Car Free Day

105 4 0
                                    

"Setiap hari kau harus kuat menghadapi kenyataan yang tak kau impikan. Dan genggaman orang lain adalah yang paling kuat."

🌈

Ujian Simulasi telah usai namun tidak menipiskan rasa khawatir para siswa karena perjuangan masih panjang selama soal-soal menyebalkan itu terpampang jelas di monitor komputer.

Arini dan Fiona memakan dengan lahap mie yang mereka pesan karena energinya terkuras.

"Eh, gila sih ya. Soal begitu doang bisa bikin orang laper," ucap Fiona setelah menyesap jus alpukatnya.

"Iya..lumayan," jawab Arini sekenanya.

"Besok pagi jadi kan?"

Arini menelan makanannya, "Kayaknya lo pergi sama Arya aja deh. Gue ada janji sama Kak Andra buat CFD."

Terdengar dengusan kecewa dari Fiona, "Yahh, masa berdua doang. Lo sama abang lo ikut aja sekalian, gapapa."

"Lo tau kan kalo Kak Andra belum mau damai sama Arya," kata Arini.

Benar juga, Pikir Fiona. Kalau ia tetap memaksa ikut, maka perang dunia ketiga diprediksi akan terjadi.

"Yaudah deh." Akhirnya Fiona pasrah.

***


Keesokan paginya..

Andra dan Arini masuk ke taksi online yang dipesan beberapa menit lalu. Ia akan menuju Springhill, tempat dimana diadakan CFD. Ini semua karena mereka malas menyetir mobil pribadi, sekalian irit bensin.

Andra memakai celana jogger coklat susu dan kaos lengan panjang berwarna putih dipadukan dengan sepatu khusus olahraga berwarna putih juga. Ia pun memakai kacamata, bukan untuk rabun. Hanya  untuk memancarkan ketampanannya. Sia-sia kan kalau punya wajah tampan tapi tidak kece badai, siapa yang mau.

Arini pun juga memakai outfit yang sama, hanya saja rambutnya dikuncir asal tidak digerai seperti biasanya. Ia tak pernah lupa memakai kalung dari Dean untuk selalu mengingat jasa baik pria itu.

"Kak, tadinya Fio mau ikut kita tau," cicit Arini.

Andra berdehem pelan dengan tatapan masih ke ponselnya, "Gak bisa."

"Ya..tau. Maksudnya kenapa?"

"Kakak kan maunya sama kamu. Untuk hari ini kakak mau ngabisin waktu bareng kamu, tanpa siapapun. Termasuk Fiona."

Seketika Arini berdecak, "Iya!"

Begitu mereka sampai, Andra membayar taksi dan mengaitkan jemarinya di telapak tangan adiknya.

"Ayo."

Arini mengangguk walaupun merasa ada yang aneh dengan kakaknya.

Disana banyak tenda untuk mempromosikan makanan dan minuman serta spot foto. Andra meminta Arini menunggu di trotoar untuk membeli minuman dingin.

Arini yang sedari tadi bingung hendak apa. Akhirnya membuka kamera ponsel untuk memotret Andra yang sedang berjalan ke arahnya.

"Kok ganteng sih?" Gumam Arini baru menyadari. Ternyata dilihat dari kamera kakaknya memang tampan, tapi kalau tatap muka rasanya kenapa bosan ya.

ARINI [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang