Barakallah fii ilmi...
🍀🍀🍀
TELAH usai perjuanganku menghadapi berbagai uji coba, sampai telah berakhirnya ujian nasional satu minggu yang lalu.Perjuangan yang tidak sia-sia. Menyeimbangi usaha dengan do'a meminta pada sang Kuasa. Alhamdulillah hasil yang tidak buruk dan kuharap hasil itu disertai ridho dari Allah swt.
Pagi ini tepat pukul empat pagi aku bergegas membersihkan diri dilanjutkan sholat shubuh.
"Sudah siap, Sya?"
"Udah Bunda....sebentar lagi pake kaus kaki,"
"Bunda tunggu di depan ya, itu ada susu jangan lupa diminum dulu," katanya.
"Iya, Bunda...,"
Pagi ini sebelum matahari menyapa dan menyinari semesta ini aku harus sudah sampai di salon yang sudah kupesan beberapa hari yang lalu.
Ya, hari ini adalah pengumuman kelulusan sekaligus pelepasan siswa-siswi kelas dua belas. Maka dari itu, karena moment ini adalah moment specialku, aku merias diri. Asalkan tidak tabarujj atau berlebihan. Karena kriteria pakaian yang baik menurut syariat Islam adalah menutup aurat, bersih dan suci, layak, serta yang perlu diperhatikan adalah tidak terlalu berlebih.
"Mbak, nggak usah pakai bulu mata, ya!?" Kataku pada mbak-mbak salon yang meriasku. Karena kalian tahu, bahwa menyambung rambut itu tidak diperbolehkan, bukan begitu?
"Ya, Dek,"
"Sya, acara mulai jam berapa?"
"Jam delapan,"
🍀🍀🍀
Dari hari setelah aku melihat seorang perempuan bersama Alfan dan mamanya, aku masih terlalu canggung untuk berkomunikasi.Bahkan di sekolah pun tidak pernah saling sapa. Karena kami menjaga, terutama aku yang harus menjaga jarak dengannya.
Sampai hari ini pun aku diwisuda, sekedar mengucap selamat pun tidak. Tapi aku tidak apa-apa. Mungkin apa yang aku pikirkan itu benar. Terluka memang, tapi bagaimana lagi ini sudah menjadi ketentuan Allah.
Tapi, apa aku tidak salah lihat, sekarang Bunda sedang bersama Tante Gita. Dan kelihatannya mereka masih berbincang-bincang seperti biasanya. Tak disangka Tante Gita akan datang diacara kelulusanku ini. Tak lama dari itu Pak Alfan datang menghampiri mereka. Mataku belum beralih menatap sebuah meja yang ada Bunda, ayah, tante Gita, daaan..
"Aduh," batinku setelah melihat mata Pak Alfan tertuju kepadaku yang sedang mematung di sekitar teman-temanku. Aku langsung membuang muka dan pura-pura saja mengikuti arah pembicaraan teman-temanku. Tapi pupilku tidak salah melihat, ia menuju kemari.
Tanganku tiba-tiba dingin, sekitarku suhu menjadi naik sekian derajat. Aku deg-degan ya Allah...
"Sya, kok diem aja, sih?"
"Eh, hehe...." terpaksa tersenyum meski sebenarnya aku sedang panik disituasi ini.
"Foto, yuk?" ajak Billa dan teman-temanku.
"B..boleeh..,"
"Nafisya!?" Suara berat itu mengurungkanku untuk foto bersama dengan teman-temanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakinah Bersamamu [SELESAI]
Romantizm⚠A W A S⚠ BAPER. Ini hanya kehidupan sehari-hari Nafisya. "Jikalau tidak bersamamu, apa aku bisa mewujudkan kata sakinah seperti ini?" -Alfan Putra Rahmawan- Note : Chapter masih lengkap Rank#1 Nafisya (2019,2020,2021) Rank#2 Alfan (2019,2020) Ra...