Jangan lupa baca IRSYAD juga yaaaa.. 😘
Seperti biasa Arini berjalan menuju sekolah bersama sahabatnya, Guntur. Mereka tak segan menghibahkan guru mereka yang tak lain Dean dan Yudha.
Mereka damai kalau hendak sekolah, diluar itu ya bertengkar.
"Lo sama mereka baik-baik aja kan?"
Dahi Arini mengkerut mendengar kata mereka yang menurutnya ambigu.
"Mereka siapa?"
Guntur berdecak, "Pak Dean sama Pak Yudha.."
"Baik kok. Emang kenapa?"
Guntur perhatikan akhir-akhir ini Arini sering mengeluh, cepat sakit, dan kurang bersemangat. Ada apa dengannya?
"Lo mau liat Alexa bahagia gak?" Guntur membuat pertanyaan kembali.
Tentu saja Arini mau, "Iyalah."
"Kalo gitu lo harus semangat! Jangan lembek kek gini.." Guntur berusaha menyalurkan keceriaan pada Arini.
Guntur dan Arini pun menghentikan langkah dan duduk di pinggir trotoar untuk mengobrol sebentar. Lagipula sekarang masih jam 06.10 sedangkan beberapa meter lagi gerbang sudah terlihat.
"Gue emang lagi gak fit aja.. lo tau sendiri kan gue banyak tugas." Alibinya.
"Hiya hiya hiya,"
"Serius nih."
"Iya gue percaya. Trus lo udah pikirin milih siapa atau mau ditinggal semuanya?"
"Kalo gue milih dua-duanya gimana?" Arini mendongak menatap Guntur.
Guntur melongo dan menyentil dahi Arini, "Zenteng. Lo kira mereka boneka mentang-mentang suka sama lo."
Arini menjauhkan tubuhnya dari Guntur lalu mengusap-usap dahinya, "Gue aduin ke Alexa lo ntar." Ancamnya.
"Eh, eh. Jangan lah.." ia tau pasti Guntur akan takut.
"Gue becanda."
Guntur merangkul Arini, "Lo coba ngomong bertiga.. biar selesai. Jangan diem-diem bae."
"Yaa... nanti."
"Gue nganter lo sampe sini aja ya, takut telat." Ucap Guntur. Ia jadi lupa kalau sekolahnya berbeda dengan Arini.
"Oke. Thanks ya, hati-hati."
Guntur tersenyum jahil, "Tuh ada Pak Yudha!"
Arini pun menoleh ke arah gerbang, disaat itu pula Guntur menarik jedai milik Arini lalu pergi berlari dan tertawa puas.
"Kata Pak Yudha lo cantik kalo digerai.." teriak Guntur saat berlari menjauh.
Arini membuka mulutnya sambil merapihkan rambut, "Gunturrrr!"
Guntur mengacungkan jari peace sambil tertawa, "See you again, Arini..! Jedai lo gue sita."
"Vangke tuh anak," desis Arini tak percaya. Baru saja anak itu berbuat baik dengan mendengarkan keluhannya. Tapi sekarang malah kumat.
Ia melanjutkan masuk ke sekolah untuk mengikuti pelajaran tentunya. Menyita satu jedai bagi Arini tidak masalah, didalam tasnya kan banyak.
TIN TIN
Arini berbalik badan dan melihat orang asing didepannya sedang mengemudi mobil.
Ia hanya mengeryit sambil melihat jalan lain yang masih longgar. Lalu ia melihat kaca mobil terbuka.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARINI [SELESAI]
أدب المراهقينSekolah. Tempat mencari ilmu,mendapat teman,mencari jati diri,dan bisa juga mendapat cinta. Seperti Arini yang mulanya membenci guru baru, lama-lama ia akhirnya luluh dengan segala sikap gurunya. Bagaimana kelanjutannya? Tambahin ke reading list yaa...