-
🍀🍀🍀
MOBIL Mas Alfan melesat dengan kecepatan sedang. Ruangan berjalan itu hening. Aku sibuk memainkan ponselku menscroll akun istagram. Sedang Mas Alfan khusyu berkutat dengan benda lingkaran di hadapannya.
"Sya, udah main hpnya..?" katanya tiba-tiba sambil melirikku. Sedang aku masih asyik menscroll akun instagramku yang banyak menampilkan gamis-gamis modis di layar.
"Syaa....."
"Eh...mas bagus nih.." kataku tanpa menggubris kalimat Mas Alfan tadi.
"Hm..."
"Ih...gitu doang sih Maaas..."
"Udah yuk...turun periksa dulu, stalkingnya nanti lagi."
Dan aku mematung seketika. Sudah kubilang aku paling malas bertemu dokter.
"Eh...malah diem...."
"Mas....Fisya itu nggak kenapa-kenapa," kataku mencoba meyakinkan.
"Nggak kenapa-kenapa gimana kamu ini, tadi aja....." sambil mendengarkan Mas Alfan khotbah di depanku pikiranku mulai berputar mencari alibi yang tepat agar aku tidak jadi bertemu dokter malam ini.
"Sya.."
"Ah..itu tadi itu,-"
"Jangan beralibi, ayo.." ajaknya dengan menarik tanganku. Ya mau tidak mau aku harus lakukan ini, mengikutinya dan masuk ke klinik. Aku tidak suka ini.
Dan kebetulan dokter ini teman Mama Gita, jadi kita bisa lebih santai. Walaupun begitu, tetap saja aku tidak suka jika nanti ujung-ujungnya akan diberi resep obat dan aku harus meminunnya di waktu yang ditentukan.
🍀🍀🍀
--skip--
Dan akhirnya Allah menjawab do'a kami. Ini adalah saat-saat kami menunggu kehadiran buah hati yang pertama.
"Mas, kamu udah siap nama?" tanyaku tiba-tiba.
"Sejak jauh-jauh hari sebelum Allah kasih pun aku udah mikir, Sya..," katanya terkekeh. Ya wajar saja, karena memang Mas Alfan menunggu kehadirannya sejak lama. Dan satu tahun yang lalu aku mengalami keguguran. Itu membuatku merasa bersalah, tidak bisa mewujudkan apa yang Mas Alfan inginkan.
Pada akhirnya setelah dokter Lisa mengatakan positif, emm...kalian tahu apa reaksi Mas Alfan?
Memalukan di depan Tante Lisa. Mas Alfan layaknya anak kecil yang baru saja mendapat hadiah. Aku biasa menyebutnya Tante, karena beliau memang sangat dekat dengan Mama Gita.
Saking girangnya ia memelukku sangat erat sampai pengap. Ya ampun, Mas. Sampai aku yang merasa malu sama Tante Lisa.
"Jadi siapa?"
"Rahasia...."
"Oh.... jadi sekarang gitu main rahasia nih sama Fisya....eh tapi jangan-jangan Mas Alfan nyimpen rahasia yang lain juga dari Fisya," kataku dengan niat bercanda.
Tiba-tiba saja Mas Alfan diam tak bersuara. Terlintas seketika kejadian paling hina yang pernah ia lakukan beberapa tahun yang lalu. Dan aku tidak mengetahui hal ini.
"Mas, kok diem...jangan-jangan bener ni kataku tadi...."
"Enggak, sayang...."
"Hmmmm....jadi siapa?"
"Namanya adalaaaaaaaaaaaah, jreng jreeeeeng........"
🍀🍀🍀
Kebahagiaan yang tidak bisa dibendung lagi. Berkali-kali aku mengucap syukur pada Allah. Putri kecil kami yang pertama sudah hadir di tengah-tengah kami, dengan keadaan sehat.
Perjuangan yang luar biasa. Aku baru merasakan menjadi ibu. Betapa beratnya ibu mengandung kami, betapa sakitnya ibu melahirkan kami, betapa susah payahnya ibu merawat dan membesarkan kami.
Bunda, terima kasih.
Kulihat Mas Alfan menitikkan air matanya lalu mencium keningku yang basah akan keringat setelah berjuang mewujudkan apa yang diimpikan Mas Alfan. Menjadi seorang Abi.
"Thanks full to Allah, and I love you,"katanya berbisik. Seketika itu juga aku menangis haru dan memeluk Mas Alfan.
"I love you more, Abi..." kataku.
"Maaf Pak, ini bayinya..."
Mas Alfan mengambil alih gendongan bayi lucu itu. Kemudian ia mengumandangankan adzan di dekat telinganya sambil menitikkan air mata bahagianya.
Laaa ilaaaha Illallaaah.....
"Sya,-" ia menjeda.
"Abqarina Aisha Putri Rahmawan,..." ia mengucapkan selarik nama itu sambil memandangi putri kecil kami.
"Kenapa pilih nama itu, Mas?" Tanyaku sambil memandang putri kecil kami yang lucu. Kulihat wajahnya lebih mirip Mas Alfan, tidak ada unsur Nafisyanya.
"Biar putrinya Rahmawan ini cerdas, dan seperti Aisya, istri Rasulullah,..."jelasnya.
"Masha Allah....."kataku.
Merupakan hadiah istimewa dari Allah untuk kami setelah sekian lama menunggu kehadiran buah hati.
"Sya..."
"Ya..."
"Semoga dengan hadirnya, aku bisa mewujudkan kata sakinah bersamamu, I love you cause Allah..." katanya yang diakhiri dengan kecupan di dahiku yang mulai mengering.
Terima kasih Ya Allah, Kau menghadirkan mereka dalam hidupku untuk menggapai ridhaMu.
Bersambung...
🍀🍀🍀
Alhamdulillah, seneng banget, Alfan Nafiya udah jadi AbiUmi, yang ikut bahagia mana suaranya??????
Btw aku ngetiknya mau nangis. Ada yang sama mungkin? Soalnya aku ngebayangin kalau aku ada di posisi Nafisya.
Terima kasih sudah setia dan selalu mendoakan mereka, sekarang udah punya dede Aisya.
🍀🍀🍀
Jangan lupa mengaji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakinah Bersamamu [SELESAI]
Romantizm⚠A W A S⚠ BAPER. Ini hanya kehidupan sehari-hari Nafisya. "Jikalau tidak bersamamu, apa aku bisa mewujudkan kata sakinah seperti ini?" -Alfan Putra Rahmawan- Note : Chapter masih lengkap Rank#1 Nafisya (2019,2020,2021) Rank#2 Alfan (2019,2020) Ra...