46. Menggapai RidhoNya

8.4K 445 13
                                    

Man jadda wa jadda

🍀🍀🍀

PERJALANAN hidup yang sebenar-benarnya sudah kutemui dan harus mulai kulakukan. Dengan bismillah aku memulainya dari nol kembali. Bersamanya untuk menggapai RidhoNya.

Setia dan menerima apa adanya adalah kuncinya. Selalu bersyukur dengan apa yang didapat, dengan apa yang diberikan oleh Allah swt.

Bisnis kecil-kecilan mulai kukembangkan dengan malaksanakan rutinitas setiap harinya. Sebisa mungkin setelah Alfi Hijab dibuka nanti.

Pagi ini aku bangun terlalu pagi. Hari ketujuh aku hidup bersamanya. Bukan hanya pagi ini, pagi-pagi yang lain pun aku selalu bangun lebih awal dari biasanya. Memang aku berusaha jangan sampai suamiku yang lebih dulu bangun dan berkutat di dapur, apa kata mertua? Alhamdulillah, tujuh hari ini aku berhasil melakukannya.

Kulihat jam dinding masih menunjukkan pukul setengah tiga pagi. Ya, aku bangun setengah jam lebih awal dari biasanya karena hidupku yang baru ini akan luar biasa. Pria yang ada di sebelahku masih terlelap entah mimpi apa. Pulas sekali. Tanpa mengganggunya bermimpi sebelum alarmnya berdering, aku pergi ke dapur untuk mengambil setidaknya satu gelas air putih hangat untuk diminum sehabis bangun tidur.

Aku sudah tinggal bersama suami di rumah orang tuanya dan rencananya hari ini juga kami akan menempati rumah baru yang tidak jauh dari kediaman mertua. Lalu kami akan memulai bisnis baru yang benar-benar dari nol, meski toko sudah berdiri dan siap untuk ditempati sejak lama.

Kriiiiiiing kriiiing kriiing.

Aku kembali ke kamar dan kulihat diaku sudah terbangun dan selesai akan mimpinya semalam.

"Selamat pagi...," aku mendekatinya yang sedang mengerjap-kerjapkan matanya. Kesadarannya belum sempurna. Kutunggu beberapa saat daaaaaan.....

"Come here," katanya dengan suara masih sedikit serak dan meraih tanganku untuk duduk di sampingnya.

"Good morning, dear..," sesaat kemudian setelah aku meletakkan gelas diatas nakas, apa yang terjadi......

Cup

Aaaaaaaaaaa, kupu-kupu yang ada di dadaku berontak. Wajahku pasti sudah merah. Oh Allah.

"Ini minun dulu...terus sholat," kataku sekuat tenaga agar tetap tenang. Sebenarnya jantungku sudah berdetak lebih cepat saat ini. Ia meraih gelas itu dan meminumnya setengah gelas lalu beranjak untuk mengambil air wudhu.

Kalian tahu? Moment ini adalah moment paling romantis. Ya, disepertiga malam juga akhirnya kita dipertemukan. Disepertiga malam juga akhirnya kita bisa bersama-sama.

Sebuah sajadah berwarna merah maroon kubentangkan di belakangnya. Sekarang bukan hanya semoga ia imamku, kutambahkan semoga ia imamku juga kelak di akhirat.

Sambil menunggu waktu shubuh tiba, ini menjadi kebiasaan baruku. Mengaji. Dulunya waktu masih sekolah aku belajar bukan malah membaca Al Qur'an. Itu tidak baik dicontoh ya teman-teman. Jangan mengesampingkan ibadah demi prestasi.

Aku hanya menyimak dan duduk di sampingnya. Sesekali aku membaca jika Mas Alfan menyuruhku membacanya.

Satu ayat.....aku masih biasa saja.

Dua ayat...tiga ayat....empat....lima enam....mataku mulai berkaca-kaca dan pandanganku mulai buram.

Ayat-ayat berikutnya, tes... Satu titik yang membuat Al Qur'annya basah. Ia tersadar dan menghentikan bacaannya setelah sampai ke ayat lima belas.

Sakinah Bersamamu [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang