku, aku udah nyesel masuk Akuntansi dari dulu."

["Kenapa gitu?"]

"Yaiyalah, aku bukan keturunan Eyang Einstein yang jago ngitung,"

Arya memutuskan sambungan videocall setelah mengatakan sudah mepet berangkat sekolah. Ia harus bersiap menghadapi sesuatu yang harus dipahami, bahkan lebih sulit dari memahami perempuan.

Kalau ada pepatah 'perempuan selalu benar', maka yang satu ini 'kita yang serba salah'.

Mata pelajaran MYOB.

Ngetik kurang cepat, salah.
Nol kurang satu, salah.
Gak balance, salah.
Historical gak nol, juga salah.

Terkadang Arya bicara sendiri dengan layar komputer,
"Kamu tuh maunya dingertiin terus deh, aku tuh capek. Kita putus ya?"

Dan saat itu juga Arini yang duduk didepannya bilang, "Gausah gila disini, Ar."

Kasihan sekali, bukan? Tidak jarang Arya selalu bertanya pada Arini yang sudah mahir. Kalau dirinya bertanya pada Yudha seperti tryout kejuruan kemarin, jadinya akan seperti ini,

"Pak, ini gimana? Kok historical balancing account-nya gak nol?"

"Pak Yud, balance due days diisi 30 ya, pak?"

"PAK, why? Ini terlalu sulit untuk saya."

"Pak Yudha yang disayang Arini, trial balance-nya kok beda sih?"

Dan apa yang Yudha jawab?
Hanya angkat bahu a.k.a sok-sok tidak tahu. Itu jelas membuat Arya jengkel dan gemas ingin meremas dan membakar jurnalnya. Wah, kalau boleh nyuruh Yudha ngerjain soal yang sama kayaknya seru.

Dan dipikir 30 kali, yang Arini makan tuh sama. Nasi, gorengan, susu, air putih, ayam, sayur, Arya juga makan. Tapi kenapa kadar otaknya berbeda? Apa karena jenis makanan Arini itu VVIP ?

Sudahlah, memikirkan itu hanya akan membuatnya pusing.

Seperti sekarang, kelas mereka sedang latihan myob untuk persiapan UPK. Arya dan Bagas justru tiduran di Lab karena Yudha ada rapat.

ARINI [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang