Pergi juga?

126 7 0
                                        

"Orang pertama yang bertahta di hatimu belum tentu yang akan bersamamu. Seiring jalannya waktu, tidak semua keadaan tetap sama, pasti berubah."

- ARINI -

Arini menangis tersedu-sedu saat mengetahui orang yang ia sayang setelah Andra pergi ke negara lain juga.

"Udah... Dia pergi kan juga buat cita-citanya, jangan sedih," ucap seseorang yang sedari tadi duduk di sampingnya.

"Tapi kenapa gak bilang dulu? Apa saya gak penting?"

"Arini, Dean pergi tanpa pamit itu berarti kamu sangat penting dalam hidupnya."

Dean?

Dean Alfianto?

Pergi ke negara lain?

Benarkah?
Jawabannya adalah IYA.

Dean berangkat ke Singapura untuk melanjutkan S2 dengan jurusan akuntansi. Ia mendapat beasiswa 75% untuk studi disana, dan sampai itu ia akan berusaha mengikhlaskan seseorang.

Dean tidak pamit ke Arini?
Tentu saja. Kalau Dean pamit, Arini pasti akan mencegahnya seperti saat Ia mendapat perintah permutasi dan saat Andra kembali ke Amerika walaupun akhirnya ia tetap pindah. Ia terlalu tidak tega melihat Arini menangis dihadapannya.

Terlalu berharga, pikirnya.

Yudha mengeluarkan amplop dari saku kemejanya, "Dean nitip ini buat kamu."

Arini menerima tanpa banyak tanya dan langsung memeluk Yudha. Untung saja ini di Taman tempat Arini terakhir kali mengerjai dua gurunya untuk menunggu. Kalian masih ingat kan?

"Pak Yudha jangan pergi juga..." ucapnya lirih.

Yudha awalnya terkejut. Ia pun menyesuaikan perasaan Arini yang campur aduk, "Iya, iya saya janji."

Arini melepas pelukan dan menatap Yudha. Matanya sembab, ia masih harus menghubungi Dean nanti agar mendapat penjelasan, "Pak Yudha jangan janji doang. Dulu Pak Dean juga gitu bilangnya cuma pindah ngajar, tapi sekarang pindah ke luar negri."

Yudha mengangguk dan mencoba meredam emosi Arini, "Iya, Arini. Udah, jangan nangis lagi."

Arini memasukkan amplop tadi kedalam sling bag-nya. Ia akan membacanya di rumah saja.

"Terus Arya juga ikut Pak Dean?" Arini baru ingat rupanya.

"Gue disini."

Arini menoleh ke sumber suara dan senyumnya merekah melihat adanya Arya.

Ya tuhan.. kau izinkan salah satunya untuk tetap berada disini.

Terima kasih banyak.

Arya duduk disamping Arini, "Gue juga sedih, tapi gak se-lebay lo," ledeknya.

Arini tersenyum menanggapi ledekan Arya, "Gue kira lo ikut Pak Dean."

"Om gue pergi, bukan berarti biarin sebagian hatinya sendirian." Arya menoleh ke Arini.

Arini menatap Arya sebentar lalu menatap Yudha yang tengah mengangguk.

"Lo bakal jagain sebagian hati Pak Dean kan, Ar?" tanya Arini dengan polos. Ia jelas tahu kalau yang dimaksud sebagian hati Dean adalah dirinya sendiri.

"Dengan segenap hati gue," jawabnya.

Arini tersenyum ke Yudha begitu juga sebaliknya, "Kamu doakan saja Dean supaya sukses disana. Oke?"

"Iya."

***

Arini berdiri di balkon kamarnya. Ia tadinya hendak tidur, tapi saat menjadwal buku pelajaran untuk esok dan mencari ponselnya. Ia hampir lupa kalau Dean menitipkan surat melalui Yudha.

ARINI [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang