Gadis ini berdiri di balkon kamarnya sambil memejamkan mata menikmati hembusan angin malam. Memorinya tentang seseorang tiba-tiba terlintas.
Dua orang bicara saat bel pulang berbunyi, tepat semua siswa sudah membubarkan diri ke rumah masing-masing.
"Pak. Kenapa marahin Dia? Dia kan udah minta maaf ke saya. Saya juga udah maafin Dia"
"Itu termasuk bullying dan saya akan tetap kasih skors ke Dia,"
"Saya cuma disiram air bekas pel. Toh saya santai. Kenapa Bapak yang gak terima?"
"Kamu gak ngerti!"
"Pak Dean yang gak ngerti!"
"Saya sayang sama kamu!"
Perlahan matanya terbuka. Mengingat hal tersebut membuatnya bimbang karena sekarang datang lagi satu orang di hidupnya.
Senyumannya buat saya melayang
Dari situlah Arini tau Yudha. Dari situ juga Yudha mulai mengejarnya untuk sebuah tujuan, yaitu mengambil hati Arini.
Tidak jarang Arini kesal karena sikap Yudha yang memperlihatkan kalau Dia menyukai nya.
Dean adalah satu-satunya orang yang menganggap Arini hidup saat pertama masuk SMK Tunas Bhakti.
Dean-lah yang mempertemukan Arini dengan si culun 'Alexa'.Kalian baru tau?
Ya... memang itu kenyataannyaDean merubah dua orang sekaligus. Merubah Arini menjadi pribadi yang terbuka dan merubah Alexa menjadi anak yang percaya diri.
Arini mengakui bahwa dirinya yang dulu bukanlah seperti sekarang jika Dean tidak memotivasinya.
"Saya yakin kamu bisa," ucapnya sambil menepuk bahu Arini pelan.
"Tapi saya gak yakin bisa dapet nilai diatas KKM," Arini mengendorkan genggaman pensilnya.
"Berusaha dan yakin. Berusaha tanpa yakin itu bisa sia-sia. Kalau berusaha dan yakin, hasil gak akan mengkhianati usaha. Setidaknya kan kamu usaha sendiri,"
"Iya, Pak" mulailah Arini mengerjakan soal penjurnalan didampingi Dean.
Dean begitu berharga dimata Arini. Dean bisa menjadikannya banyak meraih piala dan memenangkan banyak lomba.
Alexa yang dulu itu pendiam, selalu menunduk, dan banyak pesimis. Tapi lihat perubahannya sekarang berkat Dean. Alexa menjadi periang, selalu bersikap manis pada semua orang, dan cantik.
Arini mendengar ponselnya berbunyi. Segeralah ia masuk kamar menerima telfon.
Kak Andra's Calling
Ada apaan ini?
"Halo, Kak?"
"Halo, Arini. 2 minggu lalu kamu datang ke Kafe kakak ya?"
Syukurlah Andra tidak tanya macam-macam.
"Iya Kak. Kenapa?"
"Kamu dateng sama siapa? Kakak denger sama guru baru lagi,"
"Pak Yudha namanya,"
"Kakak gak mau denger gosip orang lagi ya, Rin.
Masa kamu cinlok sama
guru sendiri. Inget, Rin. Kamu sama Dean aja kakak gak setuju, apalagi sama Yudha itu, kakak—""Kak Andra! Jangan pernah bawa-bawa status mereka didepan aku. Kak Andra juga yang salah gapernah dengerin apa yang aku mau,"
"Arini. Kakak disini itu kerja buat kamu,
wajar kalo kakak ikut campur""Tapi Kakak gak berhak ngatur untuk siapa hati Arini kedepannya. Kak Andra coba sekali aja ke Jakarta buat tau keadaan aku."
"Kakak gabisa lah.
Banyak—""Yaudah. Aku juga gak maksa. Terserah Kak Andra!"
Tut
Arini mematikan sambungan secara sepihak. Andra memang selalu menentangnya jika dekat dengan siapapun yang tidak setara dengan keluarga Wiryasatya. Terlalu sombong dan memandang kasta.
Arini tidak pernah memikirkan tentang kasta keluarga siapapun jika sudah berteman. Menurutnya itu hal konyol yang pernah ada di dunia.
Dean itu bukan orang biasa karena dia bisa merubah seseorang menjadi lebih baik. Dean bukan orang asing yang harus disingkirkan karena dia sangat berharga dihidupnya.
Biarkan Arini mengeluarkan unek-unek yang dirasakannya. Terkadang ia tidak mau hidup seperti ini, selalu sendiri dan merasa kesepian walaupun anggota keluarganya utuh. Namun ia tak bisa mengelak, bahwa takdir mempertemukannya dengan orang yang lebih bisa menghadirkan kasih sayang.
***
"Satu!"
"Dua!"
"Tiga!"
"Empat!"
Alexa mulai mengikuti gerakan senam untuk ibu hamil yang ia setel melalui kaset. Gerakannya santai, tapi agak sulit.
Didepan TV sudah ada semangkuk apel dan semangkuk jeruk.Arini yang melihat Alexa dari ambang pintu hanya tersenyum geli, "Gue harus kasih Guntur nih."
Ia pun merekam aksi senam Alexa diam-diam berdurasi 15 detik, lalu dikirim ke kontak Guntur."Dasar bumil muda. Banyakan gaya!" gumamnya sambil bersender di pintu.
Alexa terlalu fokus mengikuti gerakan senam sampai tidak menyadari kehadiran Arini.
Tring'
From:Guntur
Bilangin jangan terlalu ekstra gerak. Janinnya masih mudaArini tersenyum melihat pesan dari Guntur. Ia pun masuk dan mematikan TV-nya, "Udah cukup senamnya. Lo yang gerak, tapi gue yang jantungan."
Alexa mengerucutkan bibirnya, "Gak asik lo. Kan biar anak gue kuat!"
"Lo turun tangga lari aja udah ngebuktiin anak lo kuat." Arini sampai hafal.
Dasar bumil!
Alexa memperlihatkan deretan giginya,"Ya abisnya.. gue kan gak sabaran."
"Bapaknya anak lo ikut jantungan gila." Arini bilang juga. Alexa hanya cengengesan sambil mengupas buah.
Arini duduk disamping Alexa, "Lex, menurut lo, kalo lo ada di posisi gue, lo bisa menjauh dari Pak Dean atau Pak Yudha gak?"
Alexa menggigit apelnya dan mengunyah sambil berpikir. Setelah ia telan, barulah ia jawab, "Kayaknya nggak deh. Gue hafal hati lo, Rin. Lo mungkin gak mau jauhin mereka,tapi pasti gak rela. Apalagi milih diantara mereka, bukan lo banget sih."
Arini tidak mengerti, "Gue gak nemu caranya."
"Lo aneh. Berapa kali lo menang lomba? Itu pake rumus gak? Pake penjurnalan cara apa? Masa urusan kek gini malah gak nemu jalan keluarnya."
Arini menggeleng masih tidak mengerti. Alexa pun membisikkan sesuatu ke telinga Arini.
"Gila—" gumamnya sampai mebungkam mulut.
"Gue waras." Alexa tak terima.
"Maksud gue ide lo gila. Masa gitu? Gak ah, kalo mereka ribut gimana?"
"Gabakal. Lo tenang aja.."
Lihat saja apakah ide Alexa berhasil?
Ide yang mungkin memperjelas semuanya. Ide yang akan mengungkap segala keresahannya selama 2 tahun.
🌈
Re-publish : 21 MEI 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
ARINI [SELESAI]
Fiksi RemajaSekolah. Tempat mencari ilmu,mendapat teman,mencari jati diri,dan bisa juga mendapat cinta. Seperti Arini yang mulanya membenci guru baru, lama-lama ia akhirnya luluh dengan segala sikap gurunya. Bagaimana kelanjutannya? Tambahin ke reading list yaa...