6. Hari Bersamanya

9.3K 526 5
                                    

Mulai dengan basmallah akhiri dengan hamdalah.

🍀🍀🍀

ALARM jam bekerku berdering dengan nyaring membuat tidurku terusik. Karena nakas tempat untuk menaruh jam beker itu tepat berada di sebelah kiri telingaku jadi terdengar seperti kuberi pengeras suara. Pukul tiga pagi, entah kenapa tubuhku merasa berat sekali untuk beranjak dari ranjang. Setan memang mudah sekali mempengaruhi manusia.

Ternyata satu hal yang aku lupa, aku belum membaca do'a setelah beberapa detik membuka mata. Aku mengusap wajahku kasar, lalu berdo'a dan langsung menyibakkan selimut bergambar hati berwarna ungu itu yang membungkus tubuhku sedari tadi malam. Udara pagi ini terasa lebih dingin dari pagi-pagi sebelumnya, yang sukses membuat tubuhku terasa berat sekali untuk kubawa pergi dari kasur.

Seperti biasanya aku langsung mengambil air mineral kemudiam meminumnya. Hal ini sudah seperti wajib bagiku. Setelah itu, aku langsung ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berwudhu, kemudian dilanjutkan aktifitas seperti biasanya.

Hari itu hari Minggu, artinya sekolahku libur. Tapi seperti yang sudah Bu Anjani katakan lusa, bahwa aku dan beberapa temanku yang lain harus pergi hari ini. Untuk mengikuti pelatihan lebih tepatnya private, sebagai persiapan kompetisi yang akan diadakan satu hari dari sekarang. Ini terlalu mendadak, bukan?

Kebetulan Ayah juga libur bekerja,  sehingga bisa mengantarku nanti, sekitar pukul delapan pagi ke tempat yang sudah di minta oleh Bu Anjani. Dan kami akan bertemu disana.

"Udah ada temennya belum, Sya?"

"Kayaknya belum deh, Yah." Mataku mengelilingi bangunan megah itu dari dalam mobil sambil melepas seatbelt.

Sementara Ayah sedang asyik dengan ponselnya. Begitu pun denganku, sembari menunggu yang lain tiba di tempat yang sama. Sebelum akhirnya Bu Anjani datang dengan mengendarai motor merahnya. Aku keluar mobil dan menghampiri Bu Anjani.

"Assalamu'alaikum, Bu Anjani..." Aku langsung mencium tangan Bu Anjani.

"Wa'alaikumussalam, yang lain mana?" Tanyanya sambil memandangi sekitar karena melihatku yang hanya datang sendiri.

"Belum datang sepertinya, Bu..."

"Ya sudah kita tunggu di dalam saja..." Bu Anjani mengajakku masuk.

"Em...maaf Bu, kira-kira sampai jam berapa ya? Mau kasih tahu Ayah dulu biar nanti jemputnya nggak terlalu lama..."

"Oh kamu sama Ayah kamu , mana? "

"Di depan , Bu.."

Kami menghampiri mobil Ayah. Pertemuan Ayah dan Bu Anjani menciptakan obrolan baru. Tak lama kami saling berbincang-bincang setelah itu Ayah kembali pulang, aku dan bu Anjani pun masuk ke dalam karena waktu semakin siang.

Tak berapa lama salah seorang dari kami datang mengucap salam. Kini kami bertiga, Bu Anjani, aku, dan Dimas namanya. Disitu kami tidak banyak bicara. Sibuk dengan ponsel masing-masing. Memang begitu pengaruhnya ponsel mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Miris.

"Assalamu'alaikum..." Seseorang bersuara berat itu mengucap salam. Aku menoleh ke sumber suara dan menghentikan jariku yang tadinya kugunakan untuk menggeser-geser layar ponsel. Merasa bosan saja menunggu.

Sakinah Bersamamu [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang