14. Lirikan[1]

7.3K 482 6
                                    

Jaga dulu pandanganmu!!

🍀🍀🍀

MENTARI sore ini terlihat lebih cantik. Waran jingganya membuat perasaan damai. Cocok sekali dengan perasaanku saat ini. Dengan santai aku menikmati es krim coklat yang kubeli di kedai sepulang sekolah bersama Ayah. Aku dan Ayah memang selalu kencan seperti ini. Romantis, kan?Jadi makin sayang saja dengan Ayah. Tak lupa sayangku juga untuk Bunda dan Nailah. Pokonya Fisya sayang sama semuanya, deh. Sayang sama readers juga pastinya yang sudah setia tidak berpindah ke lain hati.

Tiba-tiba ponsel Ayah yang diletakkan di atas meja berdering diiringi getaran yang membuat mejanya juga ikut bergetar. Aku sedikit kaget, karena khusyukanku menikmati es coklat yang kubeli.

Ayah menjauh dariku dan mengangkat panggilannya. Kurasa itu adalah panggilan dari atasan Ayah di kantor. Sedikit lama mereka berbincang-bincang via telepon sehingga aku menjadi duduk seorang diri dan tidak jadi romantis. Bosan pun melanda.

Setelah beberapa menit Ayah kembali duduk di hadapanku dan segera menghabiskan minuman yang di pesannya.

"Sya, ayo kita pulang?" Ajak Ayah tiba-tiba. Padahal es krimku belum juga habis.

"Tapi, Yah es krimnya kan belum habis. Sayang,kan? Mubadzir...." alibiku pada Ayah, karena aku masih ingin duduk dikedai itu menunggu seseorang yang biasanya bernyanyi di kedai itu sambil menikmati suasana sore ini yang menyenangkan bagiku. Aku tetap melanjutkan memakan es krimnya. Sedangkan Ayah kembali membuka ponselnya.

"Sya, malam ini kita ada acara, kita kan perlu waktu untuk persiapan, es krimnya dimakan dimobil saja?" Katanya.

"Ha? Acara apa, Yah? Perasaan malam ini kita free. Ayah besok libur kerja,kan?"

"Iya, besok Ayah libur, Om Husein mengundang keluarga kita untuk makan malam..."

Allah, itu berarti bertemu Pak Alfan di rumahnya? Sungguh aku benar-benar tidak siap untuk itu. Mengingat keadaanku yang semakin tidak jelas setiap berada di dekatnya. Jangankan di dekatnya, melihatnya dari jauh saja kupu-kupu yang ada di dadaku sudah meronta. Demo gitu, lhoooo....coba bayangkan!?!?

"Fisya dengar, Ayah?" Katanya lago.

"Eh iya...iya,Yah, Fisya denger....makan malam dimana, Yah?" Tanyaku basa-basi.

"Di rumah Om Husein..."firasat yang bagus. Bisa sesuai dengan yang kupikirkan. Jika di rumah Om Husein, secara otomatis akan ada Pak, eh Mas Alfan. Peraturan masih berlaku.

"Ya sudah ayo, kita pulang..."

"Ya, Yah..."

Akhirnya es krim coklatku, kuhabiskan di mobil sambil menikmati pemandangan kota yang tersorot cahaya jingga matahari. Jika nanti aku makan di rumah, Nailah, kan tidak dibelikan pasti akan meminta es krimku. Dan aku kali ini sedang pelit, haha...

Di mobil hening tak ada percakapan antara aku dan Ayah. Kulihat raut wajah Ayah seperti memikirkan sesuatu, namun Ayah masih tetap fokus mengemudi mobilnya.

"Yah?"

"Ya, sayang?"

"Ada masalah?" Kuberanikan bertanya seperti itu padanya. Entah masalah apa yang sedang dipikirkan Ayahku itu. Karena menurutku tiba-tiba suasana menjadi berubah.

Sakinah Bersamamu [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang