EPILOG

228 9 5
                                    

Sejak masuk perkuliahan, tidak ada yang berubah dari gadis galak si Arini. Justru semakin menjadi. Tidak ada yang bisa main-main dengannya jika kedapatan punya masalah. Saat pertama jadi MABA pun senior sampai malas meladeni sikap Arini yang terlampau cuek makanya Arya yang suka kena imbas karena terlalu sering menggantikan hukuman Arini dari senior yang pernah dipermalukan depan MABA fakultas lain.

"Ar, gausah liat gue begitu," ujarnya.

Arya pun sama, tidak berubah banyak. Yang paling menonjol adalah porsi makannya yang makin sedikit, katanya agar perutnya kotak-kotak macam atlet.

"Lo makan porsi kuli bangunan? Apa lagi mukbang?"

Arini menatap Arya dengan datar. Ia kembali melahap makanannya.

"Gila. Gaada cowok yang mau sama lo, Rin. Udah galak, songong, perut karet."

Arini mengetuk kepala Arya yang jelas ada di sebelahnya. Kurangajar sekali mengejeknya.

"Aww— tuh kan, galak amat." Arya mengusap kepalanya.

"Lo yang makan tambah dikit kek makanan anak ayam. Bukan gue yang makannya banyak," protesnya tidak terima. "lagian gue lagi fokus kuliah, bukan fokus nyari cowok."

Arya berdecih. "Gaya lo. Tapi emang sih, seantero kampus ini, yang mau temenan sama lo cuma gue. Yang lain kudu ijin."

"Izin ke siapa?"

"Ke gue lah. Biar gue tes tuh orang punya mental kuat apa nggak.."

"Ngapain pake di tes segala?"

"Soalnya kalo mentalnya lemah, udah depresi bahkan gila di deket lo. Lo galak, kejam lagi."

Bibir Arini mengerucut, "Lo sendiri kenapa bertahan temenan sama gue?"

Arya mengusap rahangnya sembari berpikir, "Karena... lo istimewa mungkin."

Arini menyenggol lengan Arya, "So sweet."

"So sweet gundulmu."

Persahabatan mereka pun tak ada yang berubah. Tetap dan selalu seperti itu, diselingi bercandaan dan perdebatan konyol.

Selain fokus mempertahankan IPK-nya di semester 2 ini, Arya juga fokus diam-diam mencari calon pacar. Arini sih tidak mau ikut-ikutan merekrut. Ia mau fokus belajar saja.

Bahkan sejagad kampus tahu jika Arini sudah punya kekasih, itu sebabnya tidak ada lelaki yang mendekat. Sekalinya mendekat, langsung didepak Arya. Tapi sayangnya tidak ada yang tahu, selain Arya, kalau Arini dan "kekasihnya" sedang dalam tahap penjauhan. Emm, Arini yang pertama memutuskan tahap itu.

Yang Arya tahu, ada satu orang yang naksir dengan Arini. Orangnya putih, tinggi, pintar, berbakat melukis. Tapi tidak tahu kalau Arini sendiri bagaimana.

Namanya Ardi, mahasiswa Fakultas Ekonomi sama seperti mereka dan masuk Akuntansi tapi ia sudah masuk semester 3.

Ardi beberapa kali bertemu Arini tanpa sepengetahuan Arya. Padahal kan Arya itu perangkonya Arini.

Sebelumnya, Arini sempat kesal karena dilukis tanpa izin oleh Ardi. Katanya, wajahnya itu punya hak cipta dan dilindungi Undang-Undang Negara.

Tapi setelah Ardi bilang, "Saya juga gatau kenapa bisa ngelukis kamu. Tangan saya tergerak sendiri."

Arini jadi berubah pikiran. Biarkan tangannya itu bergerak melukisnya, yang penting hasilnya bagus. Sehabis itu mereka cukup dekat.

Arya yang berjalan disamping Arini menunjukkan sikap kekanakan.

ARINI [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang