"Kenapa?"
-Nafisya-
🍀🍀🍀
"KEMUNGKINAN pertemuan berikutnya saya tidak masuk kelas kalian...."Pesannya sebelum mengakhiri pertemua hari ini dengan mengucap salam. Ada apa?
Kemudian bel pergantian jam mata pelajaran berikutnya berkumandang memenuhi seantero sekolah.
"Mau kemana?" Tanyaku pada Billa yang asyik mengunyah tahu krispi yang ia bawa sendiri dari rumah. Ia selalu menggunakan waktu pergantian mata pelajaran sebaik mungkin untuk sekedar mengganjal perut dengan memakan makanan ringan seadanya. Ternyata tiga jam itu lama. Apalagi Billa ini anaknya mudah terserang rasa lapar.
"Gwa...twau...."
Skripsi?
Teringat sesuatu yang mengingatkanku dengan tugas skripsinya. Mungkin beliau sedang mengejar dateline.
Selangkah lagi gelar sarjana akan diraihnya. Menjadi seorang guru muda dengan gelar sarjana secepat ini....sangat membanggakan.
Tidak. Aku bukan orang yang berani membuka pembicaraan lebih dulu dengannya. Cukup dari sini saja, yaa..."semangat Mas Alfan..." lirih hatiku berkata demikin, menatap dari jauh pria yang mengenakan peci dan membawa sajadah kecilnya. Tampaknya beliau hendak melaksanakan sholat dhuha.
Aku yang kebetulan sedang keluar kelas, ingin membeli sesuatu di koperasi sekolah. Kalian bisa tebak kan, aku dengan siapa? Tidak mungkin aku sendiri. Sudah kubilang aku tidak suka sendiri.
Tak lama bel istirahat berbunyi.Billa mengajakku untuk menuju mushola. Seperti biasanya, sholat sunnah dua rakaat.
Mashaallah.
Khusyuk memohon banyak hal pada Sang Pencipta. Apa ada namaku di dalam setiap baitu do'amu? Wait, terlalu berharap tidak baik, bukan?
🍀🍀🍀
Sepeti yang sudah di sampaikan dua hari yang lalu, Pak Alfan memberi kami tugas. Beliau tidak masuk kelas hari ini. Hanya menitipkan selembar kertas pada guru piket.
Sepertinya sidang skripsi hari ini. Ah, Fisya sok tahu.
Menjelang sholat dhuhur.
"Sya? Nafisya?" Panggil Billa histeris. Aku yang tidak tahu apa-apa merasa kebingungan. What happen?
"Apa?"
"Sini, deh!" Billa melambaikan tangannya. Ia berdiri di ambang pintu.
"Apa sih?" Karena penasaran aku mendekat.
Mashaallah...
"Sudah siapkah?" Batinku. Ah, aku keterlaluan. Aku takut sakit lagi. Ini idak biasa. Beliau datang ke sekolah hari itu. Mengenakan jas hitam, berdasi, kemeja putih. Uwuuuuuuuwww....
"Aaaaa ganteng....dunia akhirat, deh." Seseorang berteriak di dekatku. Aku mengerling menatap heran Rea yang histeris melihat guru muda itu.
Deg.
"Jangan cemburu, Sya!" Batinku dengan diriku sendiri.
"Bil....?"
"Sya.....?"
"Ingin segera..."
"Segera apa, Sya?"
"Segera wudhu..." alibiku sambil menarik lengan Billa.
🍀🍀🍀
Assalamu'alaikum warahmatullah wa barakaatuh....
Sang imam mengakhiri sholatnya. Kemudian berdzikir sejenak mengingat Allah. Menenangkan pikiran yang sudah mulai kalut setelah sehari sepuluh jam penuh disuguhi bermacam-macam bentuk soal dari beberapa mata pelajaran.
Kami segera turun menuju kelas.
"Sya, laper nih..." Keluhnya padaku.
"Soto,yuk...." ajakku.
"Gaskeun...." Katanya kegirangan.
Billa...kecil-kecil tampungannya muat banyak. Makan sedikit masih lapar, makan banyak tak kunjung keyang. Itu Billa, lain dengan Fisya.
Kami berdua menuju kantin yang masih terbuka hingga sore hari. Satu mangkuk soto terhidang di hadapanku. Tidak dengan minum, yang ada nanti Fisya kena omel.
"Tidak boleh minum es," Omelnya pasti jika ia tahu.
Ok
Patuh itu tidak ada salahnya, demi menjaga suara dan mencegah terjadinya gangguan tenggorokan. Hanya segelas air putih yang kuambil setelah soto kami tandas.
"Sotonya dua, Mba...."
"Enam ribu, Neng..."
Aku memberi uang satu lembar sepuluh ribu pada Mbak Ratmi untuk membayar dua mangkuk soto. Bukan untuk Nafisya semua, satu mangkuk untuk Billa satu mangkuk untukku.
Kami kembali ke kelas.
Beberapa orang guru berbondong-bondong menuju salah satu ruangan. Mungkin ada rapat sore.
Look!!
Itulah sifat aslinya. What happen with him? Masih stay cool dengan jas, dasi dan pecinya.
"Kenapa?" Tanyaku pelan. Mungkin Billa juga tidak mendengarku.Billa tertawa melihat tingkah lucu yang di lakukan Pak Alfan baru saja.
Beliau berjalan layaknya tentara yang sedang melakukan PBB. Padahal disitu masih banyak rekan guru yang lainnya. Malu-maluin, Oooommmm...
Aku mengerling menatapnya. Dengan menyungging senyum tipis dibibirku.Seakan-akan beliau tahu isi kepalaku. Beliau menghentikan tingkahnya lalu tersenyum pada kami.
Why?
Sering kali merasa bahwa di antara kami bertiga memang istimewa, lebih tepatnya ia menganggap kami seperti teman dekat. Dilihat dari tingkah lakunya yang kadang-kadang--suudzanku--mencari perhatian kami. Alias caper jadi baper akunya.
Entahlah. Aku gemas melihatnya. Jika boleh aku tidak akan berhenti memintanya pada Allah untuk menjadi hiburan tersendiri. Lucu. Untung guruku. Jika tidak.......
Bersambung...
🍀🍀🍀
Hae udah up nih. Jangan lupa bintangnya ya. :)))
🍀🍀🍀
Jangan lupa mengaji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakinah Bersamamu [SELESAI]
Lãng mạn⚠A W A S⚠ BAPER. Ini hanya kehidupan sehari-hari Nafisya. "Jikalau tidak bersamamu, apa aku bisa mewujudkan kata sakinah seperti ini?" -Alfan Putra Rahmawan- Note : Chapter masih lengkap Rank#1 Nafisya (2019,2020,2021) Rank#2 Alfan (2019,2020) Ra...