Benci

99 4 0
                                    

"Cerita itu harus didengar seluruhnya, bukan setengahnya untuk dihakimi kehidupannya."

🌈

Yudha menutup pintu mobilnya dan berjalan menuju ruang guru. Dari kejauhan ia melihat Arini duduk dengan mata sembab.

Ya.. matanya kalau lihat yang bening-bening langsung jeli.

Nampaknya lamunan Arini belum juga buyar walaupun Yudha sudah duduk disampingnya.

"Everything is ok, Rin?" tanya Yudha yang berada dibelakang punggungnya.

Arini cukup terkejut lantas menghapus sisa air matanya yang ada di ujung pelupuk. "Ngagetin aja."

"Everything is ok, Rin?" tanya Yudha sekali lagi.

Arini mengangguk, lalu menggeleng. Entahlah, ia bingung ingin bercerita dengan siapa dan darimana.
"Everything is fine, Pak Yudha."

"Kalo udah siap cerita, saya siap dengar. Saya masuk dulu ya." Yudha menepuk pelan bahu Arini.

Arini mengangguk satu kali.

Sudah 10 menit ia tetap duduk didepan ruang guru untuk sekedar meladeni guyonan yang Yudha berikan.

Tak lama, bel masuk berbunyi.

"Saya ada kelas. Kamu masuk kelas gih."

"Iya, Pak. Bentar lagi."

"Semangat!" ucap Yudha sambil mengepalkan tangan kanan ke udara.

Lagi dan lagi Arini hanya  mengangguk.

Yudha sudah masuk ke kelas sebelas Akuntansi 2.

Selang beberapa detik, Arini melihat Arya yang berjalan tergesa-gesa ke arahnya. Ia pun berlari menjauh.

"Arini! Tungguin napa! Gue mau ngomong!" teriak Arya sambil terus mengejar Arini.

Arini berlari tambah kencang. Entah menuju kemana, yang jelas ia tidak ingin bertemu Arya dulu.

Sampai akhirnya Arini terjebak di Lapangan Basket. Sangat sepi sampai hanya burung saja yang bunyinya terdengar di telinganya.

Kemana lagi gue, batin Arini. Ia pun berniat putar balik untuk sembunyi di tempat lain, tapi naas. Arya sudah ada dibelakangnya dan terus mencoba mendekat.

"Rin, deng—"

"Jangan deket-deket gue, Ar!" tunjuk Arini dengan suara tegas.

Arya berusaha tenang walaupun aslinya ketakutan, "Dengerin gue dulu, please."

"Apa?! Mau jelasin kenapa kemarin lo nampar gue hah?!" bentak Arini tak tanggung-tanggung.

Jadi Arini menghindari Arya karena Arya menamparnya?

Ya, kejadiannya hari sabtu saat Arya mengantar Arini, bukan kemarin. Tapi mereka baru bertemu hari senin.

"Gue cuma mau lo hargain mereka yang masih ada, Rin. Udah itu doang." Arya mencoba menjelaskan pelan-pelan.

"Lo gak tau masalah gue! Harusnya jangan ikut campur!"

Arya mendengus kesal. Tidak bisakah gadis itu berbicara pelan padanya. Kenapa harus teriak-teriak? Kalau ada yang dengar kan dikiranya ia pedofil atau hendak menganiaya gadis didepannya.

"Iya, oke gue minta maaf udah ikut campur." Akhirnya Arya mengalah. Yasudah kalau itu maunya.

[Flashback On]

Mobil Arya memasuki halaman rumah Arini. Ada yang aneh, terdapat 1 mobil yang ia kenali plat nomornya.

"Kayaknya di rumah gue ada tamu deh, Ar." Arini melepas sabuk pengamannya dan keluar dari mobil Arya.

ARINI [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang