Yang mampu membawaku ke kutub adalah kamu.
🍀🍀🍀
DENTINGAN sendok dan piring yang beradu menambah suasana kehidupan pagi itu. Sarapan bersama keluarga adalah rutinitas kami setiap pagi sebelum melanjutkan kegiatan masing-masing. Ini menyenangkan.
"Bunda, mau lagi....." Nailah menunjuk ayam goreng krispi yang tersaji di depanku.
"Kamu mau lagi..?" Dengan wajah memelas ia mengangguk menjawab pertanyaanku.
"Kamu kan udah makan dua potong,Dek..."
"Tapi kan belum tiga....ehehehheheheh..." Kekehnya.
Bunda tersenyum memandangi adik perempuanku. Sedangkan Ayah masih khusyuk dengan nasi yang masih ada di piringnya. Kulihat Nailah sudah meraih makanan yang ia inginkan tadi. Lalu memakannya dengan mencocolkan di saus tomat kesukaannya. Kalau sudah begitu ia tidak akan makan dengan nasi.
Hingga sarapan kami telah usai dan kami segera pergi menuju tujuan masing-masing, kecuali Bunda yang senantiasa setia di rumah. Bunda tidak bekerja keluar seperti kebanyakan ibu-ibu yang lain, karena lebih menuriti apa kata Ayah untuk tatap di rumah. Biar Ayah saja yang bekerja mencari nafkah. Tapi, Bunda memang selalu berinisiatif. Beliau membuka bisnis kecil-kecilan. Membuat kue sesui pesanan seperti yang sudah berjalan bertahun-tahun ini. Jadi, Bunda tetap tidak menganggur di rumah.
Pukul tujuh kurang lima belas menit mobil Ayah berhenti di depan gerbang biru sekolahku. Sudah terdengar suara muratal yang biasa di putar di sekolah. Damai rasanya mendengar ayat-ayat Allah yang di lantunkan dengan maqam merdu.Tanpa basa-basi setelah menyapa beberapa ibu guru yang berjejer di depan aku langsung masuk kelas.Ku lihat bangku sebelahku tidak ada tas biru polkadot. Itu tas Billa, mengapa tidak ada pagi itu? Padahal biasanya ia selalu tiba di sekolah lebih awal dariku.
"Mungkin telat...." pikirku. Lalu aku bergegas keluar menemui teman-temanku yang lain. Biasanya kami duduk-duduk santai sambil mengobrol di bangku taman sebelum bel tanda masuk berbunyi.
Hingga pukul tujuh tidak lebih tidak kurang, bel sudah berbunyi Billa belum juga nampak batang hidungnya. Daripada menunggunya lama, akhirnya kuputuskan untuk kembali ke kelas sendiri.
Dua jam pelajaran sudah berlalu. Aku masih menunggu Billa datang. Hasilnya nihil, Billa tak kunjung muncul.
"Yang tidak berangkat hari ini?" Seorang guru mengabsensi kami. Ternyata Billa tidak berangkat. Aku tidak tahu menahu tentang itu. Kira-kira dia kenapa? Aku pikir Billa hanya terlambat datang.Setelah seorang mengantarkan sebuah surat yang masih di dalam amplop beru aku tahu Billa tidak berangkat dengan alasan sakit.
Syafakillah,Bil.
Waktu istirahat telah tiba. Seperti biasanya tempat yang pertama kali kami tuju adalah mushola. Sudah menjadi rutinitas kami, sebelum makan di kantin atau memakan bekal yang di bawa dari rumah kami menunaikan sholat sunnah dahulu.
Semoga tetap istiqomah ya:)
Lima belas menit berlalu. Dan aku belum sempat memakan bekal yang kubawa dari rumah karena bel sudah berdering lebih dulu. Tapi, Alhamdulillah, guru kami baik hati. Kami di beri waktu untuk menghabiskan makanan sebelum mulai pelajaran. Terima kasih....
Di sela-sela pelajaran bahkan masih ada yang nakal, lhooo....diam-diam mengambil sisa makanan yang tersimpan di laci lalu memakannya. Padahal tertera jelas di tata tertib bahwa tidak boleh makan saat pelajaran sedang berlangsung. Termasuk aku. Bagaimana dengan kalian? Jangan ditiru yaaaa...
Bel pergantian jam mata pelajaran berbunyi. Tandanya satu menit kemudian Pak Alfan masuk kelasku. Kok tahu? Kan, ada jadwal mata pelajarannya...
Paltipasi mulai menyerangku. Tanganku sudah berkeringat. Dingin sekali. Ada apa Sya? Ah, andai ada Billa aku pasti akan menggegam tangannya kaya drama-drama Korea gitu. Tapi Billa tidak ke sekolah hari ini. Aku duduk sendiri. Ah, ini creepy.
"Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh...." ucapnya sebelum memulai pelajaran.
"Mari kita membaca basmallah terlebih dahulu!?" Kami semua mematuhi perintahnya.
Lalu beliau memberikan sebuah tugas kepada kami. Aku berusaha mengerjakannya dengan tenang. Sekilas kulihat langkah kakinya mengarah ke mejaku. Degup jantungku semakin cepat. Ya Allah ada apa ini? Aku tetap mengerjakan tugas itu, dan berusaha setengang mungkin. Tapi perasaanku sudah tidak karuan. Aku mulai bisa bernafas lega setelah Kayla yang di hampiri oleh Pak Alfan. Tapi degup jantungku belum bisa terkondisikan. Kucoba untuk beriskap masa bodo.
"Sya?" Aku terperanjat.
Mengapa setiap dekat beliau aku selalu seperti ini? Keringat dingin membasahi telapak tanganku yang memegang pulpen.
Ya Allah tolong aku. Billa tolong....
"Bisa?" Basa-basi.
"Bisa Pak...."
Ingin rasanya kuusir saja makhluk yang bisa membuat jantungku berdetak lebih cepat dari orang normal. Atau, aku saja yang menghilang dari sini?
Apa-apaan, dengan santainya beliau malah meletakkan bukunya di mejaku. Aku tak butuh privat atau pun buku itu. Aku punya. Ini yang membuatku harus membaca satu soal berulanga kali. Tapi tetap juga tidak fokus. Aku benar-benar tak suka ini!! Suudzanku beliau modus. Tarus khusnudzannya apa?
Mungkin Pak Alfan tidak akan pergi jika tidak di panggil seorang siswa yang ada di bangku bagian depan seperti sekarang ini tanpa membawa kembali buku miliknya. Ah, lalu ini apa?
"Sebentar, buku saya kemana,ya?" Nah, dicari juga, kan?
Akhirnya aku memberanikan diri untuk bicara."Disini, Pak."
"Oh...sampai lupa, say.."katanya terkekeh dan berjalan menghampiri mejaku lagi. Niatnya si, aku yang akan membawakan ke depan, tapi katanya...
"Sudah, biar saya saja yang kesitu, kamu selesaikan tugasnya...." katanya kemudian aku kembali duduk.
Aku memberikan buku itu padanya. Menyebalkan, bukan? Aku menatap punggungnya dari belakang sambil merasa sedikit geram. Rasanya aku ingin menangis. Baru kali ini aku menemukan guru yang seperti ini. Tidak di rumah, tidak di sekolah...sama saja, menurutku.
Biar apa?
Tanganku dingin, Pak... Wajahku masih panas, Pak....pandai sekali membuatku seperti ini. Ingin rasanya aku mengadu.
Ya Allah apa ini?
Bersambung...
🍀🍀🍀
Paham ngga gaes? Semoga paham ya.
Tunggu part berikutnya. Jangan lupa bintangnya.🍀🍀🍀
Jangan lupa mengaji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakinah Bersamamu [SELESAI]
Romantizm⚠A W A S⚠ BAPER. Ini hanya kehidupan sehari-hari Nafisya. "Jikalau tidak bersamamu, apa aku bisa mewujudkan kata sakinah seperti ini?" -Alfan Putra Rahmawan- Note : Chapter masih lengkap Rank#1 Nafisya (2019,2020,2021) Rank#2 Alfan (2019,2020) Ra...