3. Perkenalan Kedua

11.4K 616 6
                                    

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

(QS. Al Baqarah: 216).

🍀🍀🍀

PAGI itu mentari malu-malu nenampakkan dirinya. Awan hitam dengan sombongnya menghalangi mentari yang sebenarnya ingin sekali menyinari dan memberikan kehangatan.  Tidak ada kicauan burung yang biasanya bernyanyi dan terdengar sampai kamarku. Hanya beberapa kokokan ayam jantan yang ku dengar bersahutan. 

Lalu lalang beberapa kendaraan ku lihat di jalan komlpeks depan rumah. Kudengar deru mobil Ayah yang sedang dipanaskan di garasi yang berada tepat di sebelah kiri kamarku.

Hari ini sekolahku libur. Bukan karena pagi itu mendung sekali, tapi hari itu tanggal merah yang tertera di kalender.
Untuk menghargai perbedaan dan menghormati mereka kaum-kaum Hindu, hari itu memperingati hari nyepi.

Pagi itu aku belum mandi. Kebiasaanku yang sangat buruk. Hanya saja aku menyisir rambutku dan mengikatnya kemudian ku kenakan kerudung instan. Lalu aku turun ke lantai bawah. Tempat yang aku tuju yaitu dapur.

Kulihat Nailah dan Ayah sedang bermain badminton di halaman belakang. Walau mendung tidak menjadi halangan untuk melakukan aktifitas seperti biasanya.

"Bunda!" Sapaku pada Bunda yang sedang memetik sayuran hijau sebagai menu masakan hari ini.

"Pagi sayangnya Bunda...." Bunda melirikku yang berdiri di sampingnya.

"Mau masak sayur apa,Bunda?" tanyaku basa-basi untuk memulai obrolan pagi yang mendung ini. Aku hanya akan memulai obrolan dengan orang-orang terdekatku saja, tidak dengan yang lain.

"Kita bikin sup bayam yuk, Sya! Bunda minta tolong potong-potongkan baksonya, ya! Baksonya ada di kulkas." kata Bunda memerintahku.

"Oke Bunda,." aku beranjak menuju kulkas dan mencari bakso sapi yang kemarin sore Bunda beli di pasar.

Aku dan Bunda tak banyak bicara di dapur. Setelah sayur matang aku membuat omelet kesukaanku dan Nailah untuk sarapan pagi itu. Bunda membuat teh hangat untuk Ayah dan untuk kami. Karena memang pagi itu terasa lebih dingin dari biasanya.

"Bunda!" Panggil Ayah tiba-tiba.

"Iya, Ayah?" Aku menjawabnya karena Bunda sedang berada di belakang untuk mencuci pakaian setelah menghidangkan masakan kami tadi.

"Ada apa,Yah?" tanyaku.

"Bundamu mana, Sya?"

"Di belakang Yah, lagi mau nyuci."

"Panggilkan Bundamu sebentar..."perintahknya padaku.

"Iya, Ayah sebentar.." aku berlari ke belakang dan disana ada Bunda yang sedang memasukkan pakaian kotor yang amat banyak.

"Bunda, dipanggil Ayah..." kataku dan mengambil alih pekerjaan Bunda.

"Oh, Sya, tolong ini dikasih air sama detergen ya, Bunda nemuin Ayah dulu..." katanya sebelum akhirnya menghampiri Ayah yang berada di teras.

Sakinah Bersamamu [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang