Diam Bukan Berarti Lemah

127 9 0
                                    

"Sekolah ini selamat karena prestasinya,"

🌈

"Bukan diskriminasi. Tapi sekolah ini diselamatkan Arini dari gulung tikar," ujar seseorang yang ada di ambang pintu.

Semuanya terkejut dan menoleh ke satu titik.

Dean.
Mantan Kaprog Akuntansi itu datang secara tiba-tiba dengan niat melakukan dokumentasi atas suruhan ketua perkumpulan guru cabang Jakarta.

Tapi apa-apaan ini? Yang ia dengar sungguh bukan ultimatum biasa. Ini seperti tuduhan kejam.

Vera diam seribu bahasa saat suara Dean menggema di telinganya.

Dean mengerti kenapa Vera mempertanyakan hal itu. Ia mewajarkan. Ia lantas masuk dan menutup pintu. Ia berdiri dihadapan mantan muridnya.

***

Sebelum Arini menjadi siswi pintar seperti sekarang kalau bukan berkat motivasi dari Dean. SMK TUNAS BHAKTI pernah mengalami bangkrut hampir 80%. Ketua yayasan sudah mengumumkan bahwa sekolah ini harus ditutup sebelum digusur demi mengembalikan modal untuk SMK cabang daerah lain.

Semua guru saat itu hampir putus asa, mereka selalu mencari cara supaya sekolah ini mendapatkan pendapatan eksternal.

Mulai dari sosialisasi ke SMP ternama agar banyak yang minat, tapi sayangnya kurang maksimal. Lalu Dean, selaku guru milenial yang mempunyai gagasan cemerlang mengemukakan pendapat pada Kepala Sekolah.

"Saya pikir sekolah ini murid berprestasinya kurang, Pak. Saya ingin membuat semacam bimbel supaya mendalami kemampuan mereka. Dengan itu mungkin bantuan untuk sekolah kita akan lebih diperhatikan yayasan, pemerintah, dan juga donatur."

"Iya, Pak Dean. Ide anda mungkin bisa membantu. Tapi masalahnya, siapa siswa yang punya bakat seperti itu?"

"Kelas 10 Akuntansi 3, namanya Arini. Saya rasa Dia punya bakat terpendam, Pak."

"Pak Dean yakin?"

"Yakin, Pak."

"Baiklah kalau begitu. Saya akan membantu biaya penunjang."

"Terima kasih, Pak."

"Sama-sama."

Setelah bicara dengan Kepsek, Dean melangsungkan pembicaraan dengan Arini di Perpustakaan. Mulai dari keinginannya untuk mengasah kemampuan dan bakat Arini di bidang Akuntansi. Dean sempat mengalami kesulitan berkomunikasi dengan Arini yang tidak percaya diri dan pesimis. Tapi semuanya mengalir begitu saja karena Dean selalu menyalurkan semangat belajar.

"Minggu depan kamu saya ikut sertakan lomba di Universitas Pancasakti."

"Lho-lho pak? Kok minggu depan?"

"Iya, kan udah sebulan kamu latihan soal. Dan kamu saya anggap paham."

"Ya-yaudah."

Dean seakan-akan memfokuskan Arini untuk mata lomba saja. Arini jadi sering tidak masuk kelas karena belajar dengan Dean di ruang guru.
Tekanan yang Dean berikan untuk Arini nyatanya tidak membuat gadis itu lengah, semakin lama bakat Arini untuk mendalami siklus Akuntansi semakin menonjol.

"Saya bilang juga apa! Kamu pasti juara!"

Menyabet juara umum pertama merupakan suatu kebanggaan tersendiri untuk Dean dan Arini serta pihak sekolah. Apalagi ini lomba pertamanya.

ARINI [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang