Back Home

191 11 0
                                    

"Menunggu Itu Sebuah Kesetiaan Paling Dasar,"

🌈

Alexa.
Gadis blasteran itu sudah ada di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta atas permintaan Arini yang sangat mendadak.

Ia hanya membawa satu koper untuk tinggal di rumah Arini sementara waktu karena ia tidak tahu ingin membicarakan apa.
Arini tidak memberitahunya sedikitpun.

Bryan tidak ikut ke Jakarta karena harus menyelesaikan kuliahnya yang cukup padat di London.

Alexa sampai di Jakarta pada pukul 03.00 WIB.
Langit pun masih gelap untuk dijelajahi manusia.

tok tok tok

"Assalamu'alaikum,Arini.." Ia mengetuk pintu. Namun tidak ada jawaban. "Rin...ini gue Alexa." Sekali lagi ia agak mengeraskan suaranya.

Disisi lain gadis yang dengan posisi telungkup karena kedinginan itu merasa terganggu karena suara ketukan pintu.

Ia melihat jam weker miliknya yang menunjukkan pukul 03.00 pagi.
"Siapa sih? Masih malem padahal," gumamnya setengah sadar.

Dengan langkah gontai ia turun dari kasur dan membuka pintu rumahnya malas-malasan.

Cklek

"Waalaikumsalam... Ada apa sih pagi-pagi buta gini?" tanyanya malas masih menutup mata dan menggaruk rambutnya.

"Iuhh, itu iler lo panjang amat, Rin.. jijik!" Alexa yang melihat penampilan Arini yang baru bangun tidur langsung bergidik jijik.

Sebuah garis putih melintang dari sudut bibir sampai dekat telinga.
Erggh— menjijikan. Tapi mau gimana lagi? Arini kelelahan karena kemarin adu dialog dengan Guntur.

Arini belum sadar sepenuhnya, "Masih untung gue bukain pintu. Masuk buruan."

Alexa langsung masuk dan menaiki tangga menuju kamar Arini, "Lo datengnya kurang pagi, Lex."

Sekarang Arini mulai waras, tingkat kesadarannya naik 60%.

"Au ah, gue ngantuk."

"Ayam belum berkokok lo brisik ketok pintu," eluh Arini sambil menutup pintu kamarnya.

Alexa langsung membantingkan tubuhnya ke atas kasur. Arini pun melakukan hal yang sama.

Dengan mata masih terpejam, Arini masih sempat-sempatnya mengigau, "Wah, gue hebat kan bisa nemuin laki lo," ucapnya dengan suara serak.

Alexa tidak bergeming, namun masih mendengar Arini bilang apa.

"Diem, tidur ae."

Arini tersenyum, "Hh, Horee gue berhasil."

Alexa sudah ngorok. Mereka larut ke alam mimpi.

TIN TINN

Arini membuka wajahnya yang tertutup bantal. Rasanya baru saja ia terlelap, tapi ada yang datang lagi. Suara klakson mobil barusan membuat Arini menyumpahi siapapun yang mengganggu istirahatnya.

"Setan! Siapa lagi sih?!" Sarkas Arini yang frustasi.

Dengan langkah gedebak gedebuk Arini turun tangga dan membuka pintu.

"Jangan gang—"

"Halo my pacar.." sapa Yudha sambil membawa bucket bunga yang harumnya semerbak sampai hidung Arini.

My pacar? Sejak kapan woi?

Arini memutar bola matanya malas. "Orang iniiiii" geramnya tertahan.

ARINI [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang