7.Special Event[1]

8.5K 520 1
                                    

"Boleh kok baper😁"

-Billa

🍀🍀🍀

SUARA klakson mobil yang kukenali tiba-tiba saja berbunyi dan terdengar dari dapur. Aku dan Bunda sore itu hendak membuat bolu ceritanya untuk mengisi waktu dan menghilangkan rasa bosan saja. Suara mixer memenuhi ruangan itu sehingga klakson mobil itu hanya terdengar samar-samar. Meski begitu, aku hafal betul itu pasti itu Ayah.

"Sya, nanti gulanya ditambahin dua sendok ya, Bunda mau lihat Ayahmu dulu di depan..."kata Bunda padaku. Aku hanya menganggukan kepala pelan kemudian segera melaksanakan perintah Bunda sebelum meninggalkan dapur untuk menghampiri Ayah yang baru saja tiba.

Ayah pun menghampiriku setelah mendapati putrinya yang cantik ini--hehe--berkutat dengan alat pengocok adonan di dapur.

"Assalamu'alaikum...lagi buat apa, Sya?" Suara Ayah membuatku menoleh yang tadinya masih fokus dengan adonan yang kubuat.

"Wa'alaikumussalam, mau bikin bolu nih, Yah," jawabku sambil mematikan mixer karena adonan memang sudah siap untuk di cetak.

"Yah, baju gantinya sudah Bunda siapkan di kasur..." terdengar suara Bunda yang sedikit berteriak dari lantai atas agar terdengar sampai sini.

"Iya, Bunda... " sahutku, karena Ayah sedang minum tehnya yang sudah kubuatkan spesial untuk Ayah sebelumnya.

"Awas bolunya gosong, Sya!" Suara Bunda terdengar samar-samar dari ruang tengah mengingatkan bahwa aku sedang memanggang kue bolu.

"Bau gosong, kaaaak!!!" Teriak Nailah tiba-tiba yang juga berada di ruang tengah bersama Bunda yang membuatku harus meletakkan kasar ponselku.

"Astaghfirullah,.." aku menepuk jidatku dan langsung menghampiri oven dan langsung membukanya untuk memeriksa bolunya.

Saat aku hendak membuka tutup oven karena terburu-buru tanganku tidak sengaja menyentuh tutup oven yang panas. Lap yang aku bawa tak sengaja terjatuh.

Yang membuatku merasa bodoh adalah...kenapa aku percaya-percaya saja dengan apa yang dikatakan Nailah. Sedangkan aroma gosong tidak tercium sama sekali. Kenapa indera penciumku tidak kugunakan dengan baik. Setelah aku buka ovennya ternyata bolunya belum mengembang sama sekali. Astaghfirullah Nafisya. Bisa-bisanya aku dikerjai Nailah.

Aku berdecak kesal dan membuang nafasku dengan kasar. Lalu kututup kembali ovennya, kemudian kembali duduk dan memainkan benda pipih ajaibku yang tadi kuletakkan begitu saja.

🍀🍀🍀

"Selamat pagi, Pak Budi..." sapaku kepada bapak tukang bersih-bersih sekolahku yang sedang menyapu.

"Pagi neng Nafisya!" Balas Pak Budi dengan senyumnya yang khas nampak gigi gingsulnya yang ada di sebelah kiri.

"Oh iya, pak ini ada sedikit kue dari Bunda..." aku menyodorkan kotak biru itu kepada Pak Budi. Bunda memang sudah biasa membuatkan kue untuk Pak Budi karena orang tuaku memang sudah cukup dekat dengan beberapa guru dan karyawan di sekolahku. Yaah, karena aku sudah lama menuntut ilmu disana. Sekitar dua tahun tepatnya.

Terutama Pak Budi yang memang sudah kenal dekat dengan Ayah dan Bunda. Sejak pertemuan pertama pada acara terima raportku di sekolah saat aku masih kelas sepuluh.

Sakinah Bersamamu [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang