Rupanya Vera Masih Tidak Terima

149 8 0
                                    

"Saya Gak Suka Orang Lain Menyakitin Hati Yang Saya Jaga. Sekalipun Orang lain juga suka Dia."

- Dean Alfianto -

🌈

Arini yang hendak masuk kelas tiba-tiba ditarik tangannya oleh seseorang menuju toilet perempuan.

"Vera! Apaan sih? Sakit tangan gue!"

"Vera!"

Arini menepis tangan Vera dengan kasar agar cengkraman kasar itu tidak menyakiti kulitnya, "Gak usah narik-narik kenapa sih!" Jelas ia kesal.

Vera pun balik badan dan mencengkram kedua pipi Arini menggunakan satu tangan. Arini memegangi tangan Vera untuk melepas tangannya, tapi tidak bisa. Sepertinya Vera sangat marah, tapi karena apa?

"Munafik! Dulu lo deketin Pak Dean, trus Pak Yudha. Sekarang Guntur siswa terbaik Dirgantara 3 juga lo deketin!"

"Ap-pa ma-ksu-d lo,Ve-r?" Arini berusaha berucap.   

"KENAPA LO SELALU PUNYA APA YANG GUE MAU! Dasar sampah!" Apa dia bilang? Sampah?. "Kalo bukan karna Pak Dean, lo bukan siapa-siapa!" Intonasi Vera terus naik sampai telinganya pengang. Bisa tidak sih pelan-pelan saja, toh Arini tidak punya gangguan pendengaran apalagi tuli.

Mata Arini memanas, emosinya membludak. Ia tidak terima harga dirinya diinjak-injak oleh Vera dengan cara seperti ini.

Ia mendorong bahu Vera hingga gadis itu mundur beberapa langkah.

"Seandainya Pak Dean ada disini, masih ngajar disini, dia gak segan buat skorsing lo selama 3 hari karna bullying sama kayak alumni dulu!" sentaknya.

Vera terdiam. Berita itu memang dikenal satu sekolah. Apalagi tentang Dean yang mengatakan kalau dirinya menyukai Arini di pintu utama sekolah, "Kenapa,Ver? Lo mau deketin Pak Yudha? Silahkan." Ia dengan senang hati mempersilahkan.

Tapi masalahnya, memang Yudha mau?

Yudha yang hendak mengajar kelas mendengar suara gaduh dari toilet perempuan.

"Lo mau deketin Pak Yudha? Silahkan." Yudha berhenti lalu terdiam mengenali suara Arini.

"Kok nama Saya dibawa-bawa?" batin Yudha makin penasaran. Ia pun melihat keadaan sekitar untuk melongok toilet siswi. Tidak lucu kan ia dikira mesum atau lainnya.

"Pak Dean udah gue anggep bokap. Dia satu-satunya orang yang nganggep gue hidup disaat semua ngeremehin apa yang gak gue punya, Ver. Lo gak berhak nyuruh gue jauhin Pak Dean. Lo pikir, lo siapa?"

Bahu Vera naik turun, nafasnya tak beraturan.
Ia tidak terima juga ditanya Arini perihal siapa dia dimata mereka.

"Tapi se-enggaknya lo gak usah ngambil orang yang gue suka!" sentak Vera sambil mendorong bahu kanan Arini lagi.

"Terserah. Lo mau ambil Pak Yudha sekarang juga gapapa. Sekeras apapun usaha lo buat jauhin gue dari Pak Yudha. Pak Yudha gak akan bisa jauhin gue begitu juga sebaliknya," ujar Arini.

Vera tersenyum miring, "Selama ada gue kenapa gak bisa?"

"Coba aja. Pak Yudha udah nyatain perasaannya ke gue dan gue gak keberatan."

ARINI [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang