Kaget

93 5 0
                                    

"Setiap hari akan ada kejutan tak terduga. Kalau mentalmu lemah,maka kau akan tidak siap. Jika mentalmu kuat,maka kau akan siap selalu walaupun kejutan itu tidak menyenangkan."

🌈

"Wah, ini sih gila, man." Arya geleng-geleng kepala melihat lurus memandang halaman parkir.

"Lo yang gila." Alexa tertawa.

Guntur memperhatikan Arini dan Dean yang tengah mendekat. "Itu guru lo ikut juga?"

"Om gue," singkat Arya.

"Hah!". "Om?!"

Mereka memesan meja di outdoor kafe supaya tidak jenuh. Ya.. karena biasanya di indoor/kelas VIP yang ber-AC. Mereka sesekali ingin melihat pemandangan yang adem, ketimbang tembok lagi, tembok lagi.

Semua diam saat Dean dan Arini  duduk.

"Kok pada diem?" Dean buka suara.

"Enggak kok, cuma kaget aja tiba-tiba Pak Dean dateng sama Arini," alibi Alexa.

"Bukannya Om masih ada studi di Singapura ya?" Arya ikut nanya.

"Saya cuma mau ngasih undangan." Dean mengambil beberapa undangan dan memberi mereka satu per satu.

Brak!

Alexa berdiri sambil menggebrak meja hingga semua pengunjung menoleh ke arahnya, "Are you seriously ?!" Pekiknya.

Guntur menepuk jidatnya pelan melihat istrinya geger, "Lex. Diliatin orang." tegurnya dengan bisik.

Seperdetik kemudian pengunjung kembali pada aktivitasnya masing-masing dan Alexa duduk.

Arini geleng-geleng kepala sebentar lalu membaca isi undangan tersebut.

Mereka membaca dalam diam dan heran. Sesekali Arini lihat Arya garuk-garuk kepala.

"Savira Teressa Dhiningrat? Anak konglomerat nih pasti," gumam Arya dengan yakin.

"Kok lo bisa bilang gitu?" Alexa bertanya.

"Liat aja nih belakang namanya ada kata 'Rat'. Dhining'rat' sama konglome'rat'. Bener kan?" ucapan Arya yang polos itu langsung membuat Arini menoyor kepalanya.

Sontak Alexa, Guntur, dan Dean tertawa lepas melihat Arini menoyor kepala Arya.

Arini berdecak, "Diem aja lo kalo gak tau."

"Dateng aja.." ucap Dean agak maksa.

"Prasmanan padang ya pak?" tawar Alexa.

"Banyak makanan. Mau dibawa pulang juga boleh, bawa kresek dari rumah," timpal Dean.

"Diabisin minumnya. Bentar lagi maghrib."

Semuanya tertawa pelan dan meminum minumannya sambil lanjut berbincang ringan.

"Ini mau pada langsung pulang?" Guntur melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul setengah enam sore.

Alexa sempat berpikir, "Maunya sih gitu, tapi kayaknya pulang aja lah. Jauh juga."

"Iya, Om, Arini mau pulang sama aku aja apa gimana?" Arya berniat memberi tumpangan pada si macan itu.

"Kamu naik motor kan? Arini ikut Om aja, biar gak kena angin malem, gak baik." Dean memberi jawaban.

Arya pikir ada benarnya juga. Kalau si macan sakit, nanti myob tidak ada penolong, perjuangan untuk balance di laporan keuangan juga akan sia-sia tanpa Arini yang bisa mengoreksi kesalahan pada jurnal dan rekapitulasi.

ARINI [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang